Mojokerto, Katolikana.com — Sekitar 700 peserta didik, didampingi 25 tenaga pendidik dan kependidikan, memadati Gereja Katolik Paroki Santo Yosef Mojokerto untuk mengikuti Misa Pelajar bulanan pada Jumat (24/10/2025).
Perayaan Ekaristi yang berlangsung selama satu jam (11.30 WIB hingga 12.30 WIB) ini merupakan agenda rutin yang bertujuan memberikan pengalaman mendalam tentang Ekaristi sebagai sentral dan puncak kehidupan iman Katolik.
Misa pelajar kali ini mengusung pesan reflektif yang kuat, mengajak generasi muda untuk tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga bijaksana dalam iman.
Gagal Memaknai Tanda Kehadiran Mesias
Mengacu pada Injil Lukas 12:54-59, RD Albertus Widya Rahmadi Putra yang memimpin perayaan Ekaristi, mengajak peserta didik menggali pesan Kitab Suci mengenai pentingnya kemampuan membaca tanda-tanda zaman dan membuat keputusan bijaksana.
Romo Widya menyoroti perihal kaum Yahudi pada masa Yesus yang sudah memiliki wawasan praktis yang memadai perihal cuaca.
“Kaum Yahudi yang ada pada masa Yesus mempunyai wawasan praktis yang memadai perihal cuaca. Jika ada awan naik dari bagian barat mediterania, itu tandanya akan hujan. Sementara jika ada angin yang bertiup dari bagian Selatan atau padang gurun, itu tandanya ada panas terik,” tutur Romo Widya.
Namun, di tengah kemampuan menafsirkan tanda-tanda alam secara kasat mata dengan baik, Yesus tetap menegur mereka dengan keras.
Romo Widya menjelaskan hal ini terjadi karena pengetahuan yang dimiliki tidak mampu membawa mereka pada kebijaksanaan yang sesungguhnya, terutama menyangkut kehidupan iman.
“Bangsa Yahudi sering mendengar pengajaran Yesus dan melihat mukjizat yang dikerjakan Yesus tetapi mereka gagal memaknai semua yang dialami itu sebagai tanda kehadiran Yesus dalam kapasitas-Nya sebagai Mesias,” tegas Romo Widya.
Tiga Poin Penting untuk Mengasah Iman dan Ilmu
Pada bagian penutup kotbahnya, Romo Widya merangkum tiga hal penting yang menjadi perhatian bagi siswa-siswi Katolik di era modern:
Pertama, Kenali Tanda Kehadiran Tuhan. Siswa-siswi diajak berusaha mengenal tanda-tanda kehadiran Tuhan dalam hidup melalui berbagai peristiwa sederhana, terutama lewat teman, guru, dan sesama yang ada di sekolah.
Kedua, Ilmu Pengetahuan Membutuhkan Hati Nurani. Romo Widya menekankan bahwa ilmu pengetahuan yang dipelajari selama ini belum cukup untuk membawa orang sampai pada nilai-nilai kebijaksanaan.
“Kita membutuhkan hati nurani agar bisa menjadi pedoman atau petunjuk dalam rangka mencari kebenaran yang sesungguhnya,” ujarnya.
Ketiga, Upaya Perbaikan Melalui Pertobatan. Pentingnya melakukan upaya perbaikan diri melalui pertobatan dan berdamai dengan Tuhan melalui sarana yang telah disiapkan oleh Gereja, yakni Sakramen Pengakuan Dosa, ditekankan sebagai penutup.
Misa pelajar ini diharapkan tidak hanya menjadi pemenuhan kewajiban rohani bulanan, tetapi menjadi momen transformatif yang mendorong peserta didik menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki kedalaman hati nurani dalam membaca dan merespons tantangan zaman.(*)
Guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto. Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku (GKdB), Anggota Pustaka Bergerak Indonesia, Pendiri Sa’o Pustaka dan beberapa Taman Baca serta pegiat literasi nasional. Lewat GKdB penulis menggerakan masyarakat baik secara pribadi maupun komunitas dalam mendonasikan buku untuk anak-anak di seluruh Indonesia. Guru Motivator Literasi (GML) tahun 2021.