Jilbab Siswi Non-Muslim di Sekolah Negeri dan Menteri Nadiem Makarim yang Pluralis

Sikap tegas Menteri Nadiem Makarim bahwa sikap intoleransi dengan pemaksaan penggunaan jilbab harus ditindak dan tidak dapat dibiarkan.

0 756

Katolikana.com – Masyarakat kembali dikejutkan dengan tindakan intoleransi yang begitu terang-terangan dilakukan di lingkungan pendidikan sekolah umum. Berawal dari beredarnya sebuah video yang menunjukkan adu argumen tentang pemaksaan penggunaan jilbab antara orang tua siswa dengan Wakil Kepala Sekolah SMKN 2 Padang, Sumatera Barat.

Oknum pendidik tersebut, yang seharusnya bersikap netral dan memberi contoh toleransi pada lingkungan sekolah, justru menunjukkan sikap intoleransi.

Di dalam video viral tersebut, Elianu Hina sebagai pihak orang tua menolak aturan penggunaan jilbab pada anaknya yang non-Muslim, Jeni Cahyani Hia, siswi kelas IX pada Jurusan Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran (OTKP).

Walaupun awalnya berkelit dengan mengatakan bahwa aturan berpakaian sudah ditentukan dan disepakati dari awal, tetap ditanggapi reaksi keras masyarakat dengan mengecam aksi intoleran tersebut. Akhirnya, Kepala Sekolah SMKN 2 Padang, Rusmadi menyampaikan permintaan maaf di depan puluhan wartawan dalam konferensi pers pada Jumat malam (22/1/2021).

Nadiem Makarim, sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan pemegang tampuk tertinggi arah pendidikan Indonesia, menyatakan sikap secara tegas bahwa sikap intoleransi dengan pemaksaan penggunaan jilbab harus ditindak dan tidak dapat dibiarkan.

Dengan berpedoman pada UU No. 39 tahun 1999 Pasal 55 tentang Hak Asasi Manusia bahwa setiap anak berhak beribadah menurut agamanya serta UU No. 20 tahun 2003 Pasal 4 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional di mana pendidikan harus diselenggarakan secara demokratis, berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi HAM, nilai kultural dan kemajemukan bangsa.

Nadiem Markarim dengan lugas melarang tindakan pemaksaan penggunaan atribut agama tertentu di lingkungan sekolah. Beliau juga mengutip Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 45 Tahun 2014 Pasal 3 ayat 4 bahwa sekolah tidak boleh sama sekali membuat peraturan maupun himbauan tentang penggunaan model pakaian agama tertentu sebagai seragam sekolah. Lebih jauh beliau mengatakan bahwa perbuatan seperti ini dapat berbuah pencopotan jabatan.

Sikap tegas dan lugas dari Nadiem disambut gembira oleh masyarakat yang merasa cemas dan khawatir dengan tingginya perilaku intoleransi di lingkungan pendidikan di tahun-tahun belakangan ini. Sekolah yang seharusnya mengajarkan sikap Pancasilais, menjadi ladang penyebaran benih-benih intoleransi.

Hal ini memprihatinkan mengingat anak didik merupakan generasi penerus bangsa. Untunglah kali ini Pemerintah Pusat bersikap tegas dengan secara langsung melarang tindakan-tindakan tidak terpuji ini. Sebagai penanggung jawab tertinggi pendidikan bangsa, sangatlah melegakan bahwa Nadiem menunjukkan sikap yang tidak berkompromi terhadap intoleransi.

Sebenarnya hal ini sudah dapat diprediksi ketika Jokowi memanggil Nadiem untuk membantu dalam pemerintahannya. Jebolan perguruan tinggi bergengsi Harvard ini dikenal inovatif ketika mendirikan perusahaan start up-nya, Gojek. Ketika didaulat untuk memegang jabatan sebagai Mendikbud, Nadiem pun berupaya untuk mendobrak dengan meniadakan ujian negara.

Lebih menarik lagi ketika melihat latar belakang keluarga Nadiem. Dilahirkan dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadrie, Nadiem menghabiskan banyak waktunya bersekolah di luar negeri. Sejak SMA dia mulai menimba ilmu di negeri Singa yang kemudian dilanjutkan dengan kuliah di Amerika Serikat.

Latar belakang hidupnya yang banyak bergaul dengan teman-teman yang berbeda kebangsaan dan agama ini yang kemungkinan membentuk Nadiem menjadi seorang pluralis. Tidak hanya itu, istri Nadiem Makarim, Franka Franklin pun merupakan seorang Katolik. Pernikahan mereka bahkan diselenggarakan secara Katolik.

Sepertinya memang Nadiem sudah menerapkan toleransi dalam kehidupan sehari-harinya. Tidak mengherankan kalau Nadiem terlihat geram saat menanggapi pemaksaan jilbab bagi murid yang non-Muslim.

Kontributor Katolikana.com di Jakarta. Penulis freelance dan ibu rumah tangga.

Leave A Reply

Your email address will not be published.