Literasi Iman di Paroki Santo Paulus Kleco Solo
Belajar bersama tentang Roh Kudus dan Spiritualitas Santo Yosef dalam Keluarga

0 112

Surakarta, Katolikana.com – Literasi iman merupakan upaya untuk memahami, mendalami, dan menerjemahkan keyakinan iman dalam kehidupan sehari-hari, baik melalui teks, lisan, maupun visual. 

Konsep ini mencakup pemahaman tentang teks-teks suci, keyakinan inti, praktik keagamaan, dan bagaimana hal-hal tersebut terwujud dalam hidup keseharian . 

Umat dalam literasi iman, melalui kegiatan kursus dan seminar, secara bersama belajar pemahaman tentang doktrin dan ajaran serta Kitab Suci.

Lebih dari itu literasi iman mengajak umat mengamalkan nilai-nilai moral serta etika yang diajarkan oleh Gereja dalam kehidupan pribadi , komunitas umat beriman dan masyarakat. 

Gereja Santo Paulus Paroki Kleco Surakarta mengajak umat melakukan literasi iman.

Pertama, Minggu (14/9/2025) para katekis diajak mendalami materi “Karunia Roh Kudus”.

Materi disampaikan oleh Suhartono, aktivis Gereja dan pembimbing retret dari Gereja Santo Yusuf Gedangan Semarang. Dua puluh tiga orang katekis mengikuti Kursus Katekis yang ke-6 ini.

Kedua, Selasa (23/9/2025) umat diajak belajar bersama dalam seminar “Spiritualitas Bapa Yosef dalam Keluarga Menurut Kitab Suci ” yang disampaikan Romo Boby Steven MSF.

Literasi iman dalam kursus katekis bertujuan semakin menambah pengetahuan iman, penghayatan iman dan perwujudan iman (Foto Ist.)

Karunia Roh Kudus
Belajar bersama tentang Karunia Roh Kudus mengajak para katekis memahami tentang hakekat Roh Kudus dalam hubungannya dengan Allah Tri Tunggal.

Selain itu para katekis diajak memahami Roh Kudus berdasarkan Kitab Suci, menyadari 7 Karunia Roh Kudus, Lambang Kehadiran Roh Kudus, serta buah Roh yang menjadi daya perutusan dan pendewasaan iman Katolik.

Pada saat pertemuan dengan para katekis Paroki Kleco, Suhartono memberikan peneguhan atas ungkapan yang terdapat di Injil Markus 3:29 “Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.”

Suhartono menyampaikan bahwa menghujat Roh Kudus merupakan sikap yang tidak mau melakukan pertobatan. Padahal Gereja selalu mengajak umat untuk bertobat.

Ecclesia semper reformanda. Gereja dengan semangat pertobatan selalu memperbaharui diri. Jika umat sebagai bagian Gereja tidak mau menjalani pertobatan maka ia berdosa karena tidak mau memperbaharui diri menuju ke kebaikan seturut citra Allah,” ungkap Suhartono.

Selanjutnya untuk mendekatkan diri dengan Roh Kudus, Suhartono mengajak peserta yang hadir untuk bertekun dalam doa dan mendoakan orang lain.

“Doa diawali dengan ‘Allah Bapa’ dan diakhiri dengan: ‘Demi Kristus Tuhan kami’, kita memohon dengan pendampingan Roh Kudus agar doa kita dikabulkan,” kata Suhartono.

Belajar bersama Spiritualitas Santo Yosef dalam Keluarga dengan nara sumber Romo Bobby Steven, MSF (Foto Ist.)

Teladan Santo Yusuf
Sementara itu, literasi yang kedua belajar dari Kitab Suci tentang Santo Yusuf atau Santo Yosef. Lebih dari 50 umat Paroki Kleco mengikuti Seminar dengan nara sumber Romo Bobby Steven, MSF dari Seminari Tinggi Kenthungan Yogyakarta.

Yusuf dalam Perjanjian Lama sebagai salah satu Bapa Bangsa Israel. Salah satu kutipan yang diambil dari Kejadian 39:23 “TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil.”

Selanjutnya bersama umat, Romo Bobby mengajak membuka Kitab Suci yang berkaitan dengan Santo Yusuf Suami Maria dan Ayah Asuh Yesus.

Yusuf sebagai Pendidik Yesus
“Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia”
(Luk 2:51-52).

Sarasehan Kitab Suci dengan Tema Spiritualitas Santo Yosef dalam Keluarga, Selasa (23/9/2025) di Paroki Santo Paulus Kleco (Foto Ist.)

Yesus menerima pengajaran penuh hikmat bukan dari sekolah, tetapi dari Yusuf dan Maria dalam keseharian sebagai keluarga “téktôn” atau tukang kayu dan bangunan di Nazaret.

“Keseharian Yesus sebagai “téktôn” membuat-Nya memahami seputar kayu dan bahan bangunan yang dipakai sebagai bahan pengajaran-Nya kelak,” kata Romo Bobby.

“Misalnya perumpamaan Selumbar dan Balok (Luk 6:41-42), Perumpamaan Batu dan Pasir saat mendirikan rumah (Luk 6:47-49), dan Batu Penjuru (Mat 21: 42),” lanjut Romo Bobby.

Pada kesempatan belajar Kitab Suci tentang Yusuf, Romo Bobby menguraikan tentang Keluarga Kudus Nasaret sebagai Keluarga yang saleh dan pembagian tugas ayah dan ibu di dalam keluarga Yusuf dan Maria.

Membaca Kitab Suci untuk menemukan dan memperdalam pengetahuan iman Spiritualitas Bapa Yosef dalam keluarga (Foto Ist.)

Keluarga yang Saleh

  • Yusuf dan Maria adalah orangtua yang taat pada perintah Tuhan dalam Taurat. 
  • Yusuf dan Maria menaati hukum Taurat dengan menyunatkan Yesus (Luk 2:21);
  • Mempersembahkan-Nya di Bait Allah (Luk 2:22-23);
  • Mempersembahkan korban pentahiran (Luk 2:24);
  • Tiap tahun pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah (Luk
    2:41).
  • Biasanya ibu bertanggung jawab mengasuh anak sampai usia empat atau lima tahun.
  • Setelah itu, bapak mengambil alih tanggung jawab pendidikan anak, baik pendidikan praktis, moral, maupun keagamaan.
  • Bapak menjadi figur utama dalam pendidikan anak
  • Sebagai bapak Yahudi, Yusuf mengajari Yesus berdoa.
  • Setiap fajar, ayah dan anak menghadap ke arah Yerusalem dan mengucapkan syahadat iman yang diawali dengan kata Shema Israel! (Dengarlah hai orang Israel!) dari kitab Ulangan 6:4-9.
  • Doa ini setiap hari diucapkan tiga kali, yakni di pagi hari, tengah hari, dan petang (bdk. Mzm 55:18).

Refleksi

  1. Dalam mendidik anak-anak dan generasi muda, sifat dan kebiasaan apa saja yang bisa kita teladani dari Santo Yusuf?
  2. Keseimbangan doa tekun dan perbuatan kasih nyata, sudahkah kita
    terapkan dalam keluarga?

Mengendapkan dalam doa : “Santo Yosef, doakanlah kami. Amin”

Leave A Reply

Your email address will not be published.