
Oleh Febriola Sitinjak
Katolikana.com–Pada Jumat (31/07/2025), Vatikan mengumumkan keputusan bersejarah: Paus Leo XIV secara resmi mengangkat St. John Henry Newman sebagai Dokter Gereja atau Pujangga Gereja.
Gelar ini bukan sekadar penghormatan akademis, tetapi pengakuan akan kesaksian hidup, pergulatan iman, dan dedikasi Newman yang mendalam bagi Gereja.
Pertanyaan pun lahir: apa relevansi Newman bagi kita, khususnya orang muda Katolik, yang hidup di tengah dunia penuh kebingungan dan ketidakpastian iman?
Dari Oxford Menuju Roma
John Henry Newman lahir di London tahun 1801 dalam keluarga Anglikan. Ia dikenal sebagai intelektual brilian dan tokoh berpengaruh di Universitas Oxford, universitas tertua kedua di Inggris. Namun di balik reputasi akademisnya, jiwanya bergulat: apakah ia sungguh sudah menemukan Gereja sejati?
Setelah proses panjang membaca, berdialog, dan berdoa, pada 1845 ia mengambil langkah radikal: masuk Katolik. Newman menyebut peristiwa itu, “Seperti masuk ke pelabuhan setelah mendaki laut yang bergelora.” Ia akhirnya menemukan rumah rohani yang dicari seumur hidupnya.
Doa di Tengah Kegelapan
Kegelisahan batin Newman terungkap dalam doa terkenalnya, Lead, Kindly Light:
“Lead, kindly Light, amid the encircling gloom, lead Thou me on.
The night is dark, and I am far from home, lead Thou me on.”
Doa ini lahir dari hati yang lelah, namun tetap penuh harapan. Newman menegaskan bahwa iman bukan sekadar konsep, melainkan relasi personal dengan Sang Kebenaran. Dalam Essay on the Development of Christian Doctrine, ia menegaskan iman berkembang bagaikan benih menjadi pohon besar, dituntun Roh Kudus sepanjang sejarah Gereja (Vatican News).
Cor ad Cor Loquitur
Motto hidup Newman, Cor ad cor loquitur—hati berbicara kepada hati—menjadi kunci spiritualitasnya. Ia percaya percakapan sejati iman terjadi bukan lewat retorika semata, melainkan perjumpaan pribadi. Dalam Ekaristi, Newman menemukan puncak dialog: hati Kristus menyapa hati manusia.
Setelah ditahbiskan imam Katolik, ia mendirikan Oratorium St. Filipus Neri di Inggris. Ia tidak tinggal di menara gading, melainkan hadir di jalan-jalan kota, kamar orang sakit, dan hati yang terluka. Newman menunjukkan bahwa kasih bukan teori, melainkan tindakan nyata.
Warisan Bagi Orang Muda
Apa arti Newman bagi kita hari ini? Ia mengingatkan bahwa menjadi muda Katolik yang kritis, bertanya, bahkan bergumul dengan iman, bukanlah tanda kehilangan iman, melainkan jalan menuju kedewasaan rohani.
Ia berani mengikuti suara hati meski tidak populer. Di batu nisannya terukir, Ex umbris et imaginibus in Veritatem—dari bayang-bayang menuju Kebenaran. Kalimat ini menjadi undangan bagi kita: beranilah keluar dari keramaian yang meninabobokan, dan izinkan hati kita berbicara dengan Tuhan.
Dalam dunia yang riuh dengan informasi palsu, kebingungan identitas, dan banjir opini, Newman hadir sebagai sahabat rohani yang menasihati:
- dengarkan suara hati,
- baca sejarah imanmu,
- dan jangan takut berbeda demi kebenaran.
Karena pada akhirnya, iman sejati bukanlah soal banyak bicara, melainkan keberanian mencintai secara benar.
Seperti Newman, beranikah kita melangkah dari bayang-bayang menuju terang kebenaran?
Penulis: Febriola Sitinjak – Menulis untuk merawat iman

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.