Tobat Ekologis, Uskup Terpilih Labuan Bajo Tanam Terumbu Karang di Pantai Binongko

Penanaman terumbu karang merupakan satu dari beberapa agenda kegiatan dalam rangka penahbisan Mgr. Maksimus Regus sebagai Uskup Labuan Bajo pekan depan, pada tanggal 1 November 2024.

0 161

Katolikana.com, Labuan Bajo — Jumat (25/10/2024), Uskup terpilih Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus, berkunjung ke Pantai Binongko, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur. Kedatangan Mgr. Maksi bertujuan untuk terlibat dalam rehabilitasi terumbu karang di Pantai Binongko. Aktivitas ini merupakan satu dari beberapa agenda kegiatan dalam rangka penahbisannya sebagai Uskup Labuan Bajo pekan depan, pada tanggal 1 November 2024.

Dalam kegiatan rehabilitasi terumbu karang itu, Uskup terpilih Labuan Bajo didampingi oleh Romo Richardus Manggu sebagai Vikaris Epikopal (Vikep) Labuan Bajo, para imam, serta biarawan/biarawati.

Kegiatan ini didukung oleh banyak pihak, seperti siswa/siswi SMK Stella Maris Labuan Bajo, SMKN 3 Komodo, SMP Arnoldus dan SMAK Santo Ignasius Loyola. Selain itu, KSOP Labuan Bajo, Polairud Manggarai Barat, serta Danlanal Labuan Bajo juga ikut terlibat.

Setiba di Pantai Binongko, Mgr. Maksi langsung disambut dengan pengalungan kain tradisional oleh anak-anak disabilitas di Binongko. Kedatangan Uskup baru Labuan Bajo juga disambut dengan tari-tarian dari SMK Stella Maris Labuan Bajo.

Suryanto yang mewakili Panti Asuhan Binongko mengapresiasi kegiatan rehabilitasi terumbu karang yang dilasanakan Uskup terpilih Labuan Bajo di depan panti asuhan mereka. Ia pun berterima kasih karena anak-anak di Panti Asuhan Binongko turut dilibatkan dalam kegiatan ini

“Kami sangat bersukacita atas kunjungan Yang Mulia Mgr. Maksimus Regus. Kegiatan ini sangat positif dan semoga terus dilanjutkan,” katanya.

 

Rehabilitasi Kehidupan

Stefan Rafael, aktivis lingkungan di Labuan Bajo, mengistilahkan “cahaya itu sudah datang” untuk menggambarkan kehadiran Mgr. Maksi sebagai uskup pertama Labuan Bajo. Stefan merupakan pelopor utama kegiatan ini. Ia menggagas inisiatif ini bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Manggarai Barat.

Pria yang dikenal publik karena kegigihannya membersihkan sampah plastik yang mengotori perairan Labuan Bajo ini berharap semua pihak mulai berupaya merehabilitasi kehidupan. Ia menuturkan bahwa ide ini terinspirasi dari kiprah para suster SSpS alias Suster Misi Abdi Roh Kudus. Menurutnya, suster-suster SSpS setiap hari selalu melakukan “rehabilitasi manusia” di Panti Asuhan Binongko.

“Karena itu muncul ide untuk dikombinasikan. Supaya ada rehabilitasi manusia dan ada rehabilitasi alam. Semua bisa terjadi karena kita punya keuskupan baru, yaitu Keuskupan Labuan Bajo,” katanya.

Metode rehabilitasi alam yang digagas Stefan sangatlah sederhana dan mudah dilakukan siapa saja. Orang-orang hanya perlu mengambil batu karang yang terlepas di pinggir pantai dan di pinggir jalan. Lantas, baru karang tersebut bisa dimasukkan kembali ke dasar laut.

“Batu karang diletakkan di sana (dasar laut) untuk jadi pot seperti wadah atau sutra, agar terumbu karang itu bisa tumbuh kokoh,” terang Stefan. 

Program ini disebutnya sebagai program penanaman terumbu karang secara pelan. Ia berharap setelah Uskup dan Bupati melakukan kegiatan penanaman terumbu karang, program ini nantinya bisa direplikasi di mana saja.

“Kita semua bisa melakukan ini karena biayanya sangat murah sekali untuk melakukan pemulihan ini,” sebutnya.

 

Dosa Ekologis

Dalam kegiatan tersebut, Uskup terpilih Labuan Bajo menyampaikan bahwa dalam kacamata Paus Fransiskus, salah satu dosa yang tidak bisa diampuni adalah dosa ekologis karena sifatnya tidak personal.

“Menurut Paus Fransiskus dosa ekologis adalah dosa yang sangat serius. Terhadap ekologis, kita harus mulai menanamkan satu budaya satu pendekatan yang komprehensif, kolaboratif. Ini adalah tugas kita semua untuk menjaga alam ini,” ujar Mgr. Maksi.

Ia lantas mengingatkan jika alam yang kita nikmati saat ini hanyalah titipan saja dari generasi masa depan yang akan hidup tiga atau empat puluh tahun dari sekarang. “Dunia ini adalah milik mereka dan kita yang bertanggungjawab untuk merawatnya,” pesannya. 

Maka Mgr. Maksi pun mengharapkan agar kegiatan ini dapat berkelanjutan, seperti apa yang diharapkan oleh semua relawan yang terlibat dalam kegiatan tersebut.

“Mudah-mudahan hal ini berkelanjutan dan tidak bersifat monumental saja, tetapi menjadi bagian dari program dan menjadi budaya ekologis kita,” harapnya.

 

Bagian Pariwisata

Mgr. Maksi pun menyadari bahwa saat ini Labuan Bajo adalah destinasi pariwisata unggulan. “Para pengunjung datang dan pergi, tetapi kita lah yang selalu tinggal di sini,” katanya.

Maka dari itu, Bapa Uskup tidak mau Labuan Bajo hanya dipenuhi kegiatan-kegiatan pariwisata yang menghasilkan dampak buruk, seperti pencemaran laut akibat sampah.

Untuk itu, ia mengajak semua pihak memikirkan bagaimana caranya kegiatan-kegiatan pelestarian alam juga dapat ditawarkan sebagai bagian dari wisata.

“Perlu dipikirkan juga kegiatan seperti menanam terumbu karang sebagai bagian dari kegiatan pariwisata yang ditawarkan kepada semua tamu yang datang dan berkunjung ke Labuan Bajo,” tegas Bapa Uskup.

 

Apresiasi Pemerintah

Dalam sambutannya, Sekretaris Daerah Kabupaten Manggarai Barat, Fransiskus Sales Sodo, mengakui bahwa selama ini kita terlalu sibuk untuk mengotori laut dan menggunakan laut untuk mencari keuntungan, tetapi kita lupa untuk merawatnya. Menurutnya, laut semestinya dipelihara sebagai ekosistem yang luar biasa dan sangat menakjubkan.

“Kami berterima kasih kepada Bapa Uskup dan semua tim yang sudah menginisiasi dan menggagas kegiatan yang sangat mulia ini. Apalagi di tempat ini ada rehabilitasi manusia yang begitu mulia dan ada rehabilitasi alam,” puji Fransiskus.

Saat ini, ia menyebut pemerintah bersama dengan Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF), Taman Nasional Komodo, dan pemangku kepentingan, sudah membentuk sebuah sebuah lembaga yang melibatkan sejumlah relawan. Tidak ketinggalan, Gereja juga dilibatkan di dalamnya.

Tugas dari lembaga ini adalah untuk membantu pemerintah menjaga alam serta perairan di Taman Nasional Komodo dan sekitarnya. Salah satu yang menjadi perhatian utama lembaga ini adalah memelihara laut dari masalah sampah. (*)

 

Kontributor: Vinsen PatnoPanitia Seksi Publikasi dan Dokumentasi Tahbisan Uskup Baru Labuan Bajo

Editor: Ageng Yudhapratama

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.