Caritas Keuskupan Maumere Kembangkan Empat Program Unggulan bagi Pemberdayaan Masyarakat

Penerima manfaat dari empat program Caritas Keuskupan Maumere tidak terbatas pada umat Katolik.

0 272

Katolikana.com—Caritas Keuskupan Maumere memliki empat program unggulan bagi pemberdayaan masyarakat, yaitu program DRR, CBR, rehabilitasi kakao dan ketahanan pangan.

“Program pemberdayaan ini merupakan hasil kerja sama Keuskupan Maumere dengan Caritas Germany sejak 2009,” demikian penjelasan Koordinator program CBR Caritas Keuskupan Maumere Margaretha Helena kepada Katolikana, Rabu (11/8/2021).

Pertemuan koordinator program CBR dan DRR beserta staf Caritas keuskupan Maumere. Foto: Leond Daeng.

Berikut empat program pemberdayaan masyarakat  yang dicanangkan oleh Caritas Keuskupan Maumere:

1. Program Disaster Risk Reduction (DRR)
Program DRR atau pengurangan risiko bencana dilaksanakan oleh Caritas Keuskupan Maumere tahun 2009.

“Program ini dilatarbelakangi oleh kesadaran gereja Keuskupan Maumere akan risiko ancaman bencana di wilayah Keuskupan Maumere,” ujar Helen.

Ancaman bencana yang pernah terjadi di wilayah Keuskupan Maumere, di antaranya gempa dan tsunami pada (1992), erupsi Gunung Egon (2004) dan erupsi Gunung Rokatenda (2013).

Ancaman bencana itu mendorong Caritas Keuskupan Maumere secara aktif melakukan upaya-upaya pengurangan risiko bencana di wilayah keuskupan Maumere.

Program ini bertujuan membangun kesadaran dan ketahanan warga dalam menghadapi ancaman bencana.

“Harapannya, masyarakat mampu mengantisipasi setiap ancaman bencana yang akan terjadi di kemudian hari,” ujar Helen.

Caritas Keuskupan Maumere juga meluncurkan sub program Desa Tangguh Bencana (Destana), melibatkan pemerintah desa dan masyarakat dalam pelatihan berbasis pengurangan risiko bencana atau PRB.

“Program DRR ini berfokus di wilayah bagian barat Keuskupan Maumere yaitu di wilayah kecamatan Magepanda, Flores, NTT,” tambah Helen.

2. Program Community Based Rehabilitation (CBR)
Program CBR atau rehabilitasi berbasis masyarakat dimulai sejak 2013.

“Tujuannya untuk pendampingan dan pemberdayaan anak, orang, dan keluarga difabel agar dapat keluar dari ruang privat menuju ruang publik sehingga dapat menciptakan iklim kehidupan sosial masyarakat yang inklusif,” jelas Helen.

Caritas Keuskupan Maumere melakukan advokasi dan sosialisasi tentang pemenuhan hak-hak orang difabel sesuai Undang-Undang nomor 8 tahun 2016.

Caritas Keuskupan Maumere bermitra dengan pemerintah desa untuk dapat melakukan advokasi dan sosialisasi bagi difabel serta mendorong pemerintah desa mengakomodir hak-hak difabel dalam bentuk peraturan desa.

“Sebagai bentuk komitmen penuh untuk memperjuangkan hak-hak difabel, Caritas Keuskupan Maumere telah melahirkan Forum Belarasa Difabel Nian Sikka (Forsadika). Forum ini telah mendapatkan legalitas serta dukungan penuh dari pemerintah Kabupaten Sikka,” paparnya.

Caritas Keuskupan Maumere berkolaborasi dengan Forsadika berhasil membentuk 21 kelompok difabel di tingkat desa dan kelurahan yang tersebar di 12 kecamatan dari total 21 kecamatan di Kabupaten Sikka.

Kerjasama dengan lembaga lain juga dilakukan dengan dengan Unit Layanan Disabilitas (ULD) Kabupaten  Klaten untuk menginisiasi terbentuknya ULD di Kabupaten Sikka.

Kerjasama ini telah membuahkan hasil positif dengan terbentuknya ULD Sikka yang telah diresmikan pada 25 Mei 2021.

3. Program Rehabilitasi Kakao 
Program rehabilitasi tanaman kakao merupakan suatu bentuk dukungan dari Caritas keuskupan Maumere pada penguatan ekonomi masyarakat. Program ini sudah dimulai sejak 2016.

Hal ini didukung oleh sumber daya alam tanaman kakao yang sudah dibudidayakan sejak 20-an tahun.

“Di sisi lain, masyarakat kurang mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam upaya peremajaan tanaman kakao, sehingga biji kakao yang dihasilkan tidak maksimal,” ujar Helen.

Margaretha Helena. Foto: Istimewa

Caritas Keuskupan Maumere menyiapkan tim penyuluh lapangan untuk mendampingi masyarakat dari proses pembibitan, pemupukan dan proses memanen biji kakao.

Biji kakao yang dihasilkan oleh para petani di kabupaten Sikka merupakan salah satu produk coklat terbaik di provinsi NTT.

Rehabilitasi tanaman kakao difokuskan di wilayah bagian timur keuskupan Maumere yaitu Kecamatan Waigete dan Talibura, Flores, NTT.

4. Program Ketahanan Pangan  
Program ketahanan pangan mulai dicanangkan pada awal 2020. Hal ini juga merupakan respons terhadap ancaman pandemi Covid-19 terhadap kehidupan masyarakat di Keuskupan Maumere.

“Program ini untuk membangun kesadaran dan melakukan aksi nyata dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan,” papar Helen.

Program ketahanan pangan fokus pada jenis tanaman hortikultura dengan cara organik.

Masyarakat didampingi langsung oleh tim Caritas Keuskupan Maumere untuk menjamin proses budidaya tanaman pangan secara maksimal.

Selain pendampingan, Caritas Keuskupan Maumere juga berupaya memasarkan produk hortikultura dari kelompok dampingan.

Keuskupan Maumere menginisiasi lahirnya  depot pasar modern dengan nama Mai Sai di Jalan Mgr. Sugiyopranoto Maumere.

Penerima Manfaat Program
Margaretha Helena mengatakan penerima manfaat dari empat program Caritas Keuskupan Maumere tidak terbatas pada umat Katolik.

“Program kami melibatkan semua masyarakat yang berada di wilayah program kerja Keuskupan Maumere karena metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kemanusiaan sehingga tidak ada pembedaan berdasarkan suku, agama, ras dan golongan,” ujar Helen.**

Kontributor: Leond Daeng, anggota Katolikana Muda.

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.