Uskup Labuan Bajo Serukan Pelajar Jadi ‘Agen Perubahan’ Berkarakter Kuat

0 36

Labuan Bajo, Katolikana.com – Ratusan pelajar dari berbagai sekolah di Kecamatan Komodo, Keuskupan Labuan Bajo, berkumpul dalam Misa Pelajar yang dipimpin oleh Uskup Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus, Pr.

Perayaan Ekaristi yang berlangsung di Gereja St. Petrus Sernaru, Kamis (11/12/2025), menjadi momentum refleksi mendalam, meneguhkan kembali panggilan kaum muda untuk tumbuh dalam iman, kecerdasan, dan karakter.

Dalam homilinya, Mgr. Maksimus mengajak para pelajar untuk menghadapi tantangan zaman dengan hati yang jernih dan semangat belajar yang benar. Uskup menyoroti perkembangan dan tantangan teknologi saat ini yang menuntut pelajar untuk belajar lebih giat.

“Para pelajar diharapkan harus menjadi agen perubahan (agent of change). Teknologi tidak boleh menjadi tuan dalam hidup. Untuk itu, para pelajar dituntut mampu menjadi pembeda, tahu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang benar dan mana yang tidak benar,” tegas Mgr. Maksi.

Uskup menekankan bahwa manusia yang cerdas di era disrupsi bukanlah yang paling kuat, melainkan yang paling fleksibel, kreatif, dan berkarakter kuat. Menjadi manusia yang ‘disrupsi’ berarti mampu hidup di tengah guncangan teknologi tanpa kehilangan jati diri, moral, dan arah hidup.

“Kita tidak hanya bertahan dari perubahan, tetapi menjadi pribadi yang membentuk perubahan itu,” ujarnya.

Kesetiaan dan Keberanian dalam Arus Kompleksitas

Senada dengan Uskup, Romo Richardus Manggu, Pr. (Vikjen Keuskupan Labuan Bajo), dalam sambutannya mengajak pelajar untuk tetap setia dan berani menghadapi tantangan zaman. Kesetiaan dalam iman harus dibarengi keberanian untuk menghadapi kompleksitas kehidupan masa kini.

Romo Yohanes F. Selman Pr (Komisi Pendidikan) menyoroti tantangan menjaga kesetiaan dan keberanian. Ia mengakui bahwa godaan untuk mencontek, mencari jalan pintas, atau mengikuti tren keliru semakin besar.

Sementara itu, Romo Ignasius Azevedi Viares, Pr. (Komisi Kepemudaan) menambahkan, pelajar dituntut berani mengatakan benar itu benar dan salah itu salah.

“Tidak mudah untuk berani berbeda di tengah tekanan teman sebaya. Banyak pelajar takut dikucilkan jika menolak ajakan yang salah atau takut bersuara ketika melihat ketidakadilan,” jelas Romo Savri, menegaskan bahwa keberanian untuk bermimpi dan bertanggung jawab atas pilihan hidup adalah tantangan nyata.

Pelajar dipanggil untuk setia pada nilai-nilai luhur dan berani menghadapi tantangan.

Respons Gereja terhadap Isu Martabat Diri dan Prostitusi Anak

Misa Pelajar kali ini juga diisi dengan kegiatan sosialisasi yang sangat relevan dengan isu-isu lokal yang sedang mencuat.

Sr. Frederika Tanggu Hana, SSpS (Suster Rita) dari JPIC SSpS Labuan Bajo, bersama Ibu Yulana Tati Haryatin, melakukan sosialisasi tentang pergaulan dan pentingnya menjaga martabat diri.

Sosialisasi ini merupakan respons langsung terhadap laporan media lokal mengenai dugaan kasus prostitusi yang melibatkan anak-anak usia sekolah dasar hingga SMA di Labuan Bajo.

Laporan tersebut menyebutkan adanya dugaan eksploitasi seksual anak di jaringan tempat penginapan tertentu yang kemudian tersebar hingga ke hotel.

“Kami berbagi tentang betapa indahnya masa muda ketika dijalani dengan pilihan-pilihan yang benar, dan betapa rapuhnya bila diseret oleh pergaulan bebas, seks bebas, prostitusi terselubung, hingga ancaman HIV/AIDS yang merenggut masa depan tanpa kompromi,” ungkap Suster Rita.

Para pelajar diingatkan bahwa menjaga kesucian martabat diri bukan sekadar aturan moral, melainkan tindakan mencintai diri sendiri sebagai pribadi yang suci, berharga, dan bermartabat.

Martabat diri adalah kompas batin yang menuntun mereka tetap teguh di tengah derasnya arus zaman. Diharapkan, melalui dialog ini, lahir keberanian dalam hati mereka untuk menolak yang menyesatkan dan memilih yang benar, berjalan sebagai pribadi muda yang kuat, jernih, dan mulia di hadapan Allah maupun sesama.

Di tengah situasi yang kompleks ini, pelajar dipanggil untuk setia pada nilai-nilai luhur dan berani menghadapi tantangan, bukan hanyut dalam arus. Kesetiaan dan keberanian inilah yang diyakini akan membentuk karakter kuat dan masa depan yang bermakna. (*)

Leave A Reply

Your email address will not be published.