Satu Hari, Satu Iman, Sembilan Gereja

Ziarah Porta Sancta Umat Lingkungan Santo Markus Grogol

0 69

Jakarta, Katolikana.com – Fajar belum menyingsing di Taman Harapan Indah pada Jumat (27/6/2025) ketika belasan umat Lingkungan Santo Markus, Paroki Grogol, mulai berdatangan. Dalam remang dini hari itu, senyap yang menyejukkan disambut bisik doa penuh harap.

Meski mata masih berat dan udara pagi menembus jaket tipis, semangat dalam hati mereka sudah membara. Hari itu mereka akan memulai ziarah Porta Sancta, menapaki sembilan pintu suci yang ditetapkan Keuskupan Agung Jakarta, sebagai bagian dari Tahun Yubelium 2025.

Ziarah ini bukan sekadar perjalanan fisik. Lebih dari itu, ini adalah peziarahan batin—perjalanan pulang menuju Sang Kasih. Dalam tradisi Katolik, Porta Sancta atau Pintu Suci bukan hanya simbol, melainkan sakramen tanda rahmat Allah. Siapa pun yang melintasinya dengan hati yang bersih dan doa penuh iman, akan menerima indulgensi penuh dari Bapa yang Maha Pengampun.

Perhentian Pertama: Santa Bernadet, Tangerang

Sekitar pukul lima pagi, rombongan tiba di Gereja Santa Bernadet, Tangerang. Suasana masih teduh. Saat doa Porta Sancta dilantunkan, kata-katanya mengalir seperti air bening yang menyejukkan jiwa. Dalam keheningan gereja yang sunyi itu, setiap orang menutup mata dan merasakan kehadiran Tuhan yang menyambut dengan hangat. Beberapa meneteskan air mata, bukan karena sedih, tetapi karena lega. Tuhan telah menunggu mereka di pintu suci pertama ini.

Kedua: Santo Laurensius, Alam Sutera

Perjalanan berlanjut ke Gereja Santo Laurensius yang berdiri megah dengan arsitektur modernnya. Melintasi pintu suci di sini terasa berbeda. Ada getar batin ketika mereka merenungkan kisah pelindung gereja ini—seorang diakon yang mati syahid dengan senyum karena imannya yang teguh pada Kristus. Doa Porta Sancta di sini menuntun mereka pada refleksi yang lebih dalam: “Apakah aku sungguh berjalan bersama Tuhan atau hanya mengikuti-Nya dari kejauhan?”

Ketiga: Santo Stefanus, Cilandak

Rombongan kemudian tiba di Gereja Santo Stefanus, Cilandak. Dikelilingi pepohonan rindang, tempat ini terasa menenangkan. Suasana doa semakin syahdu. Di sini mereka menyerahkan luka-luka lama kepada Tuhan. Mereka memohon rahmat untuk berdamai dengan masa lalu, menyadari bahwa hanya Tuhan yang mampu menyembuhkan jiwa yang terluka.

Keempat: Santo Agustinus, Tebet

Saat tiba di Gereja Santo Agustinus, refleksi mereka semakin dalam. Kisah pertobatan Santo Agustinus mengingatkan bahwa kasih Tuhan lebih besar dari dosa manusia. Doa Porta Sancta di gereja ini diucapkan dengan tenang, namun menohok kesadaran: “Tuhan, aku ingin pulang pada-Mu, meski jalanku sering salah.”

Kelima: Kalvari, Lubang Buaya

Di Gereja Kalvari, langkah mereka melambat. Nama gereja ini mengingatkan pada bukit sengsara Yesus. Di pintu suci gereja ini, mereka menunduk dalam doa, merasakan beratnya salib hidup mereka masing-masing. Namun justru di sinilah mereka diingatkan: salib bukan beban semata, melainkan jalan menuju keselamatan.

Keenam: Santo Kim Tae-Gon

Berikutnya, mereka mengunjungi Gereja Santo Kim Tae-Gon, martir Korea pertama yang menjadi imam. Melintasi pintu suci di sini memunculkan doa yang berbeda. Mereka memohon keberanian untuk setia pada iman, meski tantangan zaman semakin besar. Mereka berdoa agar dapat menjadi saksi Kristus dalam kehidupan sehari-hari, tanpa gentar.

Ketujuh: Santo Paskalis, Cempaka Putih

Di Gereja Santo Paskalis, kelelahan fisik mulai terasa. Namun justru dalam letih, mereka menemukan rahmat Tuhan yang memulihkan. Doa mereka mengalir lembut, seperti bisikan Ibu Maria yang menenangkan anaknya yang gelisah. Dalam kelelahan itu, mereka belajar bahwa rahmat Tuhan tak pernah habis.

Kedelapan: Bunda Hati Kudus, Pejompongan

Saat tiba di Gereja Bunda Hati Kudus, hati mereka diselimuti rasa hangat. Arsitektur gereja yang lembut dan suasana keibuannya menenteramkan batin. Di sini, mereka bersyukur atas setiap penyertaan Tuhan dalam hidup. Mereka memohon bimbingan Bunda Maria agar memiliki hati yang lembut dan sabar dalam setiap relasi mereka—di keluarga, lingkungan, dan pekerjaan.

Kesembilan: Santo Kristoforus, Grogol

Akhirnya mereka tiba kembali di Gereja Santo Kristoforus, Grogol. Tempat mereka memulai, tempat mereka pulang. Namun, mereka sadar, mereka pulang bukan sebagai pribadi yang sama. Sembilan pintu suci telah mereka lewati, tetapi yang terpenting, mereka telah membuka satu pintu: pintu hati mereka sendiri.

Ziarah yang Mengubah Hidup

Ziarah ini mengajarkan banyak hal. Bahwa kekudusan dibangun dari langkah kecil dan kesetiaan sehari-hari: menyapa tetangga dengan tulus, sabar pada anak, jujur di kantor, memaafkan pasangan, dan mendoakan mereka yang menyakiti.

Doa Porta Sancta yang dilafalkan di setiap gereja bukan hanya kata-kata, melainkan janji hati untuk melangkah lebih dekat kepada Tuhan. Bahwa Porta Sancta bukan hanya pintu gereja, melainkan setiap kesempatan untuk mengampuni dan berbagi kasih di kehidupan sehari-hari.

Ziarah telah usai. Namun peziarahan iman tak akan pernah selesai. Setiap hari adalah undangan baru untuk menapaki jalan Tuhan. Mereka percaya, seperti Santo Kristoforus yang setia menggendong Kristus melintasi sungai, mereka pun dipanggil untuk menggendong kasih Kristus melintasi tantangan hidup.

Dan kini, saat matahari tenggelam di ufuk barat, umat Lingkungan Santo Markus Grogol pulang ke rumah masing-masing dengan hati yang lebih ringan. Mereka membawa pulang rahmat Tuhan, untuk dibagikan kepada dunia yang haus akan cinta dan pengampunan.

Kontributor: Yulius Evan Christian, Dosen Farmasi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.