Deli Serdang, Katolikana.com — Paroki Santo Yosep Delitua meresmikan dan memberkati Taman Yubileum 2025 yang terletak di Jalan Adhyaksa, Desa Patumbak 1, Deli Serdang, Sumatera Utara, pada Senin (6/10/2025).
Taman ini merupakan kompleks pemakaman dan kolumbarium Katolik pertama di Kabupaten Deli Serdang, sekaligus menjadi proyek besar yang melambangkan pengharapan akan kebangkitan.
Pemberkatan area taman, pemakaman, kolumbarium, dan penanaman pohon buah dilakukan langsung oleh Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap., Uskup Agung Medan. Mgr. Kornelius secara simbolis menanam satu pohon manggis di area tersebut.
Acara pemberkatan dihadiri sekitar 200 orang, terdiri dari Pastor Paroki, Diakon, Frater, pengurus DPPH, Rayon, DPS 38 Stasi, hingga tokoh dan umat Katolik setempat.
Bukan Sekadar Ruang Hijau, Tapi Tanda Iman
Ibadat pemberkatan dipimpin oleh Mgr. Kornelius Sipayung, didampingi Pastor Paroki Delitua, RP. Simon Kemit, OFMConv.
Dalam pesan Injilnya, Mgr. Kornelius menegaskan bahwa taman ini adalah tempat pengharapan. “Taman Yubileum ini bukan sekedar ruang hijau tapi menjadi tanda iman kita akan Allah yang hidup,” ucap Bapa Uskup.
Ia menekankan bahwa taman seluas 2,4 hektar ini menyatukan dua dimensi iman: kehidupan dan kematian, bumi dan surga, waktu dan kekekalan. Dengan dibangunnya Taman Yubileum ini, Gereja juga bertujuan untuk memulihkan ciptaan.
“Tempat ini bukan hanya tempat ziarah tetapi sekolah kehidupan. Di sini kita belajar bahwa iman tumbuh pelan tapi pasti seperti akar yang menyelam ke bumi dan hati yang tertambat pada surga,” tambah Mgr. Kornelius.
Bapa Uskup mengingatkan umat untuk tidak takut akan kematian, sebab di balik tanah yang menutupi tubuh, ada janji kebangkitan seperti biji yang harus jatuh ke tanah agar tumbuh bertunas dan besar.
Solusi Biaya Pemakaman dan Pelayanan Terpadu
Marimbun Tarigan, Ketua Pengelola Taman Yubileum 2025, menjelaskan bahwa latar belakang utama pembuatan taman ini adalah kebutuhan umat akan makam yang layak, mengingat biaya pemakaman di pemakaman umum saat ini hampir tidak terjangkau oleh sebagian besar umat.
Taman dengan total luas 2,4 hektar ini diperhitungkan mampu menampung 30.000 makam. Selain pemakaman, juga dibangun Kolumbarium yang diperuntukkan menyimpan tulang-tulang jenazah yang sudah 10 tahun dimakamkan. Dengan demikian, makam lama dapat dipergunakan kembali untuk jenazah baru.
“Inilah dasar dibuatnya taman ini komplit, artinya ada satu standar pemakaman yang merata, tidak ada di situ kelas-kelasnya. Jadi sama semua bentuk nisan pemakamannya,” jelas Marimbun Tarigan. Ia juga menambahkan bahwa Taman Yubileum ini terbuka bagi paroki-paroki lain yang kesulitan mencari tempat pemakaman.
Hotman Manalu, Sekretaris Pengelola, menambahkan bahwa kawasan ini dirancang sebagai fasilitas terpadu yang mencakup Pendopo, Kolumbarium, Area Makam, Lapangan Rumput, dan Area Tanaman Obat. Di sekelilingnya ditanami berbagai pohon buah seperti Mahoni, Alpukat, Manggis, Durian, dan lain sebagainya.
“Pembangunan Taman Yubileum ini tidak hanya berfokus pada pelayanan terbaik, tetapi juga pada kepedulian lingkungan. Dibangunnya Taman Yubileum yang berisikan Pemakaman dan Kolumbarium ini untuk menjaga bumi ciptaan Tuhan sekaligus menghormati mereka yang telah berpulang,” ujar Hotman Manalu.
Wisata Rohani dan Persekutuan Hidup-Mati
Pastor Paroki Delitua, RP. Simon Kemit, OFMConv., menyampaikan bahwa proyek ini diinisiasi untuk memfasilitasi umat yang memiliki keterbatasan biaya pemakaman. Ia menekankan bahwa pembangunan ini bertujuan membangun persekutuan antara orang hidup dan orang mati.
“Tempat ini juga ada nampak persekutuan antara orang hidup dan mati yang nanti setiap saat bisa menjadi tempat ziarah,” kata Pastor Simon.
Ia berencana menjadikan tempat ini sebagai lokasi Misa Arwah Umat Beriman setiap tanggal 2 November. Pendopo/aula yang tersedia berukuran 12×18 meter dan mampu menampung sekitar 500 orang.
Dalam jangka panjang, Pastor Simon berharap taman ini akan dilengkapi dengan Jalan Salib di antara pohon-pohon. “Jadi tempat itu nanti menjadi tempat damai, sejuk, aman dan tempat doa. Kita mau ciptakan menjadi wisata rohani ke depannya,” harapnya.
Pendanaan pembangunan taman ini diharapkan berasal dari pendaftaran anggota umat paroki dan hasil penjualan pohon-pohon buah yang ditanam, yang melambangkan kesuburan dan keberlanjutan bagi generasi mendatang.
Dalam doa pemberkatannya, Mgr. Kornelius mendoakan agar taman ini menjadi tempat umat memuji dan memuliakan Tuhan dengan doa dan devosi yang menguatkan iman, pengharapan, dan kasih, serta menjadi tempat yang nyaman sebagai tanda pengharapan akan hidup baru bagi umat yang telah berpulang. (*)
Kontributor Katolikana, tinggal di Paroki St. Maria Ratu Rosari Tanjung Selamat Medan, Keuskupan Agung Medan.