Uskup Atambua: Paus Fransiskus Adalah Wajah Belas Kasih Allah

Bapa Suci adalah hadiah Allah bagi bumi ini.

0 84

Atambua, Katolikana.com – Di tengah suasana duka mendalam atas wafatnya Bapa Suci Paus Fransiskus, pada Senin (21/4/2025), Uskup Keuskupan Atambua, Mgr. Dominikus Saku, Pr, menyampaikan kesaksian iman yang menyentuh hati tentang sosok Paus sebagai pemimpin Gereja dan pribadi rohani.

Dalam testimoni yang disampaikan secara pribadi, Mgr. Domi menegaskan bahwa Paus Fransiskus bukan hanya pemimpin tertinggi Gereja Katolik, melainkan wajah nyata belas kasih Allah yang hadir di tengah dunia.

“Bapa Suci adalah hadiah Allah bagi bumi ini,” ujar Uskup Domi, menegaskan keyakinannya bahwa Paus Fransiskus adalah penanda kuat akan kehadiran Roh Kudus di dunia yang haus akan kasih dan damai sejati.

Navigator Bahtera Gereja

Menurutnya, Paus Fransiskus tampil sebagai pemimpin yang tajam dalam membaca tanda-tanda zaman.

Di tengah arus global yang diguncang ideologi sesat dan dekadensi nilai-nilai kemanusiaan, Bapa Suci tetap menjadi cahaya dan penuntun moral. Ia adalah navigator tangguh bahtera Gereja, yang setia pada Injil dan berani berdiri di garis depan pertarungan spiritual dunia masa kini.

“Paus Fransiskus bukan hanya pendoa sejati, tetapi juga seorang nabi zaman ini,” kata Uskup Domi.

Ia menyoroti konsistensi Paus dalam menyuarakan suara kaum kecil, tertindas, dan mereka yang tersisih dari perhatian dunia. Dari Vatikan, suara kenabiannya menggema jauh, menyerukan pertobatan sosial dan pembaruan hati bagi keadilan dan perdamaian.

Uskup Atambua Mgr Dominikus Saku

Kedalaman Spiritualitas

Salah satu sisi yang sangat dikagumi Uskup Domi dari Paus Fransiskus adalah kedalaman spiritualitasnya. Dalam doa dan keheningan, Paus menemukan kekuatan dan kebijaksanaan untuk memimpin Gereja universal.

“Ia hidup dalam kebebasan rohani yang penuh—sudah selesai dengan dirinya sendiri dan perkara duniawi. Ia hanya ingin menjadi alat kasih dan kebenaran Allah,” ungkap Uskup Atambua.

Uskup Domi juga mencatat bahwa Paus Fransiskus menampilkan gaya kepemimpinan yang unik: tegas dalam prinsip, namun lembut dalam pendekatan. “Fortiter in principio, suaviter in modo,” katanya, mengutip prinsip klasik yang menggambarkan kepemimpinan yang kuat tapi penuh kelembutan.

Sederhana dan Rendah Hati

Lebih jauh, Mgr. Domi mengagumi sikap hidup sederhana dan penuh kerendahan hati dari Paus Fransiskus. Ia bukan pemimpin yang terikat pada simbol kekuasaan atau kemewahan, melainkan teladan pelayanan yang tulus, meneladani Kristus yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.

Perhatian Paus terhadap keluarga, kaum muda, dan anak-anak juga mendapat sorotan. Bagi Paus Fransiskus, merekalah harapan Gereja masa depan yang mesti dibimbing agar teguh dalam iman, penuh harapan, dan mampu menjadi saksi kasih di tengah dunia yang terpecah.

Sebagai pemikir, penulis, dan teolog, Paus Fransiskus menghasilkan refleksi-refleksi orisinal yang bernas dan kontekstual. Gagasan-gagasannya tentang persaudaraan universal dan toleransi antarumat menjadi tanda profetis akan dunia baru yang dicita-citakan: sebuah rumah bersama yang damai dan berkeadilan.

“Dalam kepergiannya, Gereja dan dunia kehilangan seorang Bapa, tetapi mewarisi semangat seorang santo,” tutup Uskup Dominikus Saku, Pr.

Ia mengajak seluruh umat untuk mengenang Paus Fransiskus bukan hanya dengan air mata, tetapi dengan melanjutkan warisan kasih, doa, dan keberanian yang ditinggalkannya.

Redaksi Katolikana.com turut berduka atas wafatnya Bapa Suci Paus Fransiskus dan mengajak segenap umat beriman untuk bersatu dalam doa bagi jiwa beliau. (*)

Kontributor: Rm. Yudel Neno, Pr

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.