Magnus Fest 4.0: Musik, Solidaritas, dan Sebait Cahaya dari Kampus UPN “Veteran” Yogyakarta

Rayakan iman tak hanya di ruang liturgi, tetapi juga melalui irama musik, gelak tawa, dan aksi nyata.

0 39

Yogyakarta, Katolikana.com – Di tengah riuhnya dinamika kampus dan tantangan generasi muda hari ini, sekelompok mahasiswa justru memilih merayakan semangat kebersamaan, kepedulian, dan cinta kasih lewat musik.

UKM Katolik Albertus Magnus UPN “Veteran” Yogyakarta kembali menggelar konser amal tahunan bertajuk Magnus Fest 4.0 pada Sabtu (7/6/2025) dengan tema yang hangat dan penuh harapan: Here Comes the Sun.

Terinspirasi dari lagu legendaris The Beatles, tema ini bukan sekadar nostalgia, tapi simbol kebangkitan dan optimisme.

Di tengah tantangan pascapandemi, krisis identitas, hingga keterasingan sosial yang kerap melanda anak muda, Magnus Fest 4.0 hadir sebagai ruang perjumpaan, penghiburan, sekaligus penggerak aksi nyata.

Musik yang Membuka Hati

Konser yang digelar di Lapangan Parkir FISIP Kampus 2 Babarsari ini dipadati ratusan penonton sejak sore. Pukul 16.00 WIB, gerbang dibuka, dan penonton mulai memadati area konser dengan penuh antusias.

Suasana dibuka dengan sambutan dari Felicia Avril Christania Amaral selaku Ketua Panitia, dan Michael Agusto Leonardo selaku Ketua UKM Katolik Albertus Magnus, yang menekankan bahwa Magnus Fest adalah ruang kolaborasi, ekspresi, dan aksi solidaritas.

Tak kurang dari delapan band tampil membawakan musik lintas genre—mulai dari indie rock, pop, hingga alternative. Vrijman, Amatir, Zipo, Velora, FEPA, East Swevens, dan King of the Darkness tampil bergantian membakar panggung.

Sesi-sesi hiburan seperti ice breaking, pembacaan secret letter, hingga kuis berhadiah doorprize menambah kemeriahan suasana. Di sela musik, hadir pula aksi panggung dari kelompok modern dance Wine Rush yang membuat decak kagum penonton.

Puncaknya adalah penampilan band South-JU, musisi kenamaan asal Bantul yang hadir sebagai guest star. Mereka menutup malam dengan lagu-lagu penuh semangat dan pesan positif, yang membuat malam terasa hangat meski langit mulai gelap.

Keseruan Bermain dengan Adik Adik Panti Asuhan Sang Timur Nanggulan Kulon Progo

Galang Empati dan Solidaritas

Namun Magnus Fest bukan sekadar konser. Di balik lampu panggung dan sorak penonton, tersembunyi pesan kuat: musik sebagai sarana untuk peduli.

“Acara ini bukan hanya soal hiburan. Kami ingin membuka ruang bagi mahasiswa untuk menyalurkan bakat, tetapi juga menggalang empati dan solidaritas,” ujar Felicia dalam sambutannya.

Donasi yang terkumpul dari konser ini bukan untuk keuntungan panitia, melainkan seluruhnya dialokasikan untuk kegiatan sosial.

Nanda, salah satu musisi kampus yang tampil, menyampaikan harapannya agar Magnus Fest terus digelar tiap tahun. “Kampus butuh ruang seperti ini. Tempat kita bisa tampil, berjejaring, dan juga berbagi,” katanya.

Hal senada disampaikan Vania, salah satu penonton, “Acaranya hangat dan penuh semangat. Ini bukan hanya konser, tapi ruang temu yang menyenangkan dan bermakna.”

Penyerahan Donasi oleh Felicia Avril Ketua Pelaksana Magnus Fest 4.0 kepada Suster Agusta PIJ Kepala Panti Asuhan Sang Timur

Di Sana Ada Kasih

Seminggu setelah konser, UKM Katolik Albertus Magnus menutup rangkaian Magnus Fest 4.0 dengan kegiatan bakti sosial ke Panti Asuhan Sang Timur di Nanggulan, Kulon Progo, pada Sabtu (14/6/2025).

Rombongan mahasiswa disambut dengan sukacita oleh para suster dan anak-anak panti. Kegiatan dimulai dengan permainan interaktif yang memecah tawa, dilanjutkan dengan penyerahan donasi hasil konser.

Dalam sambutan singkatnya, Suster Agusta PIJ, kepala panti, menyampaikan rasa syukurnya.

“Kunjungan ini bukan hanya soal bantuan, tapi membawa kehadiran yang penuh kasih. Anak-anak di sini sangat senang. Terima kasih sudah datang dan berbagi. Semoga Tuhan memberkati kalian semua,” kata Suster Agusta PIJ.

Bagi panitia, senyuman anak-anak dan sambutan hangat para suster adalah bentuk ‘balasan’ yang tak ternilai dari semua proses yang telah dilalui.

Tumbuh dari Akar Rumput

Magnus Fest 4.0 menjadi cermin bahwa kampus tidak melulu tentang akademik. Bahwa ruang-ruang seni dan kreativitas bisa menjadi lahan subur bagi solidaritas, ekspresi, dan gerakan kemanusiaan.

Bahwa kaum muda Katolik tak hanya bisa merayakan iman di ruang liturgi, tetapi juga melalui irama musik, gelak tawa, dan aksi nyata yang menyentuh kehidupan sesama.

Seperti matahari yang selalu muncul setelah badai, Magnus Fest menjadi pengingat bahwa di tengah gelapnya dunia, selalu ada cahaya kecil yang bisa kita nyalakan—melalui musik, kebersamaan, dan cinta kasih yang nyata.

Kontributor: Antonia Nismara, mahasiswa Prodi Public Relations Universitas Pembangunan Nasional “Vetgeran” Yogyakarta.

Leave A Reply

Your email address will not be published.