Katolikana.com, Deli Serdang — Sebanyak 60 penyandang disabilitas bersama keluarga mereka menghadiri Pertemuan Penyandang Disabilitas se-Paroki Santo Yosep Delitua di Wisma Maximilianus Kolbe Delitua, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (23/5/2024).
Pertemuan ini diselenggarakan oleh Tim Prioritas Pastoral (TPP) Paroki Santo Yosep Delitua dan menghadirkan tiga narasumber inspiratif: Sekretaris Masyarakat Peduli Disabilitas Indonesia (MPDI) David Sitorus, Wakil Sekretaris MPDI Andy Hariyanto Albertus Sipayung, dan atlet PON Sumut Eva Lamria Yosefina Sihombing.
Ketua TPP Paroki St. Yosep Delitua Erin Ginting menjelaskan bahwa acara ini mengacu pada Fokus Pastoral KAM 2024 tentang umat Katolik yang berpartisipasi dan merupakan yang pertama kali diadakan di Paroki Santo Yosep Delitua.
Pastor Paroki Santo Yosep Delitua, RP Simon Kemit, OFMConv., menyampaikan bahwa pertemuan ini adalah kesempatan untuk memberi peluang bagi para penyandang disabilitas. “Semua yang hadir di sini adalah orang yang diberi rahmat Allah,” ujarnya.
Pastor Simon menekankan bahwa penyandang disabilitas memiliki prestasi dan Allah hadir dalam diri mereka. “Jangan melihat dari sisi kelemahan yang bisa membuat putus asa. Kita harus melihat aspek positif dalam diri mereka, sehingga kita bisa bangkit bersama.”
Pengalaman Hidup
David Sitorus, seorang penyandang tuna daksa yang kehilangan kaki kirinya, memulai sharing pengalamannya dengan mengungkapkan kisah kecelakaan yang dialaminya pada tahun 1994.
Selama dua tahun, ia dan keluarganya harus menghadapi masa-masa sulit. Namun, berkat program pemerintah, David mengambil keterampilan menjahit dan pada tahun 1999, ia menikah dan memiliki dua anak.
David bercerita tentang perjuangannya menyekolahkan kedua anaknya dari TK hingga perguruan tinggi. Pada tahun 2018, ia mendirikan organisasi Masyarakat Peduli Disabilitas Indonesia (MPDI), yang bekerja sama dengan tim dari Tiongkok untuk mencari donatur.
David mengungkapkan perbedaan antara orang tua penyandang disabilitas dengan orang tua sehat yang memiliki anak disabilitas.
Menurutnya, banyak orang tua yang sehat tidak mau melepas anak disabilitas mereka untuk dibina dan lebih memilih merawat mereka di rumah. Upaya untuk menggugah hati orang tua ini sering kali belum berhasil.
David menekankan pentingnya mendukung masa depan anak-anak disabilitas. “Bagaimana kita bisa menolong mereka jika tidak ada dukungan dari orang tua? Kita harus menciptakan peluang bagi para penyandang disabilitas untuk mandiri dan berkarya,” katanya.
“Bawalah anak-anak disabilitas kepada kami, bangkitkan semangat mereka, jangan biarkan mereka terpuruk. Inilah motivasi saya kepada teman-teman penyandang disabilitas,” ujar David Sitorus.
Di akhir acara, Pastor Simon bersama panitia memberikan bingkisan kepada perwakilan penyandang tunanetra, tunarungu, tunawicara, dan tunadaksa, serta membagikan sembako kepada para penyandang disabilitas.
Setelah makan siang, Dana Ginting, salah satu orang tua yang memiliki anak penyandang disabilitas, berbagi kisah perjuangannya.
Ia menceritakan betapa pentingnya peran orang tua dalam mendampingi anak-anak mereka, meskipun menghadapi berbagai tantangan.
Dana yang berprofesi sebagai guru SD, terus berjuang demi pendidikan putrinya, yang telah menekuni berbagai profesi, termasuk menjahit dan tata rias, serta bergabung dengan National Paralympic Committee (NPC).
Dana Ginting juga berpesan kepada orang tua lainnya untuk tetap semangat dan menjadi “Si Raja Tega” demi masa depan anak-anak mereka. “Kita adalah senasib dan seperjuangan. Tetaplah semangat, agar anak kita bisa sukses bila ada rejeki kita,” ucapnya.
Pada sesi diskusi dan tanya jawab disampaikan tiga usulan: bagaimana orang tua dapat membantu anak yang mengalami kecelakaan sehingga fungsi tubuhnya terhambat, pemberian kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk bertugas di Gereja, dan permohonan bantuan pengobatan dan terapi.
Pertemuan ini menunjukkan betapa pentingnya dukungan dan partisipasi komunitas dalam memperkuat semangat dan harapan penyandang disabilitas serta keluarga mereka. (*)
Kontributor Katolikana, tinggal di Paroki St. Maria Ratu Rosari Tanjung Selamat Medan, Keuskupan Agung Medan.