“Api kemarahan tidak kalah destruktif daripada api yang membakar rumah tinggal”.
Katolikana.com – Apakah mungkin ada kehidupan tanpa api? Api merupakan salah satu unsur penting dari kehidupan ini.
Api itu begitu penting sekaligus berbahaya; bisa membawa berkat, bisa pula mendatangkan bencana. Dalam waktu singkat api bisa merenggut nyawa puluhan sampai ratusan orang.
Bencana Wang Fuk Court, Tai Po, Hong Kong
Salah satunya adalah bencana kebakaran di Wang Fuk Court, Tai Po, Hong Kong pada tanggal 26 November 2025 yang lalu.
Entah siapa yang bertanggungjawab atas bencana itu, yang pasti itu terjadi karena api yang membakar bambu-bambu yang dipasang sebagai scaffolding pada delapan unit apartemen pencakar langit yang sedang direnovasi.
Scaffolding bambu yang di bagian luar ditutup dengan jaring itulah yang dimakan api dan dalam waktu singkat memanggang gedung yang padat penghuni itu.
Menurut berita yang beredar sejauh ini ada tiga orang yang ditangkap karena diduga bertanggungjawab atas tragedi yang telah merenggut nyawa lebih dari 128 orang meninggal dan empat ribu orang kehilangan tempat tinggal itu.
Kita memang terkejut dan bersedih atas peristiwa kebakaran itu. Namun banyak peristiwa kebakaran lain yang setiap saat terjadi tanpa membuat orang merespon untuk mencari solusi.
Kadang orang malas memadamkannya. Misalnya, api kemarahan. Berapa di antara kita berusaha mengendalikan api kemarahan?
Api kemarahan
Api jenis ini tidak kalah destruktif daripada api yang membakar rumah tinggal.
Ada yang berujung pada kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Tidak jarang itu dipendam dalam hati dan mengganggu relasi harmonis antara suami isteri. Teman kantor yang marah bisa pula menggunakan dukun untuk membalas orang yang menyulut kemarahannya.
Menyimpan api kemarahan sungguh berbahaya dan memakan korban, yakni sang pelakunya sendiri. Buddha bilang, “Holding on to anger is like gripping a hot coal with the intent of throwing it at someone else, you are the one who gets burned.”
(Menahan rasa marah itu bagai menggenggam batu bara panas dengan maksud melemparkannya kepada orang lain, namun kita sendiri yang terbakar).
Betapa banyak orang yang badannya sakit dan jiwanya tertekan karena menahan atau menyimpan rasa marah terhadap sesamanya tanpa mau menyelesaikannya. Ada pula ledakan api kemarahan yang telah tersimpan berpuluh-puluh tahun dan memakan banyak korban dalam kerusuhan sosial.
Seperti api yang membakar apartemen di Wang Fuk Court sebenarnya bisa dicegah dan dihindari, demikian pula api kemarahan. Tidak seorang pun menginginkan korban kebakaran.
Doa untuk para korban
Seraya mendoakan para korban kebakaran di atas, ada baiknya kita menghindarkan diri dari api kemarahan yang sering jauh lebih sulit dipadamkan dibanding dengan api yang membakar gedung tinggi. Mari mengambil api dan berkatnya serta membuang bencananya.
Tabik!
CaMing XLVII, 30 November 2025
HWDSF
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.