FKUB Manggarai dan Uskup Labuan Bajo Serukan Kolaborasi Lintas Agama untuk Hadapi Tantangan Global

0 247

Manggarai, Katolikana.com — Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Manggarai melaksanakan seminar penguatan kapasitas dan studi banding untuk para tokoh lintas agama di Aula Panti Asuhan Binongko, Senin (27/10/2025).

Seminar ini menghadirkan dua narasumber utama: Uskup Keuskupan Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus, dan Kepala Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Manggarai, Ponsianus Nudin, S.Fil.M.Th.

Kegiatan ini bertujuan membangun kesadaran akan realitas keberagaman dan menjadikan perbedaan sebagai peluang untuk kolaborasi demi kesejahteraan bersama.

Moderasi Bukan Mengaburkan Iman

Kepala Kemenag Kabupaten Manggarai, Ponsianus Nudin, dalam materinya menjelaskan bahwa Indonesia lahir dan tumbuh di atas keberagaman. Menurutnya, di sinilah semangat moderasi beragama menemukan maknanya.

“Moderasi beragama bukan berarti mengaburkan iman, melainkan menempatkan nilai kemanusiaan di atas kepentingan golongan,” tegas Ponsianus.

Ia menjelaskan, seorang yang moderat tidak kehilangan keyakinannya, tetapi justru menampilkan wajah imannya dengan kasih dan rasa hormat. Di tengah dunia yang diwarnai ujaran kebencian dan fanatisme sempit, kolaborasi lintas agama menjadi kunci.

“Ketika umat beragama bersatu melawan kemiskinan, menjaga lingkungan, atau menolong yang lemah, mereka sedang menghadirkan wajah Tuhan yang penuh kasih di tengah masyarakat,” ujarnya.

Uskup Maksi: Moderasi Agama Harus Aktif dan Konkret

Uskup Keuskupan Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus, menjelaskan bahwa moderasi agama wajib menjadi paradigma tindakan tokoh agama karena pluralitas agama bukan sekadar fakta demografis, tetapi medan praksis bagi kehidupan bersama.

“Moderasi beragama membutuhkan iman yang dewasa, tidak menuntut dominasi kultural atau kekerasan argumentatif, melainkan kerendahan hati intelektual dan spiritual,” ungkap Mgr. Maksi.

Uskup mengidentifikasi tiga faktor penentu keberhasilan kolaborasi lintas agama di tingkat lokal:

  1. Kapasitas komunikasi dan jaringan.
  2. Kepemimpinan tokoh agama yang kredibel dan visioner.
  3. Institusionalisasi forum-forum dialog agar inisiatif tidak bergantung pada personel tunggal.

Mgr. Maksi juga menyoroti tantangan nyata seperti polarisasi media sosial, politik identitas, dan radikalisasi minor. Ia menekankan bahwa moderasi agama tidak boleh pasif.

“Ia aktif, berani, dan konkret. Mengajak kita melangkah bukan sekadar sebagai komunitas yang bertoleransi, tetapi sebagai komunitas yang berkolaborasi,” tegasnya, merujuk pada semangat Nostra Aetate.

Pilar Kolaborasi dan Keharmonisan

Ketua Panitia FKUB Manggarai, Suster Maria Yohana Monika Momas, SSpS, dalam sambutannya menyatakan bahwa minimnya pemahaman terhadap perbedaan sering memunculkan konflik. Oleh karena itu, penguatan kapasitas tokoh lintas agama menjadi pilar penting.

“Pemahaman lintas agama dan budaya tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk mengurangi konflik, tetapi juga menjadi landasan dalam membangun kolaborasi lintas lembaga untuk tujuan bersama,” jelas Suster Yohana Monika.

Romo Yuvensius Rugi, Pr, salah satu peserta seminar, menambahkan bahwa penguatan kapasitas ini adalah langkah strategis yang mendesak untuk memperkokoh keharmonisan di wilayah Manggarai Raya.

Seminar ini dihadiri oleh anggota FKUB dan aktivis lintas agama dari Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat, serta perwakilan organisasi wanita lintas agama. (*)

Leave A Reply

Your email address will not be published.