Koordinator Seknas GUSDURian: “Tidak Boleh Membawa Nama GUSDURian untuk Berpolitik Praktis”
Gusdurian tidak hanya bicara isu toleransi.
Katolikana.com, Depok — Jelang perhelatan Pemilihan Umum (Pemilu) pada tahun 2024, Jaringan GUSDURian kembali menyatakan bahwa mereka tidak melibatkan diri di dalam politik praktis.
“Kerja GUSDURian tidak hanya lima tahun sekali pasang baliho dan sebagainya. Kalaupun GUSDURian pakai baliho, itu biasanya ucapan selamat hari besar keagamaan. Kenapa? Karena itu upaya kita meneguhkan bahwa mengucapkan selamat hari besar keagamaan terhadap agama lain itu biasa,” ucap Jay Akhmad, Koordinator Sekretariat Nasional (Seknas) Jaringan GUSDURian, diiringi riuh tepuk tangan dari sekitar 200 orang yang hadir dalam acara tersebut.
“Inisiatif itu muncul dari kawan-kawan (GUSDURian) Sulawesi, Maluku, Papua. Punya ide saat Natal (memasang baliho ucapan hari raya). Maka dari situ, kita semakin mendapat tempat di hati masyarakat,” lanjutnya.
Sementara terkait maraknya pencatutan nama GUSDURian oleh sebagian politisi, Jay mengajak untuk melihatnya secara positif. “Artinya Jaringan GUSDURian semakin meneguhkan dirinya punya kredibilitas di mata masyarakat, bahkan para politisi. GUSDURian mendapat kredibilitas itu tidak lain karena kerja-kerja kita bersama, GUSDURian di seluruh Indonesia,” pujinya.
Adapun menyinggung partisipasi politik GUSDURian dalam Pemilu, Jay tidak mau bersikap apolitis. Akan tetapi, ia mendorong partisipasi kritis dari para penggerak GUSDURian sebagai warga negara.
“GUSDURian tidak melarang kawan-kawan untuk berpolitik praktis. Tapi GUSDURian sangat serius, kawan-kawan tidak boleh membawa-bawa nama GUSDURian untuk berpolitik praktis,” tegas Jay.
Tidak Hanya Toleransi
Berbicara mengenai citra GUSDURian, Jay tidak menampik, masyarakat mengenal GUSDURian sebagai pegiat toleransi. Ia mewajarkan hal tersebut karena banyak sekali komunitas GUSDURian di daerah yang memilih isu toleransi sebagai isu prioritas.
“Tidak heran kalau Jaringan Gusdurian dekat sekali dengan isu toleransi, pun juga dengan Gus Dur,” cetusnya. Namun demikian, GUSDURian tidak mau membatasi kiprahnya hanya pada satu isu.
“Kita perlu tegaskan, Jaringan GUSDURian tidak hanya ngurusi isu toleransi saja. Tapi juga banyak isu lain yang dikerjakan oleh kawan-kawan GUSDURian. Apalagi, empat tahun lalu persisnya, kita sudah mendeklarasikan adanya GUSDURian Peduli. Ini semakin menguatkan juga agenda-agenda gerakan di Jaringan GUSDURian, terutama terkait kerja-kerja kemanusiaan,” tambahnya.
“Artinya kita semakin menegaskan Gusdurian tidak hanya bicara isu toleransi.”
Ia lantas menceritakan GUSDURian Mojokutho Pare yang memiliki fokus melakukan pendampingan terhadap lansia yang tidak terurus oleh keluarganya. Sementara beberapa komunitas GUSDURian di luar Jawa melakukan gerakan untuk mengawal isu tambang.
Ia juga berpesan kepada penggerak komunitas GUSDURian di daerah-daerah agar dalam melakukan kerja-kerja pengorganisasian, terutama pendampingan kasus, jangan sampai berpikir kalah dan menang. Komunitas GUSDURian harus berpikir lebih besar dari itu. Menurutnya, kerja-kerja soal pengorganisasian masyarakat itu adalah kerja-kerja membangun peradaban.
“Bahwa kerja-kerja pengorganisasian masyarakat yang dilakukan kawan-kawan GUSDURian itu adalah upaya-upaya sangat serius untuk membangun peradaban. Soal menang dan kalah, itu hal lain.”
Merumuskan Gerakan GUSDURian
Rakernas GUSDURian sendiri digelar sebagai sarana untuk merumuskan secara rinci apa saja yang akan dilakukan oleh Jaringan GUSDURian selama kurun waktu setahun ke depan. Dalam acara selama tiga hari tersebut, acara akan dibagi menjadi Forum Refleksi Gerakan, Forum Kerja Gerakan, dan Forum Demokrasi GUSDURian.
Untuk penyelenggaraan tahun ini Ketua Panitia Rakernas GUSDURian, Wahyuni Della Sari, menyebut bahwa panitia mengambil tagline “Gerakan Sosial yang Masif untuk Indonesia yang Inklusif”.
“Semoga dari Rakernas ini akan terumuskan gerakan-gerakan GUSDURian yang masif dan terus menginspirasi,” harap Della.
Pada momentum ini, panitia juga sekaligus memperkenalkan platform Kabarkan.org. Platform yang diinisiasi oleh Jaringan GUSDURian ini berfungsi untuk melakukan pemantauan dan pelaporan kasus pelanggaran kebebasan beragama. Terdapat mekanisme khusus dan nomor hotline untuk memudahkan pelaporan bagi siapa saja yang menemui kasus tersebut.
Sementara itu, demi menjunjung kearifan lokal di lokasi penyelenggaran acara, Rakernas GUSDURian dibuka secara simbolis dengan membunyikan angklung.
“Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, saya bersama kawan-kawan akan bareng-bareng membunyikan angklung sebagai tanda bahwa Rakernas GUSDURian 2023 dibuka,” ucap Jay sembari membuka acara. (*)
Katolikana merupakan official media partner Rakernas GUSDURian 2023.
Kontributor Katolikana.com di Jakarta. Alumnus Fisipol Universitas Gadjah Mada. Peneliti isu-isu sosial budaya dan urbanisme. Bisa disapa via Twitter @ageng_yudha