
Simalungun, Katolikana.com – Perpaduan antara iman dan kerja nyata menjadi inti perayaan Ekaristi Pemberkatan Benih yang digelar di ladang umat Stasi St. Agatha, Simpang Hatonduhan, Paroki Kristus Raja Tanah Jawa, Sabtu (16/8/2025).
Sekitar 25 umat hadir dengan membawa benih pertanian yang akan mereka tanam, sambil memohon berkat Tuhan agar benih tersebut tumbuh subur dan menghasilkan rezeki berlimpah. Misa dimulai pukul 10.30 WIB dan dipimpin oleh Pastor Paroki, RD Parlindungan Sinaga.

Harapan dan Kesetiaan
Dalam bacaan pertama dari Kitab Yosua (24:14-29), umat diajak menegaskan pilihan iman: setia kepada Allah atau mengikuti allah lain. Yosua menegaskan, “Aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan.”
Pesan ini mengingatkan bahwa iman bukan hanya ritual, tetapi keputusan hidup sehari-hari, sebagaimana benih yang ditanam perlu dipelihara agar berbuah.
Sementara Injil Matius (19:13-15) menampilkan Yesus yang berkata, “Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku.”
Umat diingatkan untuk memiliki hati sederhana seperti anak kecil—sebuah iman yang penuh percaya. Dalam konteks pertanian, iman ini menjadi dasar untuk berdoa, bekerja, dan berharap pada Tuhan.
Doa dan Kerja Tak Terpisahkan
Dalam homilinya, RD Parlindungan menegaskan bahwa iman sejati harus diwujudkan dalam tindakan nyata.
“Tidak ada hasil dari doa tanpa kerja keras. Doa dan kerja mesti berjalan bersama,” ujarnya. Ia mencontohkan bagaimana petani tidak hanya berdoa saat tanaman diserang hama, tetapi juga harus berusaha merawatnya.
Pastor juga mengingatkan pentingnya kasih dalam relasi sosial. Menegur dengan penuh kasih, katanya, jauh lebih baik daripada menyimpan dendam jika terjadi kesalahan di ladang.
Pepatah Batak “Aek Godang tu Aek Laut, dos ni roha sibaen na saut” juga dikutip: ketulusan hati akan menghasilkan kebaikan nyata.
Selain itu, Pastor menekankan keindahan doa dalam nyanyian, mengutip pepatah Latin “Qui bene cantat, bis orat” (siapa bernyanyi dengan baik, berdoa dua kali).
Iman dalam Pekerjaan
Perayaan pemberkatan benih ini menunjukkan bahwa iman dan pekerjaan tidak bisa dipisahkan. Benih membutuhkan tanah, air, udara, dan perawatan, sementara iman membutuhkan doa, tindakan, dan kasih.
Gereja mengajarkan hal yang sama: Gaudium et Spes (1965) menegaskan manusia berpartisipasi dalam karya penciptaan Allah melalui pekerjaan , sementara Laudato Si (2015) menekankan bumi sebagai “rumah bersama” yang harus dijaga .
Doa dan usaha keras dalam bertani dengan demikian menjadi wujud nyata spiritualitas ekologis: menjaga alam dan membuka diri pada rahmat Tuhan.
Semangat Ora et Labora St. Benediktus—berdoa dan bekerja—dan spiritualitas St. Fransiskus Asisi yang memandang alam sebagai saudara, menjadi nyata dalam setiap butir benih yang ditanam.
Refleksi Umat
Bagi umat Lingkungan St. Martinus, Misa ini memberi pelajaran bahwa pertanian adalah bagian dari spiritualitas hidup sehari-hari, bukan sekadar pekerjaan ekonomi. Dengan doa, benih ditanam, dirawat, dan dituai sebagai ungkapan syukur.
Sebagaimana St. Teresa dari Kalkuta berkata: “Kita tidak selalu bisa melakukan hal-hal besar, tetapi kita bisa melakukan hal-hal kecil dengan kasih yang besar.”
Setiap benih yang ditanam dengan kasih dan iman akan menghasilkan berkat berlimpah, baik bagi keluarga, Gereja, maupun masyarakat. (*)
Kontributor: Febriola Sitinjak, mahasiswa STP Bonaventura, KAM

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.