Sudiono, Perajin Gerabah di Kasihan, Bantul, Yogyakarta: Kalau Pakai Mesin, Pekerja Banyak yang Menganggur. Kasihan!

Harga gerabah mulai Rp2.000 hingga Rp150.000.

0 660

Katolikana.com—Gerabah merupakan kerajinan tangan tradisional yang mulai ditinggalkan. Orang lebih memilih menggunakan perabot berbahan plastik yang lebih modern.

Meski zaman makin modern, tak menggoyahkan prinsip pasangan Sudiono dan Pareng, warga Kajen Sentanan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, untuk tetap bertahan melestarikan kerajinan tradisional gerabah.

“Pembuatan gerabah masih manual. Kalau pakai mesin, hasilnya kurang bagus dan tenaga pekerja banyak yang menganggur. Kasihan!” jelas Sudiono, pemilik usaha kerajinan gerabah, Minggu (10/4/2022).

Kerajinan tangan gerabah Sudiono sudah diwariskan turun temurun. Sudiono sudah berjualan atau menjadi perajin gerabah sejak tahun 1980-an.

Sudiono memilih untuk tidak memberi nama untuk rumah jualan dan gudang produksinya, karena Sudiono merasa kurang percaya diri.

“Tidak saya kasih, malu. Saya tuh tidak senang kalau dikasih nama,” jelas Sudiono.

Tidak ada nama toko, bukan berarti gerabah buatan Sudiono tidak laku. Siapa sangka gerabah Sudiono memiliki pelanggan setia bahkan sudah sampai luar pulau Jawa.

Sudiono tidak menentukan jumlah minimal pesanan kepada pelanggan. Mereka menerima berapa pun pesanannya, sekalipun hanya satu.

“Tidak ada minimal pemesanan. Satu pun tetap saya bikin, tapi nanti biaya kirimnya yang mahal,” ucap Sudiono.

Sudiono tidak takut bersaing dengan perajin gerabah lain, karena percaya kualitas yang dimilikinya cukup baik.

Musim penghujan menjadi kekhawatiran dan kendala tersendiri bagi Sudiono. Lancar atau tidaknya produksi gerabah tergantung pada cuaca.

“Wah, lama menjemurnya tergantung musim. Kalau cerah ya satu minggu. Kalau hujan bisa tiga minggu lebih untuk semua ukuran gerabah,” jelas Sudiono.

Proses panjang juga terjadi dalam proses pembakaran. Gerabah yang sudah kering sempurna dibakar selama satu hari satu malam.

Sudiono memberikan cat warna pada gerabahnya tergantung pesanan pelanggan.

Proses Pembuatan Gerabah. Infografis: Benedicta Ave

Proses pembuatan gerabah memang panjang. Namun kualitas yang akan didapatkan juga bagus.

Pelanggan memesan gerabah dengan harga mulai Rp2.000 hingga Rp150.000.

Harga tersebut terbilang cukup murah dibandingkan toko lainnya. Harga tersebut hanya diukur dari kecil besarnya gerabah dan prosesnya, bukan dari ukirannya.

Ukiran yang sederhana mudah dibuat oleh Sudiono, sedangkan ukiran yang sulit bisa menggunakan cetakan.

Pelanggan gerabah Sudiono berasal dari luar pulau Jawa. Ada juga pelanggan yang meminta untuk logo usahanya dicetak atau dicap di gerabah.

Meski terbilang cukup ramai, namun penghasil Sudiono terbilang sedikit.

“Penghasilan selama sebulan tidak menentu. Biasanya 1,5 sampai 2 jutaan,” kata Sudiono.

Meski penghasilan Sudiono terbilang rendah, ternyata selama pandemi Covid-19 Sudiono tidak mendapatkan bantuan sama sekali dari pemerintah setempat.

“Saya tidak pernah mendapatkan bantuan. Saya usaha sendiri,” kata Sudiono.

Sudiono dan Pareng tidak sendirian mengerjakan pesanan gerabah. Mereka dibantu enam orang pekerja borongan.

“Yang mengerjakan ada enam orang. Tapi yang membuat di gudang tiga orang. Sisanya saya panggil kalau mau membakar,” jelas Sudiono

“Mereka tidak digaji karena pekerja borongan. Kalau bayar harian saya yang rugi. Kalau borongan kerjanya bisa dapat berapa gerabah, lebih banyak ya bagus, saya senang. Nanti bayarnya dari hasil itu,” lanjut Sudiono.

Ketika ada pesanan, Sudiono mengemas gerabahnya menggunakan kardus dan papan kayu untuk menjaga keamanan gerabah.

Gerabah yang dibuat kebanyakn pot-pot tanaman atau vas bunga.

Sudiono tidak memiliki keinginan untuk membuka workshop atau pelatihan membuat gerabah.

“Oh, tidak. Saya tidak mau, repot,” ujar Sudiono.

Ketika ada pemesan gerabah, Sudiono tidak pernah mau dibayar dengan uang muka. Sudiono hanya mau dibayar ketika gerabah sudah selesai dibuat. Sudiono tidak khawatir jika orang yang memesan melakukan penipuan.

“Saya tidak mau menerima uang muka (DP). Saya tidak takut, ya saling percaya saja,” tegas Sudiono.

Sudiono percaya jika niatnya baik, meskipun ada yang berniat jahat padanya. Nantinya Sudiono akan tetap mendapatkan hasil yang baik juga ke depannya.

“Niat saya baik, kalau ada yang mau menipu, bukan urusan saya. Urusannya sama yang di atas,” tegas Sudiono.

Kontributor: Benedikta Ave Martevalenia (Univ. Atma Jaya Yogyakarta).

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.