IRRIKA Roma Kirim Belarasa ke Sibolga; Paus Leo XIV: Dunia Harus Dukung Korban Bencana Sumatera

Roma, Katolikana.com – Duka mendalam akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Sumatera pada akhir November 2025 telah menggerakkan solidaritas dari Kota Abadi, Roma.

Ikatan Rohaniwan-Rohaniwati Indonesia di Kota Abadi (IRRIKA), yang beranggotakan para pastor, suster, frater, dan bruder Indonesia yang sedang studi dan melayani di Italia, menggelar aksi bela rasa dan penggalangan donasi.

Aksi solidaritas ini dilakukan di sela-sela kegiatan Rekoleksi Adven di Biara Generalat SVD, Roma, pada Minggu (7/12/2025). Meskipun dari segi jumlah donasi yang terkumpul tidak seberapa, aksi ini menjadi simbol nyata kepedulian.

Seluruh dana yang berhasil dikumpulkan langsung ditransfer ke rekening Keuskupan Sibolga, wilayah keuskupan yang dilaporkan paling parah terdampak bencana.

Ketua IRRIKA, Pastor Albertus Gatot Hendrasto, Pr., menyampaikan apresiasi atas respons cepat anggotanya.

“Kami mengucapkan terima kasih atas partisipasi Saudara-Saudari dalam gerakan bela rasa untuk Sumatera ini. Untuk selanjutnya kita dapat melanjutkan aksi bela rasa ini dengan bersatu dalam doa dan bergerak melalui jaringan kita masing-masing supaya setiap orang semakin mengamalkan Laudato Si dan pertobatan ekologis,” ujar Pastor Gatot.

Korban Jiwa dan Isu Kerusakan Lingkungan

Bencana di tiga wilayah keuskupan—Keuskupan Sibolga, Keuskupan Padang, dan Keuskupan Agung Medan—menyisakan kerugian besar. Berdasarkan berbagai laporan media, jumlah korban meninggal telah menembus angka 964 orang dan diperkirakan masih terus bertambah seiring pencarian korban hilang.

Pemandangan gelondongan kayu berserakan di lokasi bencana menimbulkan dugaan kuat mengenai penyebab utamanya: penebangan hutan yang masif dan kerusakan lingkungan akibat pertambangan. Dugaan ini ramai disuarakan publik.

Merespons hal ini, Kementerian Lingkungan Hidup dikabarkan telah menyegel beberapa perkebunan dan pabrik sawit di daerah aliran sungai Batang Toru, Tapanuli Selatan (berdasarkan laporan Kompas.com, 11/12/2025).

Kalangan Gereja dan masyarakat sipil menanti langkah tegas pemerintah untuk mencabut izin operasional semua perusahaan yang berpotensi merusak hutan dan lingkungan hidup, sejalan dengan desakan pertobatan ekologis.

Doa Bersama dan Haru Uskup Sibolga

Selain penggalangan dana, sekitar 86 anggota IRRIKA yang berkumpul melambungkan doa bersama untuk para korban, mendoakan ketenangan jiwa bagi yang berpulang dan kekuatan bagi keluarga yang berduka.

Doa dan donasi dari Roma ini diterima dengan penuh haru oleh pihak Keuskupan Sibolga. Uskup Sibolga, Mgr. Fransiskus Sinaga, menyampaikan ucapan terima kasih mendalam.

“Saudara-Saudariku IRRIKA, bencana ini sungguh menyesakkan, memilukan, menyedihkan hati. Dari hati yang terdalam, saya mengucapkan terima kasih banyak atas doa, perhatian, kepedulian, bantuan dan belarasa yang disampaikan kepada kami. Doa dan bela rasa kalian membuat kami terbantu dan tertolong,” kata Mgr. Fransiskus.

Senada dengan Uskup, Vikjen Pastor Ignatius Purwo Suranto, OSC., mewakili Caritas-PSE Keuskupan Sibolga, menghaturkan terima kasih atas kemurahan hati dan tanda bela rasa yang diberikan IRRIKA Roma.

Paus Leo XIV Desak Aksi Konkret

Pada hari yang sama, Minggu (7/12/2025), dari Basilika Santo Petrus, Vatikan, Paus Leo XIV—pemimpin tertinggi Gereja Katolik—turut menunjukkan empati dan bela rasa.

Dalam Doa Angelus, Paus berdoa untuk korban meninggal dan keluarga yang berduka di Indonesia serta negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara lainnya yang terdampak bencana.

Paus Leo XIV, yang dikenal sebagai sarjana matematika dan ahli hukum Gereja, secara khusus mendesak komunitas internasional untuk bertindak nyata.

“Saya mendesak komunitas internasional dan semua orang yang berbaik hati untuk mendukung saudara-saudari kita di wilayah tersebut dengan tindakan konkret sebagai bentuk solidaritas,” tegas Paus.

Aksi solidaritas dari Roma ini mengingatkan kembali pentingnya pertobatan ekologis. Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si’ menegaskan bahwa kerusakan hutan dan lingkungan membuat Bumi, sebagai rumah kita bersama, berteriak.

Bencana alam ini merupakan dampak nyata dari kerusakan tersebut. Menghayati panggilan untuk melindungi karya Allah, seperti ditekankan Paus Fransiskus, adalah bagian esensial dari kehidupan Kristiani dan bukan hanya aspek sekunder. (*)

Pastor Postinus Gulö, OSC adalah penulis buku: “Kasus-Kasus Aktual Perkawinan: Tinjauan Hukum dan Pastoral” (Penerbit Kanisius, tahun 2022). Kini, mahasiswa Doktoral Hukum Gereja di Pontificia Universitá Gregoriana, Roma, Italia.

Bencana SumateraIRRIKA
Comments (0)
Add Comment