Katolikana.com—Kedai kopi menjadi salah satu destinasi untuk mengisi waktu luang bagi masyarakat belakangan ini. Baik untuk sekedar nongkrong, berdiskusi, hingga mengerjakan tugas sekolah atau kuliah.
Tiap kedai kopi merepresentasikan tiap pemiliknya. Dari pajangan buku, interior sesuai dengan gaya hidup, dan menu yang beragam. Tiap kedai kopi memiliki cerita yang unik! Salah satunya, Kedai Laudato Si.
Kedai Laudato Si beroperasi sejak November 2020. Kedai ini menghadirkan suasana dan gaya hidup baru untuk pengunjung kedai kopi.
Ketika Anda melewati Jalan Melati Wetan, ada sebuah bangunan joglo dapat terlihat dari luar gerbang.
Keunikan kedai menyambut pengunjung ketika masuk ke area parkir. Kedai Laudato Si berada di area parkiran depan Gereja Kristus Raja Baciro.

Area ini identik dengan tempat untuk beribadah dan berdoa. Karena itu, tiap pukul 18.00 kita mendengar gema lonceng gereja yang mengajak umat Katolik berhenti sejenak dari aktivitas dan berdoa kepada Bunda Maria.
Lokasi dari kedai yang buka dari pukul 09.00 hinga 21.00 WIB ini, tidak menutup kemungkinan akan datangnya pengunjung dari penganut agama lain. Pemandangan kebhinekaan bisa kita temukan di kedai ini.
Di awal kehadiran Kedai Laudato Si mayoritas pengunjung yang kerap datang merupakan Orang Muda Katolik dari Paroki Kristus Raja Baciro.
Dengan bentuk bangunan utama berupa joglo khas Jawa, kedai yang dirintis dimasa pandemi COVID-19 ini menjadi media belajar bagi Orang Muda Katolik paroki Gereja Baciro.

Menurut Yoyo, pemimpin pengelola Kedai Laudato Si, sejak awal Kedai Laudato si memang menanamkan tujuan untuk membiarkan teman-teman muda paroki belajar serta menggali ilmu di kedai.
“Romo juga ingin tempat ini menjadi tempat belajar, bagaimana manajemen sebuah usaha. Kita menarik teman-teman OMK untuk belajar bagaimana bisnis,” jelasnya kepada Katolikana, Kamis (18/3/2021).
Yoyo dan pengelola lainnya akan memberikan pelatihan terhadap teman-teman OMK yang ingin terlibat dalam dinamika bisnis di Kedai Laudato Si.
Mereka diperkenankan untuk menjadi part time barista hingga tim multimedia untuk promosi.
Bisa dikatakan, OMK Baciro menemukan tempat kembali untuk bersua dan berdinamika bersama kembali.
Hal ini dirasakan oleh salah satu bagian dari OMK Baciro, Danes, yang kerap aktif secara liturgi gereja, namun merasa pasif selama pandemi.
“Bisa jadi basecamp (untuk OMK paroki). Kalau mau melakukan sesuatu tidak perlu mencari tempat di luar. Atau, kalau mau menbeli makanan atau minuman tinggal ke kedai,” ujar Danes.
Tempat ini juga sering dipakai untuk belajar bareng. “Tidak perlu susah cari cafe atau tempat ber-wifi di luar yang bikin dompet tidak menjerit. Apalagi kalau mau mencari tempat buat rapat acara OMK,” tambahnya.
Hal lain yang cukup mencuri perhatian adalah suasana yang mengajak pengunjung untuk melihat dan mencinta lingkungan alam sekitar.
Tiba di pintu depan, kita akan disambut tanaman hias menjalar cukup menyejukkan mata.
Masuk ke dalam pada bagian bar, kita akan melihat tanaman hias hidroponik yang menggantung pada dinding.
Pemandangan ini cukup membuat rileks dan membantu ‘cuci mata’ setelah menghabiskan perjalanan di tengah debu dan riuh kendaraan.
Kita bisa menjumpai kebhinekaan hidup beragama, generasi muda yang belajar bekerja dan berbisnis hingga penanaman nilai ajaran dokumen gereja.
Sudah mendapat kopi panas yang melegakan dahaga, masih diberi suguhan yang menyegarkan hati dan pikiran.

Terbuka untuk Siapa Saja
Pada awal dibuka, umat paroki kerap datang untuk sekedar ‘transit’ dan melanjutkan aktivitas di gereja hingga mampir untuk berbincang.
Kedai ini menyasar Orang Muda Katolik Paroki Baciro menjadi pelanggan tetap. Namun, tidak menutup kemungkinan pengunjung beragama lain datang untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka.
Berawal dari kekuatan media sosial dan sebuah aplikasi video musik, Kedai Laudato Si tersiar hingga ke berbagai kalangan.
Para OMK dan barista kerap mengajak rekan sekolah atau kuliah mereka untuk datang. Promosi secara tidak langsung ini memperkaya kehadiran pengunjung. Dari orang tidak dikenal, menjadi seseorang yang membuat Kedai Laudato Si terkenal.
Yosep selaku Human Resources Department mengatakan kedai kopi ini memang terbuka bagi siapa. Tidak terbatas untuk generasi muda atau umat gereja saja.
Kedai Laudato Si dibiarkan untuk ‘terbuka’ dengan identitasnya yang dikelola oleh gereja.
“Teman-teman yang beragama lain bisa jadi tahu kegiatan anak muda Katolik seperti apa. Ya seperti ini. Sama seperti mereka yang juga punya. Kan tak kenal maka tak sayang,” jelasnya ketika ditanya soal kebhinekaan di Kedai Laudato Si (18/3/2021).
Secara tidak langsung, Kedai Laudato Si menjadi ruang terbuka bagi siapa saja.

Kedai yang ‘Menyehatkan’
Nama Laudato Si sudah tidak asing bagi umat Katolik. Sesuai namanya, kedai kopi ini membawa nilai dan makna dalam Dokumen Gereja Ensiklik Laudato Si.
Mereka ingin mengembangkan nilai dan semangat untuk lebih memperhatikan dan merawat bumi sebagai rumah seluruh umat manusia bersama.
Kedai Laudato Si membawa konsep dari ensiklik Paus Fransiskus ini secara visual interior, menu, hingga peraturan atau SOP.
Kedai ini mengajak kita hidup secara ‘sehat’ dan waras dalam bersanding dengan alam sekitar.
Yoyo menjelaskan beberapa hal yang merepresentasikan nilai dari enklisik Laudato Si dalam kedainya. Salah satunya, menu dan peralatan yang digunakan.
Konsep Cinta Lingkungan ala Kedai Laudato Si
- Mengurangi sampah plastik.
- Memasang tanaman-tanaman alami yang tujuannya seperti ruang terbuka hijau.
- Menggunakan botol plastik tapi mengajak customer untuk mengumpulkannya dan ditukar supaya dapat hadiah.
- Penggunaan sedotan kertas.
Yoyo dan pengelola lain sedang mencoba menu baru yang lebih sehat. Ia tengah melakukan survei dan mencoba mie dari Lampung untuk mengganti mie instan untuk menu makan Kedai Laudato Si.
Dari konsep ini Kedai Laudato Si mencoba memantik semangat sadar akan lingkungan sekitar. Dari interior yang hijau, menu makanan sehat, dan peralatan yang tidak menimbulkan sampah. []
Kontributor: Genoveva Sekar Jemparing, Ni Nyoman Vena Riana, Anastasia Mellania K. P., Cornelia Maria Radita (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.