
Surakarta, Katolikana.com – Komisi Keluarga Kevikepan Surakarta, Minggu (21/9/2025) menggelar pendampingan kaum muda yang menjalani masa pacaran dalam Program Discovery Mengenal Lebih Dalam Mengenai Diriku dan Dia.
Masa pacaran merupakan masa untuk mempersiapkan hidup berkeluarga. Kegiatan discovery yang digelar oleh Komkel Kevikepan Surakarta merupakan kegiatan yang pertama kali diselenggarakan dalam rangkaian pendampingan hidup berkeluarga di tingkat kevikepan.
Tiga belas pasang kaum muda mengikuti kegiatan yang diadakan di Ruang Berthier Paroki Santo Paulus Kleco Surakarta, Pukul 10.00-17.00.
Pendamping kegiatan, Komisi Keluarga Kevikepan Surakarta bersama Romo Stefanus Krisna Bayu Sulistyo, MSF (Paroki Santo Petrus Purwosari Surakarta).

Komitmen hidup berkeluarga
Hadir dalam kegiatan pendampingan pra nikah ini Vikep Kevikepan Surakarta, Romo Herman Yosef Singgih Sutoro, Pr dan berkenan memberi sambutan.
“Menjadi seorang pastor membutuhkan proses 9-12 tahun. Proses ini tidak bisa diakselerasi. Tidak ada ‘kata percepatan studi’. Teman-teman kaum muda, untuk menikah dengan komitmen membangun keluarga seumur hidup, persiapan yang diikuti dengan ikut Kursus Persiapan Hidup Berkeluarga (KPHB) hanya beberapa jam saja,” ungkap Vikep Surakarta Romo Herman Yosef Singgih Sutoro dalam sambutannya.
“Mari manfaatkan program ‘discovery’ ini untuk saling mengenali pasangan. Apabila setelah ‘discovery’ dalam perjalanan proses tidak jadi menikah tentu tidak apa-apa. Tetapi kalau proses berlanjut akan menikah harus dipersiapkan dengan baik. Membentuk fondasi dasar pernikahan secara baik,” tambah Romo Herman Yosef Singgih Sutoro.
Modul Discovery
Komisi Keluarga dalam pelaksanaan program telah mempersiapkan modul discovery dengan materi diantaranya :
Sesi I : Cinta Sejati
Sesi II : Penemuan Diri
Sesi III : Harapan-harapan
Sesi IV: Komunikasi
Sesi V : Seksualitas
Peserta dalam kegiatan duduk secara berdampingan dengan pasangan dan mengikuti dinamika kegiatan yang dipersiapkan pendamping.
Para peserta tampak serius mengisi angket “self assesment” , kuisioner “Siapakah Aku” dan “Sifat-sifat Baik yang Kulihat dalam Dirimu” sebagai bahan sharing dan pendalaman pengenalan pasangan.

Sharing Pasutri
Pasangan suami istri (Pasutri) Aan dan Wulan yang telah menjalani 19 tahun hidup berkeluarga, pada awal kegiatan membagikan sharing.
Mereka membagikan pengalaman dan memberikan peneguhan bahwa perbedaan-perbedaan yang dimiliki pasangan hidup, bukan menjadi suatu penghalang hidup berkeluarga, namun bisa menjadi kekayaan yang dapat digunakan untuk saling melengkapi dalam hidup berkeluarga.
Kedua pasangan ini sepakat memiliki motto hidup berkeluarga ‘Ezer kenegdo‘ sebuah istilah yang mereka ambil dari bahasa Ibrani yang berarti “penolong yang sepadan” atau “kekuatan yang menolong”.
Semangat ini menggambarkan seseorang yang melengkapi kekurangan, memberikan dukungan, dan memiliki kesetaraan dengan pasangan yang saling menolong, bukan menjadikan bawahan atau atasan.
Mewujudkan hukum cinta
Sementara itu, Romo Stefanus Krisna Bayu Sulistyo, MSF dalam pendampingannya, mengajak para kaum muda yang sedang berpacaran untuk senantiasa saling menyesuaikan diri, mengenal dan saling mengerti, memahami bahwa perkawinan adalah proses bersama dua orang yang mewujudkan “hukum cinta”.
Menurut Romo Krisna, perkawinan adalah proses. Relasi cinta terus berkembang, perjalanan bersama penuh suka duka. Tidak ada pribadi yang sempurna. Tidak ada pasangan yang ideal.
“Pasangan bersifat unik, dengan kelebihan dan kekurangannya. Maka kesediaan diri untuk menerima pasangan, mau menyesuaikan diri dan rela berkorban merupakan syarat yang perlu dipahami sebelum membangun keluarga,” kata Romo Krisna.
“Pasangan yang berencana akan menikah harus berani mewujudkan hukum cinta. Acceptance rather than rejection. Understanding rather than judgment. Participation rather than manipulation,” lanjut Romo Krisna.
Kegiatan discovery bagi pasangan kaum muda yang menjalani masa pengenalan diri berpacaran, diakhiri dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin Romo Stefanus Krisna Bayu Sulistyo, MSF.


Katekis di Paroki Kleco, Surakarta