Jawa Tengah, Katolikana.com—Pada Minggu IV Masa Paskah, Gereja semesta merayakan Hari Doa Sedunia untuk Panggilan ke-62 dengan tema yang menggugah: “Peziarah Pengharapan, Anugerah Kehidupan.”
Peringatan tahunan ini bertepatan dengan Minggu Gembala Baik, momen ketika umat Katolik diajak secara khusus untuk merenungkan dan mendukung panggilan hidup imamat, hidup bakti, hidup berkeluarga, serta panggilan awam yang aktif dalam pewartaan Injil.
Mendiang Paus Fransiskus, dalam pesan terakhirnya untuk Hari Doa Sedunia ini yang dirilis pada 19 Maret 2025 bertepatan dengan pesta Santo Yosef, menulis dengan penuh semangat:
“Panggilan adalah anugerah berharga yang Tuhan taburkan dalam hati. Ini adalah panggilan untuk keluar dari diri sendiri, dan memulai peziarahan cinta dan pelayanan.”
Panggilan sebagai Peziarahan Pengharapan
Dalam pesan tersebut, Paus mengajak seluruh umat untuk menyadari bahwa setiap panggilan—entah menjadi imam, biarawan/biarawati, atau membangun hidup keluarga dan hidup awam—adalah jalan menuju pengharapan. Panggilan bukanlah pencarian jati diri semata, tetapi respons terhadap kasih Allah yang mengundang setiap orang untuk mempersembahkan hidup bagi sesama.
Pesan ini ditekankan pula oleh Komisi Karya Misioner KWI melalui Karya Kepausan Indonesia: “Setiap panggilan tumbuh dari dorongan batin pada kasih dan pelayanan, menjadi sumber pengharapan dan amal kasih yang berakar dalam rencana ilahi.”
Kaum Muda sebagai Peziarah Harapan
Paus Fransiskus secara khusus menggarisbawahi pentingnya kehadiran kaum muda dalam menjawab panggilan hidup. Dunia, menurut beliau, membutuhkan kaum muda yang berani mempersembahkan totalitas hidupnya kepada Kristus dan menjadi murid-misioner penuh sukacita. Harapan itu diterjemahkan dalam kepercayaan kepada penyelenggaraan Ilahi, dan menjadi nyata dalam keseharian melalui doa, pelayanan, dan kesetiaan pada Injil.
Proses penyingkapan panggilan, lanjut Paus, bukanlah perjalanan yang dijalani sendirian. Panggilan lahir dan bertumbuh dalam komunitas, melalui bimbingan dan disermen rohani yang sabar dan penuh hormat. Para pembimbing rohani dan pelayan pastoral diminta untuk mendampingi kaum muda dengan kesabaran dalam pedagogi ilahi—mendengarkan, merengkuh, dan menuntun dalam proses mengenali suara Allah dalam hidup mereka.
Panggilan di Tengah Umat: Refleksi dan Aksi Konkret
Perayaan Hari Doa Panggilan ke-62 di berbagai gereja di Indonesia ditandai dengan beragam kegiatan kreatif yang menyentuh umat. Di Gereja Santo Pius X Karanganyar, Jawa Tengah, para biarawan dan biarawati melakukan live in bersama keluarga umat paroki, membagikan kesaksian hidup mereka dan membuka ruang dialog iman.
Gereja Santo Paulus Kleco Solo menyelenggarakan Wedangan Bersama Romo, Bruder, dan Suster—sebuah acara santai namun sarat makna. Suasana hangat dan bersahabat menjadi ruang bagi anak muda untuk bertanya, mendengar, dan merenungkan jalan panggilan.
Sementara itu, di Gereja Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten, misa Minggu Panggilan diwarnai dengan prosesi anak-anak mengenakan jubah pastor, suster, dan bruder. Dalam misa tersebut, ada pula sharing panggilan dari seorang suster, orang tua frater, serta saudari dari seorang biarawati.
Katekese Iman dan Eklesiologi
Dalam homilinya, Romo Robertus Hardiyanto, Pr, dari Paroki Gondangwinangun menekankan pentingnya peran keluarga dalam mendukung panggilan: dengan membangun tradisi doa, memberi ruang bagi anak-anak untuk aktif di lingkungan Gereja, serta membuka hati bila ada anak yang ingin menanggapi panggilan khusus.
Romo juga memberikan katekese singkat tentang struktur hirarki Gereja dan fungsi para gembala umat, serta mengajak umat mensyukuri hadirnya Paus Leo XIV, penerus Santo Petrus yang baru saja terpilih melalui Konsili Vatikan.
Gereja, Rumah Panggilan
Hari Doa Sedunia untuk Panggilan ke-62 bukan sekadar ajakan untuk merefleksikan soal panggilan imam atau biarawan-biarawati. Ini adalah seruan agar seluruh umat—tua dan muda, awam maupun tertahbis—membangun budaya panggilan di tengah kehidupan sehari-hari.
Menjadi peziarah pengharapan berarti melangkah dengan iman dan mempersembahkan hidup bagi sesama. Dunia membutuhkan murid-murid misioner yang bersedia berjalan bersama Kristus, dalam terang Injil, menuju kehidupan yang penuh makna.
Semoga dari keluarga-keluarga kita, komunitas-komunitas kita, dan paroki-paroki kita, benih panggilan terus tumbuh dan berbuah. (*)

Katekis di Paroki Kleco, Surakarta