Paus Fransiskus di Papua Nugini: Serukan Perdamaian hingga Bagikan Bantuan di Daerah Terpencil
Paus mengunjungi Port Moresby dan Vanimo dalam rangkaian kunjungan apostoliknya di Papua Nugini.
Katolikana.com, Papua Nugini — Paus Fransiskus baru saja melakukan kunjungan apostoliknya di Papua Nugini. Lawatan selama empat hari tersebut—dari Jumat hingga Senin (6-9/9/2024)—menjadi babak kedua dari perjalanan apostolik Bapa Suci ke empat negara di Asia-Oseania pada tahun ini.
Di negara Oseania tersebut, Paus Fransiskus mengunjungi dua kota, yakni Port Moresby dan Vanimo.
Papua Nugini menjadi satu-satunya negara yang beroleh keistimewaan mendapat kunjungan Paus di dua kota dalam rangkaian lawatan kali ini. Sebab di Indonesia, Timor Leste, dan Singapura, Paus hanya datang di satu kota saja.
Bagi masyarakat Papua Nugini secara umum, ini merupakan kali kedua negeri mereka mendapatkan lawatan dari seorang Paus.
Hampir tiga dekade silam, tepatnya pada 1995, Paus Yohanes Paulus II mencatatkan sejarah sebagai Paus pertama yang datang ke Port Moresby, Papua Nugini.
Namun khusus bagi Vanimo, lawatan Paus Fransiskus terasa spesial. Sebab ini merupakan kali pertama seorang Paus menginjakkan kaki ke Vanimo, kota kecil yang terletak di Provinsi Sandaun, barat laut Papua Nugini.
Vanimo adalah sebuah kota pesisir yang berada di perbatasan Papua Nugini-Indonesia. Kota ini hanya berjarak 97 km dari Jayapura dan bahkan bisa dicapai dengan menempuh perjalanan darat sekitar 2 jam saja melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw.
Naik Garuda
Rombongan Paus Fransiskus mengawali agendanya di Papua Nugini setelah menuntaskan kunjungan apostolik babak pertamanya di Indonesia.
Sri Paus menumpang pesawat komersial Garuda Indonesia untuk terbang dari Jakarta dan tiba di Port Moresby pada Jumat malam (6/9/2024) waktu setempat.
Setiba di ibu kota Papua Nugini, Sri Paus langsung disambut dengan hamparan karpet merah dan upacara penyambutan. Sebuah panggung terbuka pun telah disiapkan untuk menyambut Sri Paus di Bandara Internasional Jacksons, Port Moresby. Wakil Perdana Menteri Papua Nugini John Rosso serta Kardinal Sir John Ribat juga ikut menyambut kedatangan Sri Paus di bandara.
Usai upacara penyambutan, Paus menaiki Toyota Raize untuk langsung menuju tempat menginapnya di Nunsiatur Apostolik (Kedutaan Besar Takhta Suci Vatikan) di Papua Nugini. Adapun seluruh agenda kepausan baru mulai dilangsungkan pada keesokan harinya.
Perdamaian Bougenville
Government House menjadi tujuan pertama Sri Paus dalam agenda hari keduanya di Papua Nugini. Di sana, Bapa Suci melakukan pertemuan singkat dengan Gubernur Jenderal Papua Nugini Sir Bob Dadae.
Setelah itu, Paus langsung meluncur ke APEC House untuk menyampaikan pidato pertamanya di negara tersebut.
Selain para pejabat Papua Nugini, lebih dari 30 pemimpin negara Oseania juga turut hadir dalam pertemuan dengan Paus di APEC House. Beberapa diantaranya adalah kepala negara Nauru, Tonga, Vanuatu, dan pemimpin Forum Kepulauan Pasifik.
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Papua Nugini, James Marape, justru harus absen dalam pertemuan ini. PM Marape memang tercatat sebagai jemaat Gereja Advent. Sehingga ia mesti melaksanakan ibadah hari Sabat pada waktu pertemuan di APEC House berlangsung.
Akan tetapi, Wakil PM, John Rosso, hadir sebagai perwakilan dari pemerintah Papua Nugini.
Perhatian utama Paus tetap dicurahkan pada isu lingkungan. Dalam pidatonya di hadapan para pemimpin negara-negara Oseania, Paus menyinggung kerentanan ekosistem akibat eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran dan perubahan iklim yang masif.
Paus secara spesifik sempat menyinggung pula pentingnya upaya mencari resolusi damai terkait isu Bougenville. Ia meminta semua pihak menghentikan spiral kekerasan dan mulai membangun kerjasama yang didasari sikap saling menghormati.
Bougenville merupakan sebuah daerah otonom yang telah melakukan referendum pada 2019 untuk merdeka dari Papua Nugini. Namun hingga saat ini, parlemen Papua Nugini tak kunjung meratifikasi hasil referendum tersebut untuk mewujudkan kemerdekaan penuh bagi Bougenville.
Usai pertemuan eksekutif di APEC House, Paus kemudian bergerak ke Sekolah Menengah Caritas dan Institut Teknologi Don Bosco untuk menemui siswa-siswi setempat, anak-anak panti asuhan, dan anak-anak berkebutuhan khusus.
Insiden Marape
Sedianya pertemuan Paus Fransiskus dengan PM James Marape akan menjadi agenda pembuka kunjungan apostolik hari ketiga Sri Paus di Papua Nugini.
Sayangnya, terjadi sebuah insiden memalukan saat PM Marape mendadak berhalangan datang untuk bertemu Paus Fransiskus.
Tidak hanya itu, Bapa Suci bahkan sempat dibiarkan menunggu kehadiran PM Marape tanpa pemberitahuan. Paus tidak segera mendapatkan informasi resmi bahwa kepala pemerintahan Papua Nugini tersebut tidak hanya terlambat datang, tetapi berhalangan hadir.
Insiden memalukan ini sontak menjadi berita besar di Papua Nugini. PM Marape dianggap kurang menunjukkan rasa hormatnya kepada Sri Paus.
Gagal melakukan pertemuan dengan PM Marape, Paus tetap melanjutkan agendanya untuk memimpin misa suci di Stadion Sir John Guise.
Di hadapan 50 ribu umat yang hadir dari seluruh penjuru Papua Nugini, Bapa Suci memberikan pesan agar mereka membuka diri terhadap Injil.
“Beranilah, penduduk Papua Nugini, jangan takut! Buka dirimu! Bukalah diri Anda terhadap sukacita Injil,” seru Bapa Suci di dalam homilinya.
PM Marape ikut menjadi salah satu umat yang hadir di stadion dalam misa suci tersebut. Untuk menebus kesalahannya, PM Marape mengadakan pertemuan empat mata dengan Paus Fransiskus sesaat setelah misa usai.
Bertemu Wantok
Dari Stadion Sir John Vanimo, Sri Paus langsung menyongsong sisi barat laut negeri itu. Paus menempuh penerbangan sejauh 1.000 km untuk singgah ke Vanimo.
Tidak hanya 12 ribu orang masyarakat setempat yang sudah menunggu kehadiran Paus Fransiskus. Lebih dari 200 umat Katolik Indonesia di Papua juga ikut menanti kedatangan pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia itu di Vanimo.
Rombongan umat Katolik Indonesia dikabarkan menumpang 15 bus dari Jayapura untuk menuju Vanimo demi bisa melihat langsung sosok pemimpin mereka. Bagi mereka, perjalanan darat itu tentu jauh lebih mudah dan murah dibandingkan harus menempuh perjalanan udara atau laut menuju Jakarta.
Wantok adalah alasan utama Paus Fransiskus berkenan untuk mampir ke Vanimo. Wantok adalah istilah lokal untuk menyebut sahabat dekat atau orang-orang yang berbicara dalam bahasa yang sama.
Dalam kunjungan singkat selama tiga jam, Paus asal Argentina ini memang menyempatkan untuk bertemu dengan para misionaris dari Argentina yang ditugaskan di pedalaman Papua Nugini.
Namun, Paus Fransiskus tidak hanya berkunjung untuk menemui wantok-nya di Vanimo. Ia juga membawa ratusan kilogram bantuan berupa pakaian, obat-obatan, mainan, dan alat musik bagi masyarakat setempat.
Paus langsung kembali ke Port Moresby di hari yang sama. Pada hari keempatnya di Papua Nugini, Sri Paus masih sempat menemui dengan sekitar 20 ribu kaum muda di Stadion Sir John Guise.
Pertemuan dengan puluhan ribu kaum muda itu menjadi agenda terakhir di negeri Pasifik tersebut, sebelum Bapa Suci terbang menuju Dili, Timor Leste. (*)
Sumber: Post Courier
Memilih menjadi diri sendiri lebih baik dibanding menjadi orang lain demi sebuah pujian. Pencinta fotografi, asal Surabaya. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya.