Antologi Secarik Kisah: MERAWAT BUMI, MENYEGARKAN PANGGILAN – 4

Calon imam mesti rajin merawat benih panggilan layaknya menyiram tanaman agar tetap segar dan tak layu.

0 254

“Care for our Common Home”

(Laudato si)

Sebagai partisipasi aktif menanggapi ensiklik Laudato Si, Keuskupan Agung Palembang mengadakan “lomba” dan pemberian apresiasi. Apresiasi ini tertuju bagi instansi-instansi yang memiliki keadaan lingkungan yang baik dan asri, tak lepas juga dari penilaian banyaknya jenis tanaman yang dirawat. Perlombaan ini tidak cukup hanya setahun namun sebagai penilaian yang insentif terhadap banyaknya instansi-instansi yang bernaung pada Keuskupan Agung Palembang jadi perlombaan ini berlangsung selama dua tahun. Seminari Menengah Santo Paulus Palembang mengikuti perlombaan ini.

Warga seminari sendiri ikut ambil bagian secara aktif dalam menjaga dan merawat lingkungan seminari sendiri. Seksi buman (kebun dan taman) yang menjadi koordinator kami dalam menjalankan tugas perawatan lingkungan membuat kami semakin bisa memperoleh kebun yang baik serta perawatan kebun menjadi lebih terorganisir. Hal-hal yang kami buat dalam menjaga lingkunan di seminari ialah dengan pengadaan “Jumat Silih” yang dilakukan oleh satu angkatan kelas setiap sebulan sekali, biasanya dalam satu kali kegiatan satu kelas bisa membersihkan kebun, menanam tanaman, memanen buah, dan juga pemberian pupuk kompos pada tanaman-tanaman. Terkadang dalam pelaksanaan kegiatan tidak semuanya berjalan mulus seperti yang diinginkan, contohnya bila ada kegiatan individu atau kelompok yang mendesak. Namun hal ini bisa diatasi dengan adanya pengorbanan dari teman-teman yang menjadi satu angkatan dengan bekerja lebih keras.

Hingga saat hasilnya diumumkan, Seminari Menengah Santo Paulus Palembang terpilih sebagai pemenang perlombaan tersebut. Tentunya kami bangga atas pencapaian kami, karena kami juga sadar atas kerja keras kami dalam menjaga dan melestarikan lingkungan tidak menjadi hal yang sia-sia. Setelah keluarnya pengumuman ini kami pun mengadakan Misa Syukur yang diadakan oleh komunitas Seminari Menengah Santo Paulus Palembang, yang dipimpin oleh RP. Anselmus Inharjanto, SCJ. Dari Pihak staf juga mengharapkan bahwa kegiatan rutin ini tetap dilaksanakan sebagai wujud nyata perawatan dan pelestarian lingkungan.

Bapa Paus mengeluarkan ensiklik yang berjudul Laudato Si, serta dilanjutkan dengan terjemahan ensiklik ini pada 18 juni 2015 secara serentak, yang dimana Bapa Paus dalam ensiklik yang berisi “Care for our Common Home” ini mengajak kita untuk merawat bumi ini sebagai rumah kita. Bukan hanya melihat bagian alam atau tanaman dan lingkungan namun kita juga diajak untuk menghayati segalanya; Sains, Kebijakan Pemerintah, Ekonomi. Tentu dengan maksud untuk menyatukan semuanya dalam iman kita.

Tinon Bayu

Dalam lapisan Antropologi kita menjadi sama dengan hewan dan tumbuhan sebagai mahkluk hidup, yang menjadi beda bahwa kita memiliki akal budi dan pikiran. Oleh sebab itu, pada awal penciptaan, kita sudah diberi mandat oleh Allah untuk berkuasa atas segala makhluk yang hidup di bumi ini. “Berkuasa” bukan berarti kita harus semena-mena dengan alam yang sudah menjadi hak kita. Namun melalui mandat ini bahwa Allah memberi pesan dan perintah kepada kita untuk menjaga dan merawat alam, serta mengunakannya secara bijaksana, dengan tidak mengekploitasi alam secara berlebihan.

Dalam kegiatan yang sudah menjadi aktifitas di Seminari saya bermenung dan tentunya sekaligus merefleksikan bahwa alam bisa menjadi perantara bagi kita untuk mengenali hal-hal yang ada dalam kehidupan kita. Seperti saya mengenali panggilan saya melalui alam. Suatu kegiatan yang membawa saya untuk bermenung dan merefleksikan bahwa melalui alam saya bisa mengenali panggilan, seperti yang tertulis dalam catatan refleksi saya pada Sabtu, 20 Mei 2017.

Opera magna merupakan kegiatan wajib yang dilakukan oleh seminaris setiap dua kali seminggu. Setelah selesai melakukan opera magna di kapel, saya teringat akan kata-kata Romo Haryanto saat konferensi pada hari selasa yang lalu, tentang menyiram tanaman. Saya pun bergegas menuju belakang kapel, mengambil alat penyiram tanaman dan mengisinya dengan air yang ada di dalam drum penadah air hujan. Hilir mudik saya menyiram tanaman yang mulai layu. Setelah selesai saya kembalikan alat penyiram tanaman tersebut dan saya pun berolah raga.

Setelah selesai berolah raga, saya berkunjung sejenak ke tempat dimana saya menyiram tanaman tadi. Saya melihat tanaman-tanaman yang layu tadi mulai kembali segar dan juga terlihat asri. Dalam permenungan saya menyadari bahwa tanaman tersebut sama seperti panggilan yang saya jalani saat ini. Seperti tanaman yang Saya sirami dengan air tadi, layaknya seperti rahmat Allah yang selalu mencurahkan rahmatnya kepada saya. Setiap panggilan yang mulai layu setelah bersentuhan rahmat Allah panggilan tersebut menjadi segar dan kuat kembali.

Saya merasakan bahwa dalam diri setiap seminaris pasti merefleksikan hal yang sama dengan apa yang telah menjadi refleksi saya di atas. Maka tidak heran kami bisa menjaga lingkungan dengan sangat baik. Hal ini juga tidak lepas dari para formator yang selalu setia mengingatkan kami untuk menjaga alam sekitar kami. Hal ini pula menjadi budaya yang harus selalu dilestarikan. Alam membutuhkan kita sebagai tuan untuk selalu menjaga dan merawat tanaman tersebut.

Seperti tanaman yang Saya sirami dengan air tadi, layaknya seperti rahmat Allah yang selalu mencurahkan rahmatnya kepada saya. Setiap panggilan yang mulai layu setelah bersentuhan rahmat Allah panggilan tersebut menjadi segar dan kuat kembali.

Penulis: Immanuel Tinon Bayu Dirgantara

*Antologi Secarik Kisah adalah karya para seminaris St. Paulus Palembang kelas Rethorica A yang menyelesaikan studinya pada Mei 2019 ini.

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.