Tiga Puluh Menit Pertama Berharganya Saat Hening dalam Rutinas

Catatan Refleksi tentang meditasi – Romo Albert Herwanto, O.Carm

Romo Albert Herwanta, O.Carm

Katolikana.com- Ada yang terganggu dengan rutinitas; bahkan anti terhadapnya. Saat ini, hidup yang berubah secara cepat menjadi salah satu penyebabnya. Mereka hanya ingin yang baru; bukan yang terulang. Lupa bahwa sebagian besar hidup ini berlangsung karena rutinitas.

Matahari terbit di pagi hari dan terbenam di waktu petang. Paru-paru menghirup udara dan membuang udara. Demikian pula detak jantung. Tidak hanya mengulanginya berkali-kali, melainkan mesti dengan ritme yang tetap dan teratur. Rutin.

Secara tidak sadar kebiasaan hidup juga terbentuk oleh rutinitas atau tindakan yang diulang-ulang.
“Habitus” menjadikan kita seperti kita saat ini. Karena itu, orang perlu menyadari dan mewaspadai kebiasaan dirinya.

Dalam proses pendidikan, orangtua dan pendidik menanamkan kebiasaan baik dan benar yang membentuk dasar kepribadian anak.

Aku bersyukur bahwa Tuhan memberiku kebiasaan baik dalam hidup sebagai Karmelit“.

Salah satunya adalah meditasi. Di tengah kehidupan dan tugas rutin setiap hari, setiap pagi Tuhan menyediakan seribu delapan ratus detik waktu meditasi pagi hari. Itulah tiga puluh menit pertama acara harian komunitas kami.

Hanya sedikit yang menghargai dan mempraktikkan meditasi. Sebagian orang menganggapnya sebagai aktivitas yang membuang waktu, tidak berguna atau nir produktivitas.

Ketenangan pikiran
Sekilas memang demikian. Namun ketika orang masuk ke dalamnya, banyak sekali manfaat yang diperoleh. Pertama, orang bisa menikmati ketenangan pikiran dan hati yang sangat diperlukan di tengah kesibukan sehari-hari yang padat dan penuh tekanan.

Buddha bilang, “Peace comes from within, do not seek it without.” (Damai berasal dari dalam, jangan mencarinya di luar).

Kedua, meditasi membantu orang berada dalam saat ini dengan penuh kesadaran dan dalam kebebasan. Menikmati saat ini tanpa dibebani pengalaman masa lalu dan kekhawatiran akan masa depan.

Bukankah sebagian dari kita terbelenggu masa lalu yang membebani dan rasa tidak tenang tentang saat mendatang?

“Do not dwell in the past, do not dream of the future, concentrate the mind on the present moment.” (Jangan tinggal di masa lalu, jangan bermimpi tentang masa depan, pusatkan pikiran pada saat ini).

Itulah nasihat Buddha yang amat berharga.

Ketiga, saat hening dalam meditasi menjadi pintu masuk bagi sekian banyak inspirasi. Tidak jarang itu juga menjadi semacam inkubasi bagi inspirasi yang telah tersimpan dalam memori untuk kemudian diolah secara lebih mendalam dan pada saatnya dibagi.

Keempat, “last but not least” meditasi merupakan kesempatan untuk hadir di hadapan Tuhan secara objektif tanpa diganggu oleh penilaian atau permohonan. Di sana orang tidak berhadapan dengan Tuhan, melainkan berada bersama-Nya; menikmati kehadiran-Nya.

Betapa berharga rutinitas yang setiap pagi aku nikmati. Sekali lagi, aku bersyukur kepada Tuhan atas tiga puluh menit pertama yang mengawali kehidupanku setiap hari.

Tabik!

CaMing XLIX, 14 Desember 2025
HWDSF

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Saat hening
Comments (0)
Add Comment