Caritas Jerusalem: Tempat Ibadah dan Nyawa Warga Sipil Harus Dihormati

Konfederasi Caritas rilis pernyataan solidaritas dan menyerukan "penghormatan terhadap kesakralan hidup dan ruang-ruang yang melindunginya," menyusul serangan terhadap Paroki Keluarga Kudus di Gaza, Kamis pagi (17/7/2025)

0 23

Vatican, Katolikana.com–Serangan Israel terhadap Gereja Paroki Keluarga Kudus di Gaza terjadi pada pagi hari Kamis (17/7/2025). Caritas Jerusalem dan Caritas Internationalis merilis pernyataan yang menyatakan “duka cita dan belasungkawa terdalam bagi para korban.”

Dikutip dari VaticanNews tiga orang tewas dalam penembakan tersebut yakni : Saad Salameh, 60 tahun, petugas kebersihan paroki; Fumayya Ayyad, 84 tahun; dan Najwa Abu Daoud, 69 tahun.

Mereka dibawa ke Rumah Sakit Al-Mamadani dan meninggal dunia akibat kekurangan pasokan medis dan unit darah di Gaza.

Yang lainnya terluka dalam serangan tersebut, beberapa di antaranya kritis, karena gereja tersebut digunakan menampung warga sipil yang mengungsi.

Hormati Kesucian Hidup

Alistair Dutton, Sekretaris Jenderal Caritas Internationalis, mengeluarkan pernyataan yang menyoroti kesedihan mendalam mereka atas berita serangan tersebut.

“Kematian mereka merupakan pengingat yang menyakitkan akan kondisi mengerikan yang dialami warga sipil dan tenaga medis di bawah pengepungan.”

Alistair Dutton juga meminta semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk “menghormati kesakralan hidup dan ruang yang melindunginya.”

Umat Katolik Palestina berduka atas Saad Salameh dan Foumia Ayyad, yang tewas dalam serangan Israel yang menghantam Gereja Keluarga Kudus di Kota Gaza (Foto AFP)

Pastor Gabriel Romanelli, pastor paroki, juga mengalami luka dalam serangan tersebut. Selama seminggu terakhir, ia telah mendesak semua orang untuk tetap di dalam rumah karena meningkatnya bahaya penembakan hebat dan operasi militer di sekitar paroki.

Staf Caritas Jerusalem di Gaza menekankan bahwa peringatan Romo Romanelli telah membantu menyelamatkan nyawa.

“Jika Romo Gabriel tidak memperingatkan kami untuk tetap di dalam rumah, kami mungkin kehilangan 50 hingga 60 orang hari ini. Itu akan menjadi pembantaian.”

Kehilangan Dua Orang Staf

Hal ini terjadi setelah Caritas Jerusalem kehilangan dua staf dari Pusat Kesehatan Gaza pada bulan Oktober dan November 2023, beserta anak-anak mereka, akibat pengeboman.

Caritas Jerusalem adalah organisasi kemanusiaan dan pembangunan yang mewakili pelayanan sosial-pastoral Gereja Katolik di Yerusalem. Organisasi kemanusiaan ini berbasis di Jerusalem.

Caritas Yerusalem didirikan pada tahun 1967 setelah Perang Enam Hari, untuk menanggapi kebutuhan mendesak para pengungsi Palestina.

Titik Kritis

Hanya beberapa hari sebelum serangan terhadap paroki Keluarga Kudus terjadi Caritas Jerusalem merilis sebuah laporan yang menjelaskan bagaimana situasi kemanusiaan telah mencapai “tingkat kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya” di Gaza.

Dalam pernyataan tertanggal 14 Juli 2025 organisasi tersebut menekankan bahwa setiap aspek kehidupan sipil sehari-hari telah hancur.

Warga Palestina mengantre untuk mendapatkan seporsi makanan hangat yang didistribusikan oleh dapur amal di kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah pada 15 Juli 2025 (Foto AFP)

Pengiriman makanan terhenti akibat meningkatnya serangan terhadap orang-orang yang mencari bantuan—758 orang tewas dan lebih dari 5.000 orang terluka sejak 27 Mei 2025.

Akibatnya, seluruh penduduk— yang berjumlah 2,1 juta jiwa—menghadapi kelaparan akut.

Hampir 80% stasiun air, sanitasi, dan kebersihan berada di zona konflik aktif. Sekitar 40% dari semua penyakit yang dilaporkan adalah diare berair akut.

Rumah sakit penuh sesak dan kekurangan sumber daya, sementara pendidikan hampir lumpuh.

Sekitar 1,3 juta orang saat ini membutuhkan tempat penampungan darurat, dan keluarga-keluarga semakin rentan terhadap kekerasan berbasis gender dan eksploitasi anak.

Situasi Sangat Memprihatinkan

Caritas International menyatakan solidaritasnya dengan Caritas Jerusalem dan semua orang yang bekerja di bawah pengepungan yang berfokus melayani mereka yang membutuhkan dan menghadapi situasi yang mengerikan.

Organisasi ini menyerukan kepada semua orang untuk:

  • Menghormati dan melindungi tempat ibadah dan tempat penampungan kemanusiaan, sebagaimana diuraikan dalam hukum humaniter internasional;
  • Menjamin akses tanpa batas terhadap bantuan kemanusiaan, jalur aman, dan perawatan medis bagi warga sipil;
  • Menghentikan semua serangan terhadap warga sipil, terutama mereka yang berlindung di gereja, tempat ibadah lainnya, dan zona kemanusiaan yang telah ditetapkan dengan jelas;
  • Melindungi martabat manusia, yang tidak boleh dikompromikan atau hilang di masa perang.
Pertemuan relawan Caritas Jerusalem (Foto Vatican News)

Pertemuan Relawan Caritas Jerusalem

Bertemu dengan relawan Caritas Jerusalem, Konfederasi Caritas terus menggaungkan seruan Paus Leo XIV untuk gencatan senjata segera dan menegaskan kembali seruannya untuk sepenuhnya menghormati hukum internasional, hukum humaniter, dan hukum hak asasi manusia.

Hukum humaniter, atau dikenal juga sebagai hukum humaniter internasional (HHI) atau hukum perang, adalah seperangkat aturan yang bertujuan untuk membatasi dampak konflik bersenjata terhadap manusia dan membatasi cara serta metode berperang.

Hukum ini juga melindungi orang-orang yang tidak lagi berpartisipasi dalam pertempuran, seperti warga sipil, pekerja medis, dan tawanan perang, serta membatasi penggunaan kekuatan oleh pihak-pihak yang berkonflik. (*)

Katekis di Paroki Kleco, Surakarta

Leave A Reply

Your email address will not be published.