Apa Kata Paus Fransiskus Tentang Civil Unions? Berikut Penjelasan Catholic News Agency (CNA)

0 1,193

Katolikana.com —Francesco,” sebuah film dokumenter tentang kehidupan dan pelayanan Paus Fransiskus, menjadi isu dunia setelah dalam film itu Paus Fransiskus menyerukan pengesahan civil union laws for same-sex (undang-undang persatuan sipil untuk pasangan sesama jenis kelamin).

Beberapa aktivis dan laporan-laporan media menyatakan bahwa Paus Fransiskus telah mengubah ajaran Katolik melalui wacananya itu.

Di kalangan umat Katolik, komentar Paus menimbulkan pertanyaan tentang apa yang sebenarnya Paus katakan, apa artinya, dan apa yang diajarkan Gereja tentang civil union (persatuan sipil) dan pernikahan.

Terkait pertanyaan-pertanyaan tersebut, berikut penjelasan Catholic News Agency (CNA):

 

Apa yang Dikatakan oleh Paus Fransiskus tentang Civil Unions?

Selama segmen “Francesco” yang membahas reksa pastoral Paus Fransiskus yang diidentikkan sebagai LGBT, Paus membuat dua komentar berbeda.

Pertama ia mengatakan: “Kaum homoseksual memiliki hak untuk tinggal di tengah-tengah keluarganya. Mereka juga adalah anak-anak Allah dan memiliki hak untuk berada dalam keluarga. Tidak ada yang harus disingkirkan, atau dibuat menderita karenanya.”

Meskipun Paus tidak menjelaskan makna dari pernyataannya dalam video tersebut, Paus Fransiskus telah mengatakan sebelumnya ia menganjurkan para orang tua dan kerabat agar tidak mengucilkan atau menghindari anak-anak yang teridentifikasi sebagai LGBT. Hal ini tampaknya mengartikan sebuah hal di mana Paus berbicara tentang hak setiap orang untuk menjadi bagian dari sebuah keluarga.

Beberapa orang berpendapat bahwa ketika Paus Fransiskus berbicara tentang “hak untuk berada dalam keluarga,” maksud mereka Paus sedang memberikan semacam dukungan secara tersirat untuk menerima hubungan pasangan sesama jenis kelamin.

Padahal Paus sebelumnya telah menentang penerimaan hubungan sejenis itu, dengan mengatakan bahwa melalui mereka (kaum homoseksual), anak-anak “tidak dapat berperan lagi dalam perkembangan manusia yang sebenarnya diberikan oleh seorang ayah dan ibu serta dikehendaki oleh Allah”, dan ia mengatakan bahwa “oleh karena itu setiap dari mereka membutuhkan ayah laki-laki dan ibu perempuan yang dapat membantu mereka (kaum homoseksual) membentuk jati diri mereka”.

Mengenai civil unions (persatuan sipil), Paus mengatakan bahwa: “Apa yang harus kita lakukan adalah hukum sipil. Dengan cara itu mereka (kaum homoseksual) dilindungi oleh undang-undang.”

“Saya dukung itu,” tambah Paus Fransiskus.

Tampaknya perkataan ini mengacu pada proposalnya kepada sesama para Uskup, saat debat pada tahun 2010 di Argentina tentang pernikahan gay, bahwa menerima civil unions mungkin merupakan cara untuk mencegah pengesahan undang-undang pernikahan sesama jenis kelamin di negara itu.

Apa yang Dikatakan Paus Fransiskus tentang Pernikahan Gay?

Tidak ada. Topik pernikahan gay tidak dibahas dalam film dokumenter tersebut. Dalam pelayanannya, Paus Fransiskus sering kali menegaskan ajaran doktrinal Gereja Katolik bahwa pernikahan adalah hubungan seumur hidup antara seorang pria dan seorang wanita.

Jadi meski Paus Fransiskus sering menganjurkan sikap untuk menerima umat Katolik yang teridentifikasi sebagai LGBT, Paus juga mengatakan bahwa “pernikahan adalah antara pria dan wanita,” dan mengatakan bahwa “keluarga terancam oleh semakin banyaknya upaya yang berkembang untuk mendefinisikan kembali arti perkawinan yang sebenarnya,” dan bahwa upaya untuk mendefinisikan ulang arti perkawinan yang sebenarnya “dapat membawa ancaman untuk merusak rencana Allah atas ciptaan”.

Mengapa komentar Paus tentang Civil Unions menjadi Masalah Besar?

Meskipun Paus Fransiskus sebelumnya telah membahas civil unions, ia belum secara eksplisit mendukung gagasan tersebut di depan umum. Walaupun konteks kutipannya dalam film dokumenter itu tidak sepenuhnya diungkapkan, dan mungkin saja Paus menambahkan kualifikasi yang tidak terlihat di kamera, dukungan dari civil unions (persatuan sipil) untuk pasangan sesama jenis kelamin adalah pendekatan yang sangat berbeda bagi seorang Paus, sebuah pendekatan yang mewakili salah satu dari posisi kedua pendahulunya mengenai masalah ini.

Pada tahun 2003, dalam sebuah dokumen yang disahkan oleh Paus Yohanes Paulus II dan ditulis oleh Kardinal Joseph Ratzinger, yang menjadi Paus Benediktus XVI, Kongregasi untuk Doktrin Iman mengajarkan bahwa “penghormatan terhadap kaum homoseksual tidak dapat mengarah pada persetujuan perilaku homoseksual dengan cara apa pun atau untuk pengakuan hukum atas persatuan homoseksual. ”

Bahkan jika civil unions mungkin dipilih oleh orang-orang selain pasangan sesama jenis kelamin, seperti saudara kandung atau teman yang ingin berkomitmen, Kongregasi untuk Doktrin Iman (Congregatio pro Doctrina Fidei  disingkat CDF) mengatakan bahwa hubungan homoseksual akan “dilihat lebih dulu dan disetujui oleh hukum,” dan bahwa civil unions “akan mengaburkan asas nilai-nilai moral tertentu dan menyebabkan devaluasi ikatan pernikahan”.

Dokumen itu menyimpulkan bahwa “Pengakuan hukum atas persatuan homoseksual atau menempatkan mereka pada tingkat yang setara dengan pernikahan tidak hanya berarti persetujuan atas perilaku menyimpang, yakni berkonsekuensi menjadikannya sebagai model dalam masyarakat saat ini, tetapi juga akan mengaburkan nilai-nilai dasar warisan kemanusiaan yang dimiliki bersama”.

Dokumen CDF tahun 2003 berisi kebenaran doktrinal posisi Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI tentang cara terbaik untuk menerapkan ajaran doktrin Gereja atas pertanyaan-pertanyaan kebijakan mengenai pengarahan sipil dan regulasi pernikahan. Meskipun posisi-posisi itu konsisten dengan disiplin Gereja yang telah lama ada mengenai masalah ini, hal itu tidak dianggap sebagai artikel iman.

Beberapa orang mengatakan apa yang diajarkan Paus adalah bidaah. Benarkah?

Tidak. Pernyataan Paus Fransiskus tidak menyangkal atau mempertanyakan kebenaran doktrinal apa pun yang dipegang atau dipercayai oleh umat Katolik. Faktanya, Paus Fransiskus seringkali menegaskan ajaran doktrinal Gereja tentang pernikahan.

Seruan Sri Paus terkait undang-undang civil unions, yang tampaknya berbeda dari posisi yang diungkapkan oleh CDF pada tahun 2003, telah dianggap mewakili penyimpangan dari penilaian moral lama yang telah diajarkan oleh para pemimpin Gereja untuk mendukung dan menjunjung tinggi kebenaran.

Dokumen CDF mengatakan bahwa undang-undang civil unions memberikan dukungan tersirat terhadap perilaku homoseksual. Meskipun Paus menyatakan dukungannya pada civil unions, ia juga berbicara dalam posisi Kepausan-nya mengenai tindakan homoseksual sebagai tindakan amoral.

Penting untuk diperhatikan juga bahwa wawancara dalam dokumenter itu bukanlah forum untuk pengajaran resmi Kepausan. Wacana Paus tersebut tidak disediakan secara lengkap, dan tidak ada transkrip yang ditampilkan, kecuali Vatikan memberikan penjelasan tambahan, itu yang perlu dipahami mengingat terbatasnya informasi yang tersedia tentangnya.

Di Beberapa Negara Ada Pernikahan Sesama Jenis Kelamin. Mengapa Ada Orang yang Berbicara tentang Civil Unions?

Ada 29 negara di dunia yang secara hukum mengakui “pernikahan” sesama jenis kelamin. Kebanyakan dari mereka berada di Eropa, Amerika Utara, atau Amerika Selatan. Namun di belahan dunia lain, perdebatan tentang definisi pernikahan baru saja dimulai.

Di beberapa bagian Amerika Latin, misalnya, definisi ulang pernikahan bukanlah topik politik yang tetap, dan aktivis politik Katolik di sana menentang langkah untuk menormalkan undang-undang civil union.

Para pendukung civil unions mengatakan bahwa mereka biasanya menjadi jembatan penghubung bagi undang-undang pernikahan sesama jenis kelamin, dan para penentang di beberapa negara mengatakan bahwa mereka khawatir pelobi LGBT akan menggunakan kata-kata Paus dalam film dokumenter itu untuk memuluskan jalan menuju pernikahan sesama jenis kelamin.

Apa yang Diajarkan oleh Gereja tentang Homoseksualitas?

Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa mereka yang teridentifikasi sebagai LGBT “harus diterima dengan rasa hormat, kasih sayang, dan kepekaan”.

Setiap bentuk diskriminasi yang tidak adil terhadap mereka harus dihindari. Orang-orang ini (kaum LGBT) jika mereka adalah orang Kristen, dipanggil untuk memenuhi kehendak Tuhan dalam hidup mereka agar bersatu dalam pengorbanan Salib Tuhan di dalam setiap kesulitan yang mereka hadapi karena keadaan mereka ini.”

Katekismus menjelaskan bahwa kecenderungan homoseksual “tidak teratur secara obyektif”, tindakan homoseksual “bertentangan dengan hukum alam”, dan mereka yang teridentifikasi sebagai lesbian dan gay, sama halnya seperti semua orang, dipanggil untuk menjalani hidup kudus.

Apakah Umat Katolik Terikat untuk Setuju dengan Sri Paus Mengenai Civil Unions?

Pernyataan Paus Fransiskus dalam “Francesco” bukan merupakan ajaran resmi Kepausan. Sedangkan penegasan Paus tentang martabat semua orang dan seruannya untuk menghormati semua orang berakar pada ajaran Katolik, umat Katolik tidak diharuskan untuk mendukung posisi para pembuat undang-undang atau kebijakan mengenai komentar Paus dalam sebuah film dokumenter.

Beberapa Uskup telah menyatakan bahwa mereka menunggu penjelasan lebih lanjut oleh Vatikan terkait komentar Sri Paus, sementara itu seorang Uskup menjelaskan bahwa: “Meskipun ajaran Gereja tentang pernikahan sudah jelas dan tidak dapat diubah, pembicaraan harus terus berlanjut mengenai cara terbaik untuk menghormati martabat orang-orang yang memiliki hubungan sesama jenis kelamin, sehingga mereka tidak mengalami diskriminasi yang tidak adil.” ***

 

Diterjemahkan oleh Yosef Saka

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.