Perjuangan Andy Hariyanto Albertus Sipayung Melampaui Keterbatasan

Keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih kehidupan yang berarti dan berkontribusi bagi sesama.

0 54

Katolikana.com—Sebagai seorang difabel, Andy Hariyanto Albertus Sipayung memiliki perjalanan hidup yang penuh liku.

Dia membagikan kisah hidupnya di hadapan 60 orang penyandang disabilitas yang mengikuti Pertemuan Penyandang Disabilitas se-Paroki  Santo Yosep Delitua di Wisma Maximilianus Kolbe Delitua, Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara hari Kamis (23/5/ 2024).

Andy Haryanto Albertus Sipayung, Wakil Sekretaris MPDI. Foto: Parulian Tnambunan

Andy mengisahkan masa kecilnya yang penuh tantangan. Pada usia dua tahun, ia terkena polio, yang membuatnya harus merangkak untuk bergerak.

Di usia lima tahun, ia dibawa ke Harapan Jaya, Pematang Siantar, dan setelah dirawat selama tiga bulan, ia akhirnya bisa berjalan tanpa merangkak. Namun, cobaan hidup tak berhenti di situ. Saat duduk di kelas 3 SD, ia pindah ke Medan.

Tak lama kemudian, ibunya meninggal dunia saat Andy kelas 4 SD, disusul ayahnya yang wafat ketika Andy kelas 5. Menjadi yatim piatu dan disabilitas membuat hidup terasa sangat sulit baginya.

Mencari Arah Hidup

Setelah lulus SMA, Andy menghadapi masa-masa sulit. Dengan keterbatasan biaya, ia tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di tengah keputusasaan, bahkan sempat terlintas dalam pikirannya untuk mengakhiri hidup.

Namun, Andy menemukan kekuatan dari sesama penyandang disabilitas yang ia temui di Lau Bakeri, sebuah pusat rehabilitasi.

“Saya bangkit karena melihat sesama teman penyandang disabilitas. Mereka yang kondisi disabilitasnya lebih parah dari saya, tapi memiliki semangat hidup yang besar. Itu membuat saya berpikir, jika mereka bisa, saya juga bisa,” ungkapnya.

Andy menekankan pentingnya dukungan dan dorongan bagi anak-anak disabilitas, terutama dari orang tua. Menurutnya, kebijakan sekarang lebih mendukung perlindungan dan penghargaan bagi disabilitas.

Namun, tingkat pendidikan sering menjadi kendala saat mencari pekerjaan. Ia juga menggarisbawahi peran penting komunitas dalam saling menguatkan dan mendukung.

“Ketika kita melihat kelebihan orang lain dalam kekurangannya, kita bisa melihat kelebihan kita sendiri. Itulah pentingnya komunitas, supaya kita bisa saling menguatkan. Karena kita tahu diri kita, apa kekurangan kita dan apa yang kita butuhkan,” jelas Andy.

Andy juga menyoroti pentingnya aksesibilitas bagi disabilitas di Gereja. Ia berharap ada lebih banyak perhatian terhadap para lansia dan penyandang disabilitas agar mereka bisa lebih mudah berpartisipasi dalam kegiatan gereja.

“Mari kita berpartisipasi, jangan ingat kekurangan kita, tapi lihat apa yang bisa kita berikan untuk Tuhan,” serunya.

Rencana Tuhan

Andy percaya bahwa Tuhan memiliki rencana bagi setiap orang. Ia mendorong semua orang untuk terus berkomunikasi dan berbagi pengalaman hidup.

Andy mengungkapkan perasaannya tentang bagaimana Tuhan menggunakan dirinya dan orang-orang disabilitas lainnya sebagai saluran berkat.

“Saya yakin dan percaya, apa yang Tuhan rencanakan pada hidup saya, begitu juga terhadap hidup Bapak-Ibu dan teman-teman. Kita harus mengambil peranan seperti Tema Fokus Pastoral KAM 2024: Umat Katolik Yang Berpartisipasi,” ujar Andy.

Andy menekankan bahwa hidup bukan hanya tentang kesempurnaan fisik, tetapi tentang bagaimana kita menjalani dan menerima hidup dengan segala kekurangannya.

“Hidup ini bukan hanya soal kaki, mata, atau pendengaran. Setiap orang punya kekurangan dan kelebihan,” kata Andy.

Andy mengakhiri sharingnya dengan pesan yang kuat, “Kita ini Panitia, kita dipakai Tuhan. Supaya berkat-berkat dari Tuhan itu mengalir kepada orang lain.”

Ia mengajak semua orang untuk terus semangat dan tidak berkecil hati dengan kekurangan yang dimiliki, karena setiap orang punya peran dan talenta yang bisa dipersembahkan kepada Tuhan. (*)

Kontributor Katolikana, tinggal di Paroki St. Maria Ratu Rosari Tanjung Selamat Medan, Keuskupan Agung Medan.

Leave A Reply

Your email address will not be published.