Katolikana.com—Rasisme merupakan masalah yang persisten dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia sepakbola.
Meski sepakbola dianggap olahraga universal dan menghubungkan orang dari berbagai latar belakang, namun rasisme masih sering muncul di lapangan hijau.
Diskriminasi rasial di dalam dan di luar lapangan telah membuat pemain, pelatih, dan penggemar merasa terancam, tidak dihargai, dan tidak dihormati.

Bentuk Rasisme
Rasisme dalam dunia sepakbola terjadi dalam beragam bentuk, misalnya: perilaku diskriminatif terhadap pemain, penggemar yang melakukan pelecehan verbal atau tindakan diskriminatif, serta tindakan rasial dalam kebijakan transfer dan rekrutmen.
Pemain yang menjadi korban rasisme sering mengalami dampak psikologis serius. Hal ini juga dapat merusak citra olahraga speak bola secara keseluruhan.
“Saya pernah menjadi pelaku dan korban rasisme sepak bola. Saat remaja, saya mati-matian membela tim idola. Bagi saya, tim idola merupakan tim yang harus dihormati,” ujar Raynaldi Jeconiah, penggemar sepak bola.
“Namanya anak remaja, saya gampang tersulut emosi ketika tim idola saya diejek oleh fans tim lain. Alhasil, adu mulut pun terjadi. Saya mengucapkan kata-kata rasis. Begitu pun mereka,” tambahnya.
“Setelah dewasa saya sadar tidak ada gunanya melakukan hal itu. Kata-kata rasis justru menandakan bahwa SDM kita masih rendah dan belum siap menerima budaya sepak bola internasional,” lanjutnya.
“Saya merasa para fans sepak bola harus belajar bagaimana mencintai olahraga ini sepenuhnya,” pungkas Raynaldi.

Venus, mantan pesepakbola, juga pernah mengalami rasisme ketika dia aktif bermain sepakbola membela salah satu tim di Kalimantan.
“Saat itu saya sedang bertanding sebagai bek. Sebagai bek saya harus bermain keras untuk menjaga pertahanan tim,” ujar Venus.
“Saya menjatuhkan pemain lawan ketika pemain lawan sedang menyerang. Saat itu juga saya mendengar kata-kata yang menyerang ras saya. Supporter lawan mengatakan saya sipit dan ujaran-ujaran kasar lainnya,” imbuhnya.
“Hampir di setiap pertandingan saya mendengar ujaran tersebut, hingga saya pernah tidak berani untuk keluar dari mobil pemain,” pungkas Venus.
Dampak Rasisme
Rasisme di dunia sepakbola memiliki dampak merugikan bagi individu dan masyarakat luas.
Pemain yang menjadi sasaran rasisme dapat mengalami penurunan kepercayaan diri, stres, bahkan depresi. Hal ini juga memengaruhi kinerja mereka di lapangan.
Rasisme juga merusak citra sepakbola sebagai olahraga inklusif dan dapat memengaruhi minat orang untuk terlibat dalam olahraga tersebut.
Sebagai contoh, tahun 2019, saat sedang bermain melawan klub asal Italia Inter Milan, bek Napoli, Kalidou Koulibaly, menerima perlakuan rasial dari sebagian penggemar Inter Milan.
Mereka terus-menerus melemparkan benda ke arahnya dan menyebutnya dengan kata-kata rasis.
Hal ini menyebabkan Koulibaly akhirnya dikeluarkan dari lapangan karena melanggar aturan dengan mendapat dua kartu kuning.
Kasus serupa juga pernah terjadi di beberapa pertandingan di Liga Inggris, Spanyol, dan liga-liga lainnya di seluruh dunia.
Tindakan rasis dalam speak bola memiliki dampak cukup besar bagi kesehatan mental pemain dan bisa memengaruhi kinerja mereka di lapangan.
Permainan sepakbola seharusnya bersifat inklusif, terlepas dari latar belakang mereka, harus merasa aman dan dihormati saat bermain.
Pemain, pelatih, dan penggemar harus menyadari pentingnya memerangi rasisme dalam sepakbola dan harus bertindak dengan tegas jika mereka menyaksikan tindakan rasial atau diskriminatif.

Upaya Mengatasi
Terdapat tiga upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah rasisme dalam sepakbola.
Pertama, pendidikan dan kesadaran mengenai masalah rasisme penting untuk mengubah sikap dan perilaku.
Kedua, organisasi sepakbola dan klub mengadakan kampanye, pelatihan, dan program pendidikan untuk meningkatkan pemahaman tentang rasisme dan mengajarkan nilai-nilai inklusi dan toleransi.
Ketiga, hukuman tegas diberikan kepada individu atau kelompok yang terlibat dalam tindakan rasisme.
Ini termasuk larangan masuk stadion, denda, penghentian sementara atau permanen bagi pelaku, serta investigasi dan pengadilan yang adil.
Pendukung dan suporter sepakbola berperan penting dalam mengatasi rasisme. Kampanye anti-rasisme dilakukan oleh suporter dan kelompok pendukung untuk menciptakan atmosfer inklusif di stadion dan mengedukasi penggemar tentang masalah rasisme.
Kolaborasi dengan pihak berwenang atau kerjasama antarorganisasi sepakbola, pihak berwenang, dan lembaga penegak hukum penting untuk mengatasi masalah rasisme.
Pelaporan dan pengaduan atas tindakan rasisme harus ditangani dengan serius dan proses hukum yang adil.
Kontributor: Gideon Felix Ancory Purba, mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.