Palembang, Katolikana.com – Umat Keuskupan Agung Palembang merayakan sukacita ganda dalam acara syukuran dan ramah tamah untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 dan HUT Imamat ke-53 Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ.
Acara penuh kegembiraan ini diselenggarakan pada hari Minggu (14/12/2025), pukul 12.00 WIB, bertempat di Gedung Xaverius Centrum Studiorum Jalan Bangau Palembang.
Perayaan ini dihadiri oleh jajaran Pemerintah Kota Palembang serta tokoh lintas agama dan tokoh masyarakat, menunjukkan kuatnya kerukunan dan kebersamaan di Palembang.
Pesan Kasih dan Kedisiplinan dari Keluarga
Mewakili keluarga, Petrus Suyanto, adik kandung Mgr. Sudarso, menyampaikan sambutan hangat. Ia menceritakan bahwa Mgr. Sudarso adalah anak kedua dari delapan bersaudara.
Menyambut usia ke-80 dan 53 tahun imamat, Petrus menyoroti kesamaan angka delapan, yang dalam tradisi Jawa melambangkan belas kasih atau kasih.
“Bagi orang Jawa angka delapan itu sebenarnya angka yang sangat bagus, artinya belas kasih atau kasih. Harapannya bahwa belas kasihnya sudah selesai dan sudah dilaksanakan, beliau kasih kepada Tuhan dan juga kasih kepada sesama,” ujarnya.
Petrus juga berbagi kenangan masa kecil tentang kedisiplinan yang ditanamkan oleh almarhum ayahnya. Ia mengenang bagaimana Mgr. Sudarso kecil sangat disiplin, bahkan pernah menyiram air kepada kakak tertua yang terlambat bangun untuk bertugas memasak sarapan.
Kedisiplinan yang keras dari orang tua ini diyakini menjadi salah satu faktor yang membawa Mgr. Sudarso hingga mencapai usia 80 tahun dan menjadi Uskup.
Teladan Kesederhanaan dan Keramahan Hati dari Kongregasi SCJ
Romo Andreas Suparman, SCJ, mewakili Kongregasi SCJ Indonesia, mengungkapkan rasa syukur atas teladan hidup Mgr. Sudarso. Ia menganalogikan usia 80 tahun sebagai “awal kembali hidupnya yang lebih bermutu lagi,” menggeser ungkapan populer “life begins at 40.”
Romo Andreas menjabarkan tiga karakter utama yang ia lihat dari Mgr. Sudarso, yang ia istilahkan sebagai “Kongregasi SCH” baru:
- S (Simple/Sederhana): Kehidupan Uskup Emeritus ini sangat sederhana dalam banyak hal.
- C (Cordial/Berhati): Bapa Uskup memiliki hati yang terbuka dan tergerak oleh belas kasihan, terutama kepada orang-orang lemah dan kecil.
- H (Holy/Suci): Beliau selalu mempersatukan pengalaman hidupnya dengan Tuhan, menjadikannya teladan kesucian bagi semua.
Romo Andreas juga menyampaikan terima kasih atas dukungan dari Uskup Agung Palembang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono, dan para Uskup KWI, serta dukungan dari umat dan tokoh lintas agama yang memungkinkan Mgr. Sudarso terus berkarya.
“Uskup yang Hebat” di Usia 80 Tahun
Uskup Agung Palembang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono, dalam sambutannya menegaskan bahwa Mgr. Sudarso bukan hanya kuat, tetapi hebat. Mengutip Mazmur, usia 80 adalah usia orang yang kuat, dan pencapaian ini adalah anugerah besar dari Tuhan.
Mgr. Yuwono menyoroti semangat pelayanan Mgr. Sudarso yang luar biasa. Meskipun telah pensiun sebagai Uskup, dalam iman dan karya, beliau tidak mengenal kata pensiun.
“Dalam usia imamat ke-53, kendatipun sudah pensiun sebagai Uskup dalam iman dan karya ternyata pada beliau tidak ada pensiunnya,” kata Mgr. Yuwono.
Mgr. Sudarso kini masih aktif sebagai Ketua Dewan Pengurus KARINA KWI dan terus melakukan perjalanan pelayanan yang jauh dan sulit—mulai dari mencari dana kemanusiaan di Bangkok dan Korea, hingga mengurus masalah stunting, sumur bor, dan bantuan bencana di berbagai Keuskupan di tanah air.
Hal ini membuktikan bahwa masa pensiunnya dihabiskan untuk tetap berbuah dalam pelayanan, sebuah keteladanan iman yang teguh, tangguh, dan penuh pengharapan.
Berbagi Hidup dan Menghargai Perbedaan
Dalam sambutan penutup, Mgr. Emeritus Aloysius Sudarso, SCJ, menyampaikan rasa syukurnya atas 53 tahun sebagai Imam Katolik. Beliau menekankan bahwa hidup adalah anugerah terbesar yang harus disyukuri dan dibagikan.
“Kita diberi hidup tetapi harus memberi hidup karena hidup bukannya yang dimiliki sendiri, tetapi supaya dibagikan,” tegasnya.
Pada usia 80 tahun, Mgr. Sudarso melihat tugasnya sebagai Imam Katolik adalah menunjukkan tanda-tanda kehadiran Tuhan, terutama dalam sakramen dan Ekaristi, serta menjadi jembatan hidup bagi generasi mendatang.
Mgr. Sudarso juga berterima kasih atas suasana kerja sama yang baik dengan tokoh-tokoh agama dan perangkat pemerintahan di Palembang. Beliau menutup dengan pesan penting tentang kemanusiaan dan perbedaan.
“Kita satu dalam kemanusiaan, kita semua sama karena kita manusia, walaupun berbeda-beda… Kita juga harus menghargai perbedaan karena perbedaan itu diharapkan dan diciptakan Tuhan,” pungkasnya, mengajak semua pihak untuk melihat Tuhan di tengah-tengah perbedaan. (*)
Setelah purna bakti guru di SD Xaverius 2 Palembang saat ini sebagai pendidik di SMA Xaverius 2 Palembang dan SMP Kusuma Bangsa. Sekretaris DPP Santo Yoseph Palembang Palembang, jurnalis di media lokal dan nasional dan aktif di beberapa organisas.