Katolikana, Timika — Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) di lima keuskupan se-Regio Papua bekerjasama dengan Komsos Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) menggelar pelatihan Komsos selama empat hari.
Pelatihan yang berlangsung dari 31 Juli sampai dengan 3 Agustus 2024, dilaksanakan di Jl.Bobaigo, SP II kompleks Keuskupan Timika, Provinsi Papua Tengah.
Acara pembukaan dibuka dengan registrasi peserta, ibadah pembukaan, sambutan pertama dari Keuskupan Timika, sambutan kedua dari Komsos KWI dan perkenalan peserta dari lima Keuskupan di tanah Papua yang hadir.
Sekertaris Jenderal (Sekjen) Keuskupan Timika, Pastor Andreas Madya, SCJ mewakili Keuskupan Timika sebagai tuan rumah mengucapkan selamat datang kepada Komsos KWI dan Komsos se-Regio Papua dari lima Keuskupan di tanah Papua.
Pastor Andreas juga menyapa para peserta yang datang dari lima Keuskupan di tanah Papua. Kata dia, pada zaman kita ini, kita tidak lepas dengan media sosial dari hidup kita.
Kita sebagai murid-murid Tuhan di panggil untuk mewartakan Kristus Tuhan. Oleh karena itu, kita mengangkat thema “berjalan bersama mewartakan Kristus dalam media sosial”. Kata “berjalan bersama’ dalam Gereja Katolik menjadi viral di media sosial.
Ini bagian kita, panggilan kita untuk mewartakan Kristus melalui media sosial. Ini suatu yang inspiratif perutusan kita masing-masing.
Dalam sambutan juga Pastor Andreas menyapa para peserta terkait gembala di Keuskupan Timika. Kepada saudara dan saudari sekalian, lima tahun terakhir kami di Keuskupan Timika belum ada gembala baru menggantikan almarhum Bapak Uskup Mgr Jhon Philip Saklil, Pr. Kami terus berdoa agar ada gembala di Keuskupan kami di Timika, ungkapnya.
RD Antonius Gregorius A.Lalu memimpin misa pembukaan pelatihan Komsos dalam homili meyampaikan untuk apa pertemuan Komsos, untuk apa Komsos berkumpul ? apakah kita jalan-jalan saja kah ? Komsos jalan juga berguna menjadi inspirasi kita.

Saudara-saudari para imam, para pastor serta para pelayan gereja yang terkasih, pertemuan perjumpaan antar pelaku komunikasi sosial bagai laksanakan raja yang begitu tua, yang membangun untuk menghitung kemampuan kita dengan profesional.
Menurut Sekertaris Jenderal Komsos KWI juga mengatakan ada yang sudah maju berbagi kepada yang lain, ada yang sudah banyak sekali karya. Ada yang membuat video pendek untuk menyebarkan nilai-nilai baik melalui pewartaan YouTube, Facebook, Instragram dan Tiktok, sehingga kita dipanggil untuk menjadi pewarta di dunia digital. Untuk itu harus refleksikan diri kita, paroki kita, dan keuskupan kita.
Apakah kita profesional atau tidak, apakah kita sanggup atau tidak, untuk itu kita pentingnya kita duduk bersama, berbagi cerita, berbagai pengalaman, berbagi pengetahuan untuk membangun bersama, maka kita harus menang dengan perang di dunia media sosial.
Kata RD Antonius juga setiap hari kita berbincang orang ditentukan media sosial, tiap hari saat minum kopi atau di rumah apa yang kita bincangkan di WhatsApp membagi berita gosip dan debat. Tugas kita orang mudah membagi cinta kasih pewartaan itu baik untuk kita. Kalau tentang Tuhan, tentang gereja, tentang paroki kita, keuskupan kita, karya-karyanya baik itu di media sosial menjadi baik dengan orang tentang cinta kasih, saling mengampuni kalau tidak melepaskan diri kita.
Ini untuk menginspirasi kepada orang lain, supaya kita membuat ini. Jika kita memberikan inspirasi kepada orang itu bukan sombong tetapi mempunyai pewarta itu cinta kasih. Dalam perjumpaan ini kita bersama belajar, kita menjadi profesional dalam pewartaan komunikasi sosial. Itu menjadi bahan perbincangan kita.
Pertanyaan adalah siapa yang akan tempatkan di media sosial? Apakah itu tugas pastor Paroki atau hanya tugas ketua-ketua Komsos saja. Itu tugas kita bersama, orang mudah tempatkanlah pewarta cinta kasih.
Dalam sambutanya juga Pastor Gregorius mengatakan kita berbagi cerita satu sama lain. Oleh karena itu, bapak Paus Fransiskus berpesan “hidup adalah cerita”. Hal itu ditulis dalam hari Komunikasi Sosial bahwa cerita apapun mendekatkan dengan cinta kasih, memberi inspirasi kebenaran. Meskipun itu, cerita unik membawa kebaikan dengan penuh cintah kasih.
“Ini prinsip dalam pewartaan komunikasi sosial. Kita membawa dengan penuh cinta kasih. Setiap cinta akan bermakna kebaikan bagi banyak orang diceritakan dengan penuh kasih.”
Kata dia, tahun ini Bapak Paus Fransiskus juga menulis pesan biasa berhubgan kedewasaan artifisial. Kita diminta untuk orang yang bijak. Semakin kesini, semakin kita dikuasai teknologi. Pasti kita masuk banyak yang berubah maka hati harus dipersiapkan supaya kita tidak menjadi hidup seperti mesin. Kecerdasan artifisial itu mengantarkan kita seperti mesin.
Paus Fransiskus mengingatkan kepada kita bahwa jangan kita sama seperti robot. Kita manusia punya berperasaan, saling berjumpa, saling menyapa secara langsung maupun lewat media sosial.
Oleh karena itu, manfaatkan media sosial dengan baik. Hidup jangan dengan pinjaman online (Pinjol) yang mengakibatkan hidup kita tidak aman. Dia mengambil contoh, kita pinjam Rp 1 juta, mengembalikan Rp 10 juta tau Rp 20 juta.
Kita harus tinggalkan kebiasaan buruk seperti main judi online maupun Pinjol yang menyebabkan kehidupan keluarga tidak harmonis. (*)
Editor: Ageng Yudhapratama

Kontributor Katolikana.com di Paniai, Papua. Lahir di Ibumaida, Paniai, tahun 1989. Penulis bekerja di Komisi Keadilan dan Perdamaian Keutuhan Ciptaan Paroki Kristus Sang Gembala (KSG) Wedaumamo, Keuskupan Timika. Ia juga aktif di organisasi Pemuda Katolik Komisariat Cabang di Kabupaten Paniai.