Katolikana.com — Apakah Anda pernah merasa hidup ini berjalan tanpa arah, terjebak dalam rutinitas, atau merasakan kekosongan di dalam hati? Seperti Zakheus yang mencari arti hidup sejati, kita juga sering merasakan adanya ruang kosong yang tidak dapat diisi dengan harta, jabatan, atau kesenangan duniawi. Bacaan hari ini dari Wahyu 3:1-6, 14-22 dan Lukas 19:1-10 mengajak kita merenungkan bagaimana perjumpaan dengan Yesus dapat mengubah segalanya dan memberikan arti baru dalam hidup kita.
Di dalam Wahyu, Yesus memberikan pesan tegas kepada jemaat di Sardis dan Laodikia, dua komunitas yang hidupnya tidak sesuai dengan panggilan Tuhan. Jemaat Sardis dikritik karena mereka tampak hidup dari luar, namun sebenarnya mati secara spiritual. Sedangkan jemaat Laodikia dikritik karena hidup dalam kondisi suam-suam kuku—tidak sepenuh hati dalam iman mereka. Tuhan menginginkan mereka untuk kembali kepada-Nya dan hidup dalam kebenaran.
Peringatan ini sangat relevan untuk kita, karena banyak dari kita yang hidup setengah hati, terjebak dalam zona nyaman atau rutinitas tanpa adanya komitmen penuh kepada Tuhan. Seperti jemaat tersebut, kita juga diingatkan untuk tidak hanya tampil baik di luar, tetapi juga hidup dalam iman yang sejati dan sepenuh hati kepada Tuhan.
Kisah Zakheus dalam Injil hari ini adalah kisah tentang harapan dan perubahan. Zakheus, seorang pemungut cukai kaya, hidup dengan reputasi buruk di mata masyarakat Yahudi karena profesinya yang sering kali dianggap sebagai dosa. Meski ia memiliki kekayaan, Zakheus merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya, sesuatu yang tak bisa diisi oleh harta atau kekuasaan.
Ketika mendengar bahwa Yesus akan datang ke kotanya, Zakheus yang bertubuh pendek bahkan memanjat pohon ara demi bisa melihat-Nya. Ini adalah gambaran tentang kerinduan yang kuat di hati Zakheus—lebih dari sekadar ingin melihat Sang Guru, ia ingin menemukan makna sejati dalam hidupnya.
Ketika Yesus melihat Zakheus di atas pohon, Ia tidak mengabaikannya. Yesus memanggilnya dengan penuh kasih, mengatakan, “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” Di tengah kerumunan banyak orang yang mungkin dianggap lebih pantas untuk ditemui, Yesus memilih Zakheus, seorang yang dianggap rendah oleh masyarakat, untuk dijadikan tamu-Nya.
Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan melihat hati kita, bukan sekadar penampilan atau status sosial. Tuhan tidak menghakimi Zakheus; Ia memandangnya dengan kasih dan memberinya kesempatan untuk berubah. Sikap Yesus ini mengajarkan kita bahwa Tuhan selalu menghargai pertobatan yang tulus, bukan sekadar penampilan luar.
Pertemuan dengan Yesus membawa perubahan luar biasa dalam hidup Zakheus. Ia tidak hanya menerima Yesus dengan sukacita, tetapi juga berkomitmen untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam hidupnya. Zakheus berjanji untuk memberikan separuh hartanya kepada orang miskin dan mengembalikan empat kali lipat dari apa yang pernah ia ambil secara tidak benar. Pertobatan Zakheus ini sangat nyata dan ditunjukkan dengan tindakan langsung. Ini mengajarkan kita bahwa iman sejati selalu membawa tindakan yang konkrit dan perubahan dalam hidup.
Ketika kita bertobat dengan tulus, kita tidak hanya merasa damai, tetapi juga termotivasi untuk memperbaiki kesalahan dan hidup sesuai kehendak Tuhan. Tuhan melihat perubahan dalam diri Zakheus sebagai bukti dari pertobatan sejati dan berfirman, “Hari ini telah terjadi keselamatan atas rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.”
Di dalam Wahyu, kita diingatkan untuk tidak hidup dalam kemunafikan atau menjadi suam-suam kuku dalam iman. Seperti jemaat Laodikia, kita mungkin terjebak dalam kehidupan yang setengah hati—kita mengaku beriman, tetapi tindakan dan sikap kita tidak mencerminkan komitmen penuh kepada Tuhan.
Tuhan mengetuk pintu hati kita, memanggil kita untuk hidup dalam kebenaran dan mengabdikan diri kepada-Nya dengan sepenuh hati. Kasih Tuhan tidak pernah memaksa; Ia menunggu kita untuk membuka pintu hati kita bagi-Nya. Dan ketika kita membukanya, Ia masuk dan membawa sukacita serta kedamaian yang sejati.
Pertemuan Zakheus dengan Yesus adalah undangan bagi kita untuk memulai perjalanan baru yang lebih bermakna. Tuhan memberi kesempatan bagi siapa pun yang mau bertobat, apa pun masa lalunya. Zakheus adalah bukti bahwa Tuhan selalu memberi kesempatan baru, dan bahwa kasih Tuhan terbuka untuk siapa saja yang mau menerima-Nya. Ini memberikan harapan bagi kita semua bahwa tidak peduli seberapa jauh kita tersesat, Tuhan selalu menunggu dengan tangan terbuka.
Agar dapat menerima Yesus seperti Zakheus, kita bisa melakukan langkah-langkah berikut dalam hidup sehari-hari. Pertama, kita harus memeriksa hati kita. Adakah hal-hal yang menghalangi kita untuk dekat dengan Tuhan, seperti kesibukan dunia atau kebiasaan buruk yang belum kita lepaskan?
Kedua, kita perlu menunjukkan pertobatan kita melalui tindakan nyata. Jika kita pernah menyakiti orang lain, mari kita berusaha memperbaiki hubungan tersebut. Mungkin ada utang yang perlu dilunasi atau maaf yang harus diberikan. Ketiga, kita perlu belajar untuk mendengar suara Tuhan yang mengetuk pintu hati kita setiap hari dan menjawab panggilan-Nya dengan tulus.
Bacaan hari ini mengingatkan kita bahwa Yesus datang bukan untuk menghakimi, tetapi untuk menyelamatkan. Ia memberikan kesempatan bagi kita untuk kembali, memperbaiki diri, dan hidup dalam sukacita bersama-Nya. Bagi kita yang mungkin merasa terjebak dalam rutinitas atau kosong di dalam hati, ingatlah bahwa Yesus ingin bertamu dalam hidup kita, dan kehadiran-Nya pasti akan membawa perubahan sejati.
Sebagaimana dalam Wahyu 3:20, “Lihatlah, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku akan makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” Tuhan mengetuk pintu hati kita setiap hari, menunggu kita untuk membuka dan menerima-Nya.
Mari kita buka hati kita dan biarkan Yesus membawa kita pada kehidupan yang lebih baik, penuh makna, dan damai. Jangan ragu untuk menerima-Nya, karena pertemuan dengan Yesus adalah awal dari kehidupan baru. Tuhan tidak hanya memberi kita penghiburan sementara, tetapi perubahan hidup yang sejati, penuh sukacita dan kedamaian. (*)
Penulis: Yulius Evan Christian, dosen farmasi di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Editor: Ageng Yudhapratama
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.