Paus Fransiskus dan Penghargaan bagi Umat Lansia

Spiritualitas Kasih yang Terus Mengalir

0 323

Katolikana.com—Paus Fransiskus sepanjang masa kepemimpinannya telah menunjukkan perhatian yang dalam terhadap umat lanjut usia (lansia), menempatkan mereka sebagai bagian integral dari kehidupan keluarga, komunitas, dan Gereja.

Dalam banyak pesan dan kebijakan pastoralnya, Paus mengajak umat untuk melihat lansia bukan sebagai beban, melainkan sebagai sumber kebijaksanaan, kekuatan, dan berkat bagi generasi yang lebih muda.

Paus Fransiskus memberi minyak suci pada Misa Kudus Hari Kakek Nenek dan Lansia Sedunia, (23/7/2023). Foto: Vatican News

Menghormati Martabat Lansia

Salah satu langkah konkret Paus Fransiskus adalah menetapkan Hari Lansia dan Kakek-Nenek Sedunia, yang diperingati setiap tahun pada Minggu keempat bulan Juli.

Momentum ini menjadi kesempatan untuk merayakan kehidupan, pengalaman, dan karisma para lansia, sekaligus memperkuat semangat solidaritas antar generasi.

Dalam berbagai pesan Hari Lansia Sedunia, Paus menekankan perlunya keterlibatan aktif lansia dalam kehidupan komunitas dan Gereja.

Ia mengajak Gereja universal untuk mengubah pendekatan pastoralnya: bukan lagi memandang lansia sebagai kelompok pasif, melainkan sebagai agen perubahan dan pembawa inspirasi iman bagi dunia yang terus berubah.

Paus Fransiskus juga memberi perhatian khusus kepada lansia yang hidup dalam kesendirian. Ia mengajak seluruh umat untuk mengunjungi, mendampingi, dan menghadirkan kehadiran penuh kasih kepada mereka, seraya mengingatkan bahwa setiap lansia adalah bagian tak terpisahkan dari tubuh Gereja.

Dalam pandangan Paus, para lansia membawa “harta kebijaksanaan” yang tidak ternilai dan harus menjadi sumber inspirasi, bimbingan, dan kekuatan bagi generasi muda.

Lebih dari sekadar retorika, Paus Fransiskus berani menegaskan bahwa penghormatan terhadap martabat lansia adalah ujian nyata atas kualitas iman dan kemanusiaan kita.

Implementasi di Tingkat Paroki

Gema perhatian Paus Fransiskus terhadap umat lansia tidak berhenti di Vatikan. Di berbagai penjuru dunia, paroki-paroki mulai menjawab seruannya dengan inisiatif nyata.

Salah satunya adalah Gereja Santo Paulus Paroki Kleco Solo yang memberikan perhatian khusus kepada umat usia lanjut dalam rangkaian perayaan Paskah 2025.

Berbagai bentuk pendampingan iman untuk umat lansia dilakukan dengan penuh kasih, antara lain:

1. Pemberian Sakramen Tobat Secara Keliling
Dua minggu sebelum Paskah, tepatnya pada 25–27 Maret 2025, para imam mengunjungi umat di lingkungan-lingkungan paroki untuk memberikan sakramen tobat secara keliling.

Praktik ini memungkinkan umat lanjut usia dan yang sakit untuk menerima sakramen pengampunan tanpa harus mengantre panjang di gereja.

Dari 51 lingkungan paroki, masing-masing sekitar delapan orang lansia ikut serta dalam penerimaan sakramen ini, yang dilaksanakan secara personal di rumah umat yang ditunjuk.

2. Pemberian Sakramen Minyak Suci saat Perayaan Minggu Paskah
Pada Minggu Paskah, 20 April 2025, dalam perayaan Ekaristi yang dihadiri lebih dari 800 umat, tiga imam—Pastor Aloysius Kriswinarto MSF, Pastor Yoseph Aris Triyanto MSF, dan Pastor Bernardinus Haryasmara MSF—memberikan sakramen minyak suci kepada umat lansia dan mereka yang menderita sakit.

Sakramen ini menjadi tanda penguatan rohani dan penyertaan kasih Allah bagi mereka yang sedang menjalani kelemahan tubuh.

Kegiatan ini bukan hanya perwujudan ajaran Gereja tentang kasih dan penghargaan terhadap lansia, tetapi juga menjadi kesaksian nyata bahwa Gereja hadir bagi seluruh tahap kehidupan umatnya, dari buaian hingga usia senja.

Spirit Kasih

Pendampingan pastoral bagi umat lanjut usia seperti yang dilakukan Paroki Kleco Solo menjadi contoh konkret implementasi visi Paus Fransiskus: membangun Gereja yang tidak membuang generasi tua, tetapi merayakan keberadaan mereka sebagai bagian tak terpisahkan dari perziarahan iman komunitas.

Gereja yang sehat adalah Gereja yang mampu mendengarkan suara para lansia, menghargai pengalaman mereka, dan mengintegrasikan kearifan hidup mereka dalam dinamika pertumbuhan umat. Sebaliknya, Gereja yang melupakan lansia adalah Gereja yang kehilangan sebagian besar akarnya.

Seperti yang sering ditekankan Paus Fransiskus, dalam lansia kita menemukan “ingatan umat,” warisan spiritual, dan harapan yang berakar dalam pengalaman nyata hidup. Mereka adalah penjaga tradisi iman dan pembangun jembatan antar generasi.

Maka, penghormatan terhadap lansia bukan sekadar tindakan sosial atau moral, melainkan tindakan iman. Mengasihi mereka adalah cara konkret untuk mengasihi Kristus sendiri, yang hadir dalam diri mereka.

Paus Fransiskus mengingatkan bahwa ukuran sejati sebuah masyarakat tidak terletak pada kemajuan teknologinya, tetapi pada cara ia memperlakukan orang-orang tuanya.

Dalam semangat itu, Gereja Katolik, melalui berbagai bentuk pendampingan lansia seperti di Paroki Santo Paulus Kleco Solo, diundang untuk terus menjadi saksi hidup dari kasih Allah yang tanpa batas—kasih yang menghargai setiap tahap kehidupan manusia sebagai anugerah.

Dalam dunia yang kerap memuja kecepatan, kemudaan, dan produktivitas, suara lansia tetaplah penting: suara yang mengingatkan kita tentang akar kehidupan, nilai kebersamaan, dan keberanian untuk setia dalam perjalanan iman.

Semoga penghargaan terhadap lansia tidak pernah menjadi sekadar slogan, melainkan menjadi napas kehidupan Gereja yang sejati, sebagaimana diwariskan oleh Paus Fransiskus kepada kita semua. (*)

Katekis di Paroki Kleco, Surakarta

Leave A Reply

Your email address will not be published.