“Jalan Lurus” Menuju Bari: Mgr. Maksimus Regus Bagikan Bingkisan Natal Lintas Iman di Pelosok Manggarai Barat

0 13

Manggarai Barat, Katolikana.com — Sukacita Minggu Adven II, Minggu (7/12/2025), terasa berbeda bagi umat di Stasi Bari, Paroki Santo Martinus Bari. Gereja yang terletak di pesisir utara Kabupaten Manggarai Barat ini menyambut kedatangan gembala utama mereka, Uskup Keuskupan Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus.

Bagi umat Bari, ini adalah kali kedua Mgr. Maksi—sapaan akrab sang Uskup—menginjakkan kaki di tanah mereka. Kenangan pertama terukir pada 9 Juli 2025, saat pembukaan prosesi patung Bunda Maria Assumpta Nusantara dalam rangkaian Festival Golo Koe.

Namun, kunjungan kali ini terasa lebih intim dan menyentuh hati, sebab sang gembala datang bukan untuk perayaan kolosal, melainkan untuk meneguhkan hati umat di tengah penantian akan kelahiran Sang Juruselamat.

Perjalanan menuju Bari bukanlah perkara mudah. Medan pastoral yang menantang dengan infrastruktur yang terbatas menjadi “jalan salib” tersendiri. Namun, kehadiran Uskup di tengah keterbatasan ini justru menjadi pesan pastoral yang kuat tanpa kata-kata: seorang gembala harus berbau domba, hadir di tengah umatnya.

Hati sebagai Palungan: Kritik atas Konsumerisme Natal

Dalam Perayaan Ekaristi yang khidmat, Mgr. Maksi menyampaikan homili yang menohok namun menyejukkan. Ia mengajak umat untuk memaknai masa Adven bukan sekadar rutinitas liturgis, melainkan sebuah gerakan batin yang radikal.

“Persiapan kita di masa Adven ini bukan hanya menyangkut hal-hal lahiriah seperti baju baru, perhiasan baru, atau dekorasi Natal yang gemerlap,” tegas Uskup Maksi.

Ia mengingatkan bahwa esensi Natal sering kali tertutup oleh hiruk-pikuk perayaan duniawi. “Lebih dari itu, kita mesti menyiapkan hati kita agar pantas menjadi palungan bagi Sang Raja Damai,” tambahnya.

Mengutip seruan Yohanes Pembaptis untuk “meluruskan jalan bagi Tuhan”, Uskup pertama Labuan Bajo ini menekankan pentingnya rekonsiliasi. Jalan yang bengkok oleh dendam, dengki, dan relasi keluarga yang retak harus diluruskan.

“Kita mesti meratakan semuanya itu agar Tuhan layak masuk di dalam diri kita dan di tengah kehidupan kita,” pesannya.

Solidaritas Tanpa Sekat Agama

Puncak dari kunjungan kasih ini terjadi seusai Ekaristi. Mengejawantahkan visi Keuskupan Labuan Bajo yang “Sinodal, Solid, dan Solider”, Mgr. Maksi membagikan kado Natal berupa paket sembako kepada 75 keluarga prasejahtera.

Yang istimewa, bingkisan kasih ini menembus sekat-sekat perbedaan. Tidak hanya keluarga Katolik yang menerima, tetapi juga keluarga-keluarga Muslim di sekitar wilayah Bari. Momen ini menegaskan bahwa Natal adalah peristiwa kemanusiaan universal; sebuah perayaan solidaritas Allah yang menyapa siapa saja tanpa memandang label agama.

Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Labuan Bajo, RD. Richardus Manggu, yang turut mendampingi, menjelaskan makna teologis di balik aksi karitatif ini.

“Kado Natal ini merupakan tanda kasih Bapa Uskup. Ia ingin mewujudkan kasih Yesus secara nyata. Jangan melihat wujudnya yang kecil dan sederhana, tetapi lihatlah hati Gereja yang peka, peduli, dan solider,” ungkap Romo Richardus.

Seperti Maria Mengunjungi Elisabet

Kehadiran Uskup di tengah umat pedalaman ini disambut haru oleh Pastor Paroki St. Martinus Bari, RD. Beny Hengki. Mewakili umat, ia melukiskan kunjungan ini sebagai perjumpaan biblis yang penuh rahmat.

“Kami sungguh mengapresiasi semangat pelayanan Bapa Uskup. Kunjungan ini membawa sukacita Adven bagi kami, layaknya sukacita yang dialami Elisabet ketika dikunjungi oleh saudaranya, Maria,” ujar Romo Beny.

Romo Beny mengakui, di tengah kesibukan pelayanan keuskupan baru yang padat, kesediaan Uskup menempuh perjalanan jauh ke Bari adalah bukti cinta yang tulus.

Senyum merekah tampak di wajah keluarga-keluarga penerima bingkisan. Di pelosok Bari, Gereja hadir bukan sebagai menara gading, melainkan sebagai kawan seperjalanan yang peduli pada perut yang lapar dan hati yang rindu sapaan.

Peristiwa di Bari ini menjadi pengingat bagi seluruh umat Katolik: Adven adalah waktu untuk berbagi. Sebab, hanya dengan terus berbagi—bahkan di tengah kekurangan—kasih akan semakin bertumbuh dan berbuah nyata. (*)

Leave A Reply

Your email address will not be published.