
Labuan Bajo, Katolikana.com – Sebanyak 16 frater Tahun Orientasi Pastoral (TOP) lintas tarekat dan kongregasi mengikuti kegiatan orientasi yang digelar Tim Pendamping Imam Balita dan Frater TOP Keuskupan Labuan Bajo, Jumat (19/9/2025).
Kegiatan berlangsung sehari penuh di Rumah Keuskupan Labuan Bajo, mulai pukul 08.30 hingga 17.00 WITA.
Peserta terdiri dari delapan frater calon imam Keuskupan Labuan Bajo, satu frater calon imam Keuskupan Ruteng, serta frater dari berbagai tarekat: dua dari Ordo Redemptoris (CsSR), dua dari Serikat Sabda Allah (SVD), satu dari Ordo Fratrum Minorum (OFM), satu dari Ordo Carmel (O.Carm), dan satu dari Serikat Maria Montfortan (SMM).

Membekali dengan visi dan misi keuskupan
Orientasi ini bertujuan memperkenalkan visi, misi, serta kebijakan pastoral Keuskupan Labuan Bajo yang baru terbentuk. Para frater diharapkan memiliki bekal yang cukup untuk menanggapi dinamika pastoral di lapangan.
“Jadikanlah tempat praktik kalian sebagai rumah formasi,” pesan RD. Lian Angkur, anggota tim pendamping sekaligus Sekretaris Pelaksana Pusat Pastoral (Puspas) Keuskupan Labuan Bajo, dalam sambutannya.
Ia menegaskan, Keuskupan Labuan Bajo hadir dengan visi menjadi Gereja yang sinodal, solid, dan solider. “Kita harus berjalan bersama dan membangun dasar yang kokoh sejak awal,” katanya, mewakili Direktur Puspas, RD. Charles Suwendi, yang berhalangan hadir.

Inspirasi dari para narasumber
Sejumlah imam keuskupan turut membagikan pengalaman dan inspirasi. RD. Richardus Manggu, Vikaris Jenderal, menekankan bahwa kekuatan terbesar Gereja adalah persekutuan. “Gereja yang berjalan bersama adalah Gereja yang mampu mewartakan kasih Kristus,” ujarnya.
Sementara itu, RD. Hermen Sanusi, Ketua Komisi Kateketik, mengingatkan bahwa pengalaman pastoral adalah sarana belajar yang mendasar bagi calon imam. RD. Laurensius Sopang, Pastor Paroki Katedral Roh Kudus, menekankan pentingnya kecerdasan spiritual. “Doa pribadi mampu mengalahkan seribu musuh,” pesannya.
Sharing pengalaman pastoral
Selain materi dan inspirasi dari para imam, para frater juga saling berbagi pengalaman pastoral mereka, baik di paroki maupun lembaga pendidikan.
“Selama menjalankan praktik pastoral, kita tidak boleh membawa idealisme pribadi. Kita harus beradaptasi dengan konteks di mana kita berada,” ungkap Frater Patrik Pata, yang menjalani TOP di SMKS Stella Maris, Labuan Bajo.
Kesaksian ini menggambarkan bahwa praktik pastoral selalu menghadirkan peluang sekaligus tantangan, dan para frater dituntut untuk kreatif serta peka terhadap kebutuhan umat.
Harapan ke depan
Bagi para frater, kegiatan orientasi ini dinilai sangat membantu. Mereka berharap agar program serupa dapat dilaksanakan secara rutin setiap tahun.
“Orientasi semacam ini membantu saya merancang, menyiasati, dan menyikapi beragam situasi pastoral yang saya temukan di tempat praktik,” ujar Frater Aldi Hamu, yang sedang menjalani TOP di Paroki Sta. Teresa dari Kalkuta, Datak.
Kegiatan ini sekaligus menjadi ruang perjumpaan lintas tarekat, memperkuat semangat sinodalitas, serta menegaskan bahwa calon imam dipanggil untuk berkarya bersama, apa pun latar belakang kongregasinya. (*)
Kontributor: Oncak Animing & Apri Selai, dari Keuskupan Labuan Bajo

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.