‘Hobun Felem’ Gugah Orang Muda Katolik St. Maria Fatima Betun, Malaka

Hobun Felem dalam Bahasa Tetun berarti menonton film bersama.

Katolikana.com—Aula Paroki St. Maria Fatima Betun, Malaka, Nusa Tenggara Timur, Minggu (7/5/2023), menjadi tempat pemutaran film pendek karya anak muda Nusa Tenggara Timur, antara lain dari dari Kupang, Lembata, dan Atambua.

Pemutaran film bertema ‘Cinta, Perempuan, dan Kebudayaan’ yang dimulai sekitar pukul 18.00 WITA ini dihadiri oleh puluhan anak SMA dan Orang Muda Katolik dari Paroki St. Maria Fatima Betun serta masyarakat umum.

Tampak beberapa imam muda dari paroki tetangga yang diundang oleh Romo Patrisius Sixtus Bere, Pr, selaku penasehat Panitia Hobun Felem.

Kegiatan ini digagas oleh beberapa anak muda yang tertarik terhadap film dan budaya. Mereka tergabung dalam Jalinan Ekokultur Fohorai (JEF). Komunitas ini merupakan komunitas anak muda dari Kabupaten Belu.

Sebelum dilakukan pemutaran film di Malaka, mereka menggelar pemutaran di Kabupaten Belu.

Terdapat enam film pendek bertema Cinta, Perempuan dan Kebudayaan yang diputar oleh panitia.

Film ini menjadi inspirasi bagi penikmatnya untuk merefleksikan pemahaman mereka tentang tema yang diangkat.

Kisah yang diangkat di dalam film pendek merupakan kisah yang kerap terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.

Panitia Hobun Felem berpose bersama dengan penonton. Foto: Istimewa

Perdana

Romo Bob Ndun Pr selaku tuan rumah mengajak hadirin untuk menikmati film tersebut dengan penuh semangat. Dia berharap tidak melewatkan kesempatan ini karena ini merupakan hal perdana yang terjadi di Kabupaten Malaka.

Kegiatan pemutaran film ini dikemas secara menarik oleh panitia. Selain menonton film, hadirin juga dihibur dengan pembacaaan puisi dan stand up komedi.

Panitia juga memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang film yang diputar.

Emilio Rafael Seran, Ketua Panitia Hobun Felem merasa senang karena antusiasme penonton. Terlebih ketika diskusi, ada penonton yang memberikan tanggapan sekaligus pertanyaan kritis tentang film tersebut.

Film-film yang diproduksi oleh anak-anak muda ini mendapat respon positif, khususnya film yang ditulis dan disutradarai oleh anak muda dari Kabupaten Belu, yang merupakan kabupaten tetangga.

Kisah yang diangkat dalam film ini mampu menginspirasi penonton, terutama pemuda dan pemudi Katolik, tentang pentingnya memelihara kesucian cinta dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan serta kebudayaan yang dimiliki.

Penonton pemutaran film pendek karya anak muda Nusa Tenggara Timur. Foto: Istimewa

Kegiatan Positif

RD Patrisius Sixtus Bere mengapresiasi para penikmat film dari publik Malaka dan berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah menyukseskan pemutaran film ini.

Romo Sixtus merasa bahagia bahwa publik Malaka menyambut positif kegiatan pemutaran film pendek ini.

Hobun Felem merupakan kegiatan positif generasi muda dalam mendorong masyarakat, khususnya kaum muda dalam pembangunan Indonesia yang berkarakter budaya luhur,” ujar Romo Sixtus.

“Generasi muda bisa saling berbagi pengalaman dalam berkarya dan dengan itu memberikan sumbangan berarti bagi kemajuan bangsa dari sisi seni dan ekspresi budaya,” tambah Romo Sixtus.

“Saya berharap dari Kabupaten Malaka bisa muncul film-film yang mengangkat tentang kebudayaan Malaka yang mampu diterima oleh masyarakat umum,” pungkasnya. (*)

 

Pegiat Literasi Komunitas AMI Malaka dan Komunitas Sosial Sasoka. Penulis Kumpulan Puisi Penyair bukan Kami (2017); Kami dan Perjamuan Terakhir (2018); Mata Cermin (2022)

FilmMalaka
Comments (0)
Add Comment