Katolikana.com—Film dokumenter sejarah “Mengupas Kejuangan Pangeran Mangkubumi” menjadi pembuka diskusi tentang Jogja Istimewa bagi mahasiswa peserta Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka Modul Nusantara (PMM-MN) di Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Sabtu (3/9/2022).
Kegiatan yang dipandu oleh dosen FISIP UAJY Yohanes Widodo ini menghadirkan narasumber Koordinator Sekber Keistimewaan Yogyakarta Widihasto W. Putra.
Novena Brigita Sahabati, mahasiswa Universitas Katolik de Lasalle, Manado, Sulawesi Utara menuliskan catatannya sebagai berikut:
Diawali dengan iringan Gending Rojo Manggolo, kami dibawa kembali ke suasana tahun 1755 dalam perjalanan Sri Sultan Hamengkubuwono I memimpin Daerah Istimewa Yogyakarta yang pada waktu itu masih bernama Kerajaan Mataram.
Perjalanan panjang dilalui pemimpin-pemimpin Kerajaan hingga dapat mewujudkan Daerah Istimewa Yogyakarta yang kita kenal sekarang.
Dalam perjalanan tersebut terjadi beberapa pergantian pemimpin. Banyak aset dan bangunan kerajaan yang hancur karena imbas peperangan, dan pergantian penduduk yang mendiami daerah tersebut dari dahulu hingga sekarang.
Meskipun banyak perubahan yang terjadi, tapi satu hal yang tetap dan awet yaitu budaya.
Budaya Keraton Yogyakarta yang masih melekat hingga sekarang, diwariskan secara turun-temurun dan terus-menerus kepada generasi saat ini dan yang akan datang.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) turut berperan aktif dalam perjuangan meraih dan mempertahankan NKRI. Hal itu dibuktikan dengan terpilihnya DIY sebagai ibukota negara, saat terjadi kekacauan di Jakarta karena bangsa penjajah masih berusaha untuk mengambil alih kedaulatan Indonesia.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Pakualam VIII yang saat itu melihat kondisi Jakarta yang tidak aman, mengirimkan sebuah surat kepada pemerintah RI yang menawarkan untuk memindahkan ibukota negara dari Jakarta ke Yogyakarta hingga kondisi aman kembali.
Surat tersebut disambut dengan sangat baik oleh Ir. Soekarno dan langsung dimusyawarahkan dengan rekan-rekannya. Musyawarah menghasilkan kata setuju.
Peristiwa ini menjadi tanda kepedulian pemerintahan DI Yogyakarta terhadap Negara Republik Indonesia.
Sebelum pemindahan kembali ibukota ke Jakarta pada tanggal 27 Desember 1949, Ir. Soekarno berpesan kepada Keraton Yogyakarta: “Djokdjakarta mendjadi termasdjoer kar’na djiwa kemerdekaanja. Hidoep-hidoepilah teroes djiwa kemerdekaan itoe.”
Jiwa kemerdekaan harus tetap dihidupi, apinya harus tetap berkobar dan jangan sampai padam!

Sejarah Membentuk Manusia Beradab
“Mempelajari sejarah itu penting, karena dari sejarahlah kita akan mempelajari suatu peradaban. Maka jangan pernah sesekali kita melupakan sejarah, sebab itu akan menghancurkan diri kita sendiri,” ujar Widihasto.
Hasto menambahkan, sejarah dan budaya merupakan warisan turun-temurun yang harus dijaga dan dipertahankan eksistensinya, terutama oleh kaum milenial,”
Hal ini juga dicatat oleh mahasiswa Universitas Prima Indonesia Iin G. Siburian.
“Sejarah adalah refleksi peradaban, sejarah membentuk manusia yang beradab. Tanpa sejarah kita akan menjadi manusia yang biadab.”
Menurut Iin, kalimat ini sangat relevan dengan anak muda jaman sekarang atau yang kita kenal saat ini dengan sebutan generasi milenial.
“Manusia yang beradab adalah menausi yang berpendidikan, berbudaya, berahlak baik dan berbudi pekerti. Tujuan dari mempelajari sejarah itu salah satunya menjadiakan kita manusia yang beradab,” ujar Iin.
Iin menambahkan, sejarah seringkali dianggap membosankan dan tidak menarik. Ini menjadi alasan generasi milenial tidak berniat untuk belajar atau mengetahui sejarah. Padahal belajar sejarah memberikan keuntungan besar bagi setiap orang yang mempelajarinya.
“Belajar sejarah menjadikan kita menjadi manusia yang lebih bijaksana, artinya kita akan belajar dari setiap perjuangan yang dilakukan dan menjadikan kita lebih bijaksana dalam mengambil keputusan,” ujar Iin.
Di akhir acara, seluruh peserta menyanyikan lagu “Pancasila Rumah Kita” karya Franky Sahilatua.
Program PMM Modul Nusantara
Pertukaran Mahasiswa Dalam Negeri merupakan salah satu program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang diselenggarakan oleh Kendikbudristek.
Modul Nusantara adalah salah satu mata kuliah yang bertujuan memberikan pemahaman komphrensif tentang kebhinekaan, wawasaan kebangsaan, dan cinta tanah air yang meliputi empat jenis kegiatan: kebinekaan, inspirasi, refleksi, dan konstribusi sosial. Jargonnya: Bertukar sementara, bermakna selamanya!
Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) merupakan salah satu universitas penyelenggara program Pertukaran Mahasiswa Merdeka Modul Nusantara.
Mahasiswa program sarjana (S1) dari berbagai daerah yang tergabung dalam mitra Kemendikbud untuk belajar selama satu semester secara luring di UAJY.
Pada semester gasal tahun akademik 2022/2023 terdapat 40 mahasiswa dari berbagai kampus menjalani program inbound Pertukaran Mahasiswa Merdeka Modul Nusantara di UAJY.
Mereka dibagi menjadi dua kelompok yang diampu oleh dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Yohanes Widodo dan dosen Program Studi Sosiologi Suryo Adi Pramono.
Sebanyak 40 mahasiswa PMM Modul Nusantara di UAJY berasal dari 23 kampus di Indonesia, yaitu:
- Institut Seni Indonesia Padang Panjang
- Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Muhammadiyah Takengon
- Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
- Universitas Bengkulu
- Universitas Cokroaminoto Palopo
- Universitas HKBP Nommensen
- Universitas Islam Riau
- Universitas Katolik De La Salle
- Universitas Katolik Santo Thomas
- Universitas Lambung Mangkurat
- Universitas Malikussaleh
- Universitas Muhammadiyah Bengkulu
- Universitas Muhammadiyah Makassar
- Universitas Muhammadiyah Sorong
- Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
- Universitas Negeri Gorontalo
- Universitas Negeri Makassar
- Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong
- Universitas Prima Indonesia
- Universitas Sam Ratulangi
- Universitas Sumatera Selatan
- Universitas Tadulako
- Universitas Victory Sorong

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.