Sosialisasi Bulan Kebangsaan Keuskupan Agung Palembang
Komunitas Basis Gerejawi Menjadi Garam dan Terang Dunia

0 4

Palembang, Katolikana.com   –  Bulan Agustus bagi Bangsa Indonesia menjadi bulan yang penuh makna sejarah dan kebanggaan, baik bagi masyarakat di kota maupun di seluruh pelosok tanah air Indonesia.

Hari kemerdekaan menjadi hari yang bermakna untuk perjuangan hidup seluruh rakyat Indonesia, sekaligus menjadi saat yang baik untuk pemerintah mengadakan evaluasi atas kesejahteraan sosial masyarakat seperti yang digaungkan dalam Pembukaan UUD 1945.

Keuskupan Agung Palembang melalui komisi Kerawan menyusun panduan untuk pertemuan umat di lingkungan dan basis selama bulan kebangsaan di Agustus ini. RP Agustinus Riyanto, SCJ selaku moderator kerawan KaPal pada Kamis, (31/7/2025) memberikan sosialisasi kepada para pemandu, katekis, dan prodiakon di Auala Paroki Santo Yoseph Palembang.  Para pemandu / katekis/ prodiakon serius mempelajari dan memperhatikan apa yang disampaikan oleh Romo Riyanto.

Tema-tema pertemuan:

Pertama : Dipanggil Menjadi Garam Dunia

Kedua : Menjadi Terang dalam Kegelapan

Ketiga : KBG sebagai Komunitas Pewarta

Ke-empat : Mewartakan Kasih Lewat Aksi Nyata

RP Agustinus Riyanto,SCJ memebrikan materi pendalaman iman bulan kebangsaan

Romo Riyanto dalam pemaparannya tentang materi pertemuan di lingkungan atau komunitas basis gerejani mengatakan bahwa Indonesia akan menyongsong perayaan 80 tahun kemerdekaannya.

Namun di balik rasa syukur atas usia bangsa yang semakin matang, kita juga menyadari bahwa Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Di berbagai bidang kehidupan, kita menjumpai beragam persoalan serius. Gereja Katolik, sebagai bagian dari bangsa ini, tidak boleh tinggal diam.

Kita semua termasuk umat awam dipanggil untuk mengambil bagian aktif dalam menyembuhkan dan menerangi bangsa ini. Sebagaimana Yesus bersabda bahwa kita adalah garam dunia dan terang dunia, maka identitas ini menuntut kita untuk bertindak nyata.

Dengan semangat sinodalitas, mari kita melangkah bersama, berjalan bersama, dan bertindak bersama demi Indonesia yang lebih adil, bermartabat, dan berbelarasa. Menyadari panggilan dan tugas perutusan kita semua sebagai murid-murid Yesus,

“Menjadi garam dunia berarti membawa nilai-nilai Kerajaan Allah kedalam kehidupan sehari-hari. Garam memperkaya rasa begitu juga hidup orang Kristiani harus memperkaya masyarakat dengan kasih, kebenaran, dan harapan. Garam juga mencegah kebusukan seperti iman yang menjaga masyarakat dari tindakan yang merusak.

Evangelii Gaudium (oleh Paus Fransiskus) menegaskan bahwa “iman Kristen tidak untuk disembunyikan, tetapi harus berbuah dan mengubah realitas.” Orang Kristen dipanggil untuk menjadi pembawa perubahan, bukan pengamat pasif.” Katekismus Gereja Katolik, (KGK) artikel no. 782 menyatakan bahwa umat Allah harus menjadi tanda dan sarana keselamatan bagi dunia.

nayanto memberikan pengantar tentang tujuan pertemuan KBG bulan kebangsaan

Heri Irayanto coordinator kerasulan Kitab Suci Paroki St Yoseph Palembang dalam pengantanya menyampaikan bahwa terang melambangkan kehadiran Allah, kebenaran, dan pengharapan. Dalam konteks zaman ini, ketika banyak orang mengalami kegelapan hidup karena kemiskinan, kebodohan, kekerasan, dan ketidakadilan, umat Kristen tidak boleh tinggal diam. Menjadi terang berarti menunjukkan jalan, memberikan arah, dan menjadi sumber inspirasi. 

Lumen Gentium, artikel 1 menyatakan bahwa· Gereja adalah terang bangsa-bangsa karena Kristus, Sang Terang Dunia, hadir di dalamnya. Gereja harus memancarkan terang Kristus melalui pewartaan, pelayanan, dan kesaksian hidup. 

Fratelli Tutti (ensiklik ketiga Paus Fransiskus· yang beranak judul “Tentang Persaudaraan Sosial”) menggaris bawahi pentingnya membangun persaudaraan dan solidaritas di tengah dunia yang tercerai-berai oleh konflik dan egoisme. Menjadi terang berarti menciptakan komunitas inklusif yang menampung dan mendukung semua orang.

RD Hyginus Gono Pratowo pastor kepala Gereja St Yoseph Palembang dam sambutannya menjelaskan bawa Kelompok Basis Gereja (KBG) adalah wajah konkret Gereja di tengah masyarakat. Ia menjadi sarana pewartaan Injil secara kontekstual dan partisipatif.

Dalam Christifideles Laici 26, disebutkan bahwa komunitas, dasar menjadi jalan penting untuk pembaruan iman umat awam, pewartaan Injil, dan pelayanan sosial. 

Evangelii Nuntiandi (Mewartakan Injil) art. 58 –· (EN adalah Imbauan Apostolik Bapa Suci Paulus VI tentang Karya Pewartaan Injil dalam Jaman Modern), menekankan bahwa komunitas kecil seperti KBG harus menjadi tempat di mana Di sana tumbuh semangat kebersamaan, solidaritas, dan tanggung jawab misi. 

KBG adalah medan pewartaan Injil di lingkungan· terdekat kita. Pewartaan bukan hanya dengan kata-kata, tetapi lewat sikap hidup, pelayanan nyata, dan relasi yang menyembuhkan.

Peserta mendengarkan dengan antusias apa yang disampaikan oleh Romo Riyanto tentang bulan kebangsaan

Caritas in Veritate (Amal Dalam Kebenaran), Ensiklik ketiga dan terakhir dari Paus Benedektus XVI, menggarisbawahi bahwa kasih tidak bisa dilepaskan dari kebenaran dan keadilan.

Tanpa kasih, keadilan menjadi dingin; tanpa keadilan, kasih menjadi naif. Maka, umat dipanggil untuk menjadi agen transformasi sosial melalui aksi-aksi kasih yang konkret, terencana, dan berkelanjutan. KBG menjadi wahana bersama untuk menghadirkan kasih Allah dalam rupa kunjungan, bantuan, pendidikan, pemberdayaan, hingga rekonsiliasi. (*)

Leave A Reply

Your email address will not be published.