Sastra

Mario Magul, Mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma

Ada kalanya kita menunduk, merasa kecil di hadapan panggilan hidup. “Siapa aku?” “Apakah aku cukup baik?” “Kenapa harus aku?”

Pagi itu, Labuan Bajo masih enggan bangun dari kantuknya. Matahari baru saja menyentuh atap-atap rumah, tapi suara dari dapur kecil di sudut gang sempit itu telah menghidupkan pagi.

Pada musim dingin tahun 2013, sebuah perahu kayu yang rapuh karam di lepas pantai Lampedusa, Italia. Itu pulau kecil di perbatasan Afrika Utara dan Eropa.

udah tiga kali Perayaan Paskah kulewati di perantauan. Rasa amarahku pada ibu belum juga hilang, hingga kala itu ku putuskan pergi meninggalkan rumah dan ibu.

Sudah kubulatkan tekad untuk pulang mudik pada Lebaran tahun ini. Aku membeli sepeda motor baru meski aku harus membayarnya dengan mengangsur selama tiga tahun. Sepeda motor itu kini terparkir di depan rumahku dan siap membawa keluargaku…

TERTATIH MENUJU KASIH-MU Di tengah malam yang dingin dan kelam Di bawah beban salib kehidupan Aku berjalan tertatih, penuh derita Kehidupan terasa begitu berat dan pahit. Seruanku seakan hilang tanpa balasan Seolah surga menutup…

Kafe itu tidak terlalu penuh. Aku duduk di bangku sudut dekat jendela. Hujan di luar sudah mulai reda. Kopiku tinggal seperempat cangkir. Namun aku belum mau beranjak dari situ.

SENJA sudah berlalu pergi, entah ke mana perginya. Yang kutahu, ia perlahan menghilang di balik tembok biaraku, meninggalkan jejak samar dilangit yang beranjak gelap. Aku masih saja duduk membisu di teras depan biara, ditemani sebatang…

Sebenarnya yang aku cari adalah kau, sosok bayangan yang selalu bersembunyi dalam pikiranku. Kau juga sering muncul dalam imajiku dan berkreasi dalam jemari membentuk aksara-aksara yang kadang sukar tuk kumengerti sendiri.