
Medan, Katolikana.com – Bertepatan dengan Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, Minggu (10/8/2025), Paroki St. Fransiskus Assisi, Padang Bulan – Medan menggelar Seminar Keluarga bertema “Komunikasi yang Baik dalam Keluarga Menjadikan Tugas Tridarma Orang Tua Semakin Terealisasi untuk Mendukung Terwujudnya Keluarga yang Bermisi.”
Acara yang berlangsung di aula paroki ini diikuti sekitar 40 pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 0–15 tahun atau lebih, dan menghadirkan RP. Gindo Gervatius Saragih, OFMConv, Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Agung Medan, sebagai narasumber utama.
Menemukan Kembali Cinta di Tengah Tantangan Zaman
Pastor Gindo membawakan materi “Menemukan Kembali Cinta Keluarga Katolik di Tengah Tantangan dan Godaan Zaman dalam Semangat Keluarga Kudus Menuju Keluarga Katolik Rajawali.”
Ia menekankan bahwa keluarga Katolik perlu merujuk pada Keluarga Kudus di Nasaret sebagai model hidup beriman.
“Menemukan kembali” berarti cinta itu pernah ada, namun mungkin pudar atau hilang karena berbagai tantangan. Perjuangan kita adalah menghidupkan kembali cinta itu agar keluarga menjadi ibarat rajawali yang terbang tinggi, kuat, dan berdaya tahan,” ungkap Pastor Gindo.
Menurutnya, Gereja memandang keluarga sebagai ecclesia domestica (gereja rumah tangga) yang menjadi basis kehidupan menggereja.
Di masa Gereja Perdana, keluarga menjadi pusat katekese dan persekutuan doa. Identitas ini, kata Pastor Gindo, perlu dihidupi kembali dengan membangun komunikasi, kebersamaan, dan solidaritas dalam keluarga.
Keluarga Rajawali: Simbol Kekuatan dan Keunggulan
Menggunakan simbol rajawali yang disebut 27 kali dalam Alkitab, Pastor Gindo menggambarkan keluarga Katolik ideal sebagai keluarga yang kuat menghadapi badai, membangun sarang di tempat tinggi, dan menjaga anak-anaknya hingga mandiri.
“Kita ingin keluarga kita bertumbuh dalam semangat rajawali, memiliki citra diri, gaya terbang, dan kekhasan sebagai orang Katolik. Sumber kekuatan utama kita adalah Allah sendiri,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa dalam usia perkawinan muda (0–10 tahun), masalah seperti perbedaan pendapat yang sulit disesuaikan, sindrom rumput lebih hijau, dan rendahnya kualitas pengertian dapat menghambat keluarga menjadi “keluarga rajawali.”
Untuk itu, pasangan suami-istri perlu membangun pilar pengaman cinta: lima pilar S-U-A-M-I dan lima pilar I-S-T-R-I.
Komunikasi: Kunci Keharmonisan Keluarga
Sebelum seminar dibuka, Gunana Barus dari Dewan Pastoral Paroki menegaskan pentingnya komunikasi sebagai fondasi keluarga harmonis.
“Kalau keluarga-keluarga Katolik harmonis, Gereja pun akan berkembang. Seminar ini diharapkan memperkaya wawasan dan tanggung jawab keluarga yang tak terpisahkan dari Gereja sebagai gereja kecil,” katanya.
Pastor Paroki Padang Bulan, RP. Lucio Adrianus Engkar, OFMConv, menutup acara dengan ajakan kepada seluruh peserta untuk menjadi teladan di tengah umat.
“Kita belum sempurna, tetapi ketidaksempurnaan itu akan disempurnakan oleh Allah jika kita setia. Jadilah suami-istri dan orang tua yang baik bagi anak-anak,” pesannya.
Dengan seminar ini, Paroki St. Fransiskus Assisi berharap keluarga-keluarga Katolik semakin kokoh dalam iman, teguh dalam cinta, dan siap menjadi keluarga rajawali yang terbang tinggi di tengah tantangan zaman. (*)

Kontributor Katolikana, tinggal di Paroki St. Maria Ratu Rosari Tanjung Selamat Medan, Keuskupan Agung Medan.