5 Keunikan Pasar Triwindu Solo, Surganya Barang Antik

Jika Anda datang untuk sekadar berswafoto di Pasar Triwindu, sebaiknya meminta ijin terlebih dahulu!

0 1,596

Katolikana.com—Pasar Triwindu dikenal sebagai surganya barang antik. Dibangun tahun 1939, pasar ini merupakan hadiah Gusti Noeroel untuk ayahnya, Mangkunegara VII.

Pasar Triwindu terletak di Jalan Diponegoro, Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah.

Nama Triwindu dipakai karena bertepatan tiga windu kenaikan tahta Mangkunegara VII. Tri artinya tiga dan windu artinya delapan tahun.

Pasar Triwindu memiliki dua lantai. Pasar ini bukan hanya sekadar pasar yang menghadirkan berbagai macam barang antik namun mengajak kita kembali ke masa lalu.

Yuk, simak lima keunikan Pasar Triwindu!

1.Satu-satunya ‘Pasar’ Antik di Indonesia

Kondisi kios Pasar Triwindu sedang dikunjungi oleh pembeli lokal. Foto: Fiona Troyandi

Penjual barang antik tidak hanya di Surakarta, di berbagai daerah maupun kota tentunya terdapat pedagang barang antik. Konsep tempat membedakan Pasar Triwindu dan pasar antik lainnya.

Dimas Saputra (22), pembeli barang antik di Pasar Triwindu. Foto: Fiona Troyandi.

Pasar Triwindu berupa sekumpulan kios-kios  di satu tempat. Pasar lain, misalnya pasar antik di Menteng, Jakarta, berupa pertokoan pinggir jalan.

Anggota Paguyuban Pedagang Pasar Triwindu Komet (39) mengatakan pasar antik ya di Triwindu.

“Pasar antik lain hanya berupa galeri sepanjang jalan banyak ruko yang bisa dibilang bukan seperti pasar,” ujar Komet di kios Pasar Triwindu, Sabtu (2/4/2022).

Pembeli barang antik Dimas Saputra (22) setuju jika hanya Triwindu yang berbentuk pasar barang antik.

“Kebetulan saya suka barang antik. Pasar Triwindu ini memang menggambarkan kondisi pasar antik,” kata Dimas.

Mia Susiati (25) mengaku tidak mengetahui bahwa Pasar Triwindu menjadi satu-satunya tempat berbentuk pasar.

“Saya kurang tahu karena saya ke sini niatnya lihat-lihat sambil foto karena vintage banget tempatnya” ujar Mia Susianti.

2.Usaha Turun Temurun

Komet (39) salah satu anggota Paguyuban Pedagang Pasar Triwindu sedang duduk menjaga kiosnya. Foto: Fiona Troyandi

Jajaran kios di Pasar Triwindu ternyata sudah dikelola oleh generasi lanjutan. Misalnya Komet (39) merupakan generasi ketiga dari keluarganya. Ia berjualan sejak 2002.

Sekitar 90 persen pedagang berasal dari generasi lanjutan keluarganya, sementara 10 persen sisanya pedagang baru.

“Keluarga saya dari tahun 1980an sudah ada di sini,” ujar Komet.

Selain menjadi warisan turun temurun, pasar ini memberikan daya tarik kepada wisatawan mancanegara. Pasar Triwindu menjadi tujuan wisata budaya kebendaan di Solo.

Tak heran jika banyak wisatawan lokal dan manca datang ketempat ini untuk berfoto, melihat-lihat, dan membeli.

3.Tak Hanya Jajakan Barang Antik

Yono (80) seorang pembuat peer terlengkap di Pasar Triwindu. Foto: Fiona Troyandi.

Memasuki lantai dua Pasar Triwindu, terdapat tulisan: ‘Sedia dan Menerima Pesanan Segala Macam Peer’. Rupanya kios-kios di sini tak hanya menjajakan barang antik. Ada Yono (80) pembuat segala macam bentuk peer.

“Umur saya sekarang 80 tahun. Saya sudah membuat peer selama 50 tahun,” kata Yono saat ditemui di depan kiosnya.

Kios Yono (80) yang terletak di lantai 2 Pasar Triwindu. Foto: Fiona Troyandi.

Yono membuat peer secara otodidak tanpa bantuan siapa pun.

“Saya belajar sendiri. Awalnya melihat dulu bentuknya, lalu coba buat dan sampai sekarang jadi keterusan,” jelas Yono.

Mungkin sebagian masyarakat beranggapan bahwa pasar antik identik dengan barang antik. Namun pengunjung bisa menemukan toko yang menjual barang, seperti milik Yono.

4.Primadona: Lampu dan Piring Lawas

Lampu model tempo dulu yang menjadi primadona Pasar Triwindu. Foto: Fiona Troyandi.

Menelusuri Pasar Triwindu, kita akan menemukan lampu gantung model lawas yang membawa kita melewati mesin waktu.

Lampu-lampu ini merupakan replika model lampu lawas yang sering digunakan masa dahulu.

Piring hias model lawas yang paling banyak diminati pengunjung. Foto: Fiona Troyandi

Komet menjelaskan sebenarnya ini bukan barang tua tapi bisa dikatakan barang antik.

“Contohnya, lampu berbentuk antik tempo dulu atau piring-piring. Jadi ini replikanya,” jelas Komet.

5.Antik dan Bernilai Seni

Tempat Kaset / CD berbahan besi dan memiliki berbentuk unik seperti kadal. Foto: Fiona Troyandi.

Saat menikmati benda-benda lawas di pasar ini, mata saya seketika melihat ke arah besi berbentuk fauna.

Mulanya saya mengira itu tempat payung atau pajangan estetika di rumah. Untaian besi hasil proses las ini ternyata tempat kaset atau CD. Ini pertama kali saya melihat tempat kaset atau CD seunik itu.

Ingin Swafoto? Ijin Dulu!

Cocard akses izin berfoto yang diberikan oleh Komet (39) selaku perwakilan anggota Paguyuban Pedagang Pasar Triwindu. Foto: Fiona Troyandi.

Jika Anda datang untuk sekadar berswafoto, sebaiknya meminta ijin terlebih dahulu kepada Ketua atau Anggota Paguyuban Pedagang Pasar Triwindu.

Mereka akan memberitahu etika berswafoto di area Pasar Triwindu, seperti meminta izin kepada pemilik kios jika ingin menggunakan properti.

Anda akan diberikan kartu akses agar pedagang lain mengetahui bahwa tindakan berfoto Anda telah disetujui.

Kontributor: Fiona Troyandi (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.