Dari Yohanes Kepada Yohanes: Serah Terima Kepala Gereja KSK Nabire

Dalam situasi Papua yang penuh gejolak, para imam diharapkan menjadi tanda cinta kasih Tuhan yang menyentuh dan menyembuhkan.

0 43

Nabire, Katolikana.com – Dalam suasana syukur dan haru, umat Paroki Kristus Sahabat Kita (KSK) Nabire menggelar Perayaan Ekaristi Serah Terima Jabatan Kepala Gereja, Minggu (13/7/2025). Perayaan ini juga menandai pergantian tugas sebagai Pastor Dekan Teluk Cendrawasih Keuskupan Timika.

Misa kudus yang berlangsung di Gereja KSK dipimpin langsung oleh Mgr. Bernardus B. Baru, OSA, Uskup Timika. Dalam misa tersebut, secara resmi diumumkan peralihan tugas dari Pastor Yohanes Agus Setiyono, SJ kepada Pastor Yohanes Adriyanto, SJ sebagai gembala baru di wilayah pastoral ini.

Dari Yohanes kepada Yohanes

Pengumuman pergantian ini sebelumnya telah disampaikan secara lisan pada Hari Raya Pentakosta 2025, dan pada Minggu ini disahkan melalui surat keputusan resmi Keuskupan Timika.

Dalam homilinya, Mgr. Bernardus menyampaikan apresiasi mendalam atas pengabdian Romo Agus selama tujuh tahun berkarya di Keuskupan Timika.

“Kita berterima kasih kepada Pastor Yohanes Agus Setiyono, SJ yang selama ini telah menjadi wajah Gereja yang ramah dan hadir di tengah umat, khususnya saudara-saudari pribumi,” ucap Uskup Timika.

Mgr. Bernardus juga memperkenalkan Romo Yohanes Adriyanto, SJ sebagai gembala baru yang telah lama berkarya di wilayah pedalaman—di antaranya di Paroki St. Yohanes Pembaptis, Waghete. Dengan semangat yang sama, beliau diharapkan melanjutkan karya kasih yang telah dirintis Romo Agus.

Mgr Bernardus B. Baru,OSA menyampaikan sambutan serah terima Jabatan Kepala Gereja KSK, Minggu (13/7/2025). Foto: Marinus Gobai

Cinta yang Tertinggal

Perpisahan ini terasa berat, terutama bagi umat pribumi yang selama ini merasakan kehadiran Romo Agus sebagai gembala yang akrab, membumi, dan berpihak. Tak sedikit yang berharap masa pelayanannya diperpanjang. Salah satunya adalah Siprianus Adii, Ketua Yayasan KSK dan tokoh umat setempat.

“Romo Agus bukan hanya memimpin misa. Beliau membangun harapan—mendirikan asrama, membuka sekolah untuk anak-anak putus sekolah, dan mendampingi anak-anak dari daerah konflik seperti Intan Jaya, Puncak Jaya, Paniai, Deiyai, dan Dogiyai,” ungkap Siprianus.

Melalui Yayasan KSK yang dinaungi YPPK Tilemans, Romo Agus mendirikan Sekolah Paket B, membuka pendidikan berasrama yang menjangkau anak-anak yang terpinggirkan dan terluka akibat konflik. Di mata umat, ia bukan sekadar imam, melainkan bapak, penggerak, dan pelindung masa depan anak-anak Papua.

Perjuangan Melawan Rasisme

Bukan hanya di altar, Romo Agus juga hadir di tengah jalanan, menyuarakan keadilan dan kemanusiaan. Pada Aksi Anti-Rasisme 16–17 Agustus 2019, saat sentimen anti-Papua mengguncang tanah air, ia turun langsung mendampingi umat di Nabire, berjalan bersama para pendeta dan mama-mama Mee dalam barisan demonstrasi damai.

Mikael Kudiai, jurnalis dan aktivis Papua, menyaksikan langsung peristiwa itu: “Saya melihat Romo Agus berdiri di tengah gas air mata, menenangkan massa, berusaha mencegah aparat menembak. Di akhir aksi, ia memimpin doa: ‘Tuhan, semoga Engkau mengabulkan apa yang diinginkan dan diperjuangkan oleh orang asli Papua.’ Itu doa yang tak pernah saya lupakan.”

Doa itu bukan sekadar ucapan, melainkan komitmen yang diwujudkan dalam karya-karya nyata selama tujuh tahun pelayanannya. Dari mendirikan koperasi gereja, mendampingi keluarga korban konflik, hingga mengembangkan pusat pendidikan untuk anak-anak, Romo Agus menjadikan panggilannya sebagai alat cinta kasih yang nyata.

Mgr Bernardus B.Baru, OSA di tengah, Pastor Yohanes Agus Sudriyanto, SJ (kiri) dan Pastor Yohanes Adriyanto, SJ (kanan). Foto: Marinus Gobai

Mengantar Gembala, Meneruskan Misi

Dalam homilinya, Mgr. Bernardus mengangkat Injil tentang orang Samaria yang murah hati. Ia menegaskan bahwa kehadiran gembala di tanah Papua harus menjadi wajah kasih yang menyembuhkan luka.

“Dalam situasi Papua yang penuh gejolak, para imam—baik yang lama maupun yang baru—diharapkan menjadi tanda cinta kasih Tuhan yang menyentuh dan menyembuhkan,” tutur beliau.

Ia berharap karya yang telah ditanam Romo Agus dapat diteruskan dengan semangat yang sama oleh Romo Yohanes Adriyanto, SJ, demi menjangkau lebih banyak umat, khususnya mereka yang hidup di pinggiran dan daerah konflik.

Doa yang Menjadi Daging

Perpisahan selalu menyisakan air mata, tapi juga melahirkan harapan. Bagi umat KSK Nabire, Romo Agus bukan hanya meninggalkan kenangan, tetapi jejak konkret cinta kasih dalam bentuk sekolah, asrama, dan ruang hidup baru bagi anak-anak Papua.

Kepindahannya bukan akhir, tetapi undangan bagi umat dan gembala baru untuk melanjutkan api kasih yang telah menyala.

“Terima kasih, Romo Agus. Doa dan cintamu tak akan kami lupakan. Kami lanjutkan misi ini bersama Romo Yohanes Adriyanto. Sebab di tanah ini, cinta Tuhan harus tetap bertumbuh,” ucap Mikael Kudiai. (*)

Kontributor Katolikana.com di Paniai, Papua. Lahir di Ibumaida, Paniai, tahun 1989. Penulis bekerja di Komisi Keadilan dan Perdamaian Keutuhan Ciptaan Paroki Kristus Sang Gembala (KSG) Wedaumamo, Keuskupan Timika. Ia juga aktif di organisasi Pemuda Katolik Komisariat Cabang di Kabupaten Paniai.

Leave A Reply

Your email address will not be published.