Humor Romo Busyet: Kitab Kelurahan

KALAU NGGAK LUCU, NGGAK USAH KETAWA!

2 2,328

Katolikana.com – Hampir tiga setengah tahun saya berkarya di Keuskupan Ketapang tepatnya Seminari Menengah St. Laurensius.

Salah satu kesukaan saya adalah turney ke pedalaman sekaligus kunjungan keluarga seminaris. Saya juga senang membantu misa di stasi yang jauh dari kota yang penuh kesederhanaan. Entah sederhana gerejanya, umatnya, maupun iman mereka.

Di balik kesederhanaan itu ada ketulusan hati mereka untuk semakin terlibat dalam kehidupan menggereja. Modalnya adalah kemauan dan kerelaan untuk melayanani.

Pada suatu ketika, saya membantu misa di salah satu stasi di suatu paroki pada hari Minggu.

Setelah saya menyiapkan alat-alat misa dan perlengkapan lainnya, sembari saya membaca Kitab Suci mencari inspirasi untuk homili, datanglah seorang bapak menghampiri saya.

“Romo bacaan hari ini apa?”

“Bapak yang bertugas kah?”

“Iya romo, nanti yang membaca injil saya!”

“Haaahhh, baca Injil?” kata saya dalam hati.

“Saya ini tokoh umat. Saya ketua stasi, katekis, dan prodiakon. Pokoknya, saya yang mengurusi semua di sini, termasuk menemani romo turney.”

“Yayaya baik lah. Semoga misa berjalan lancar.”

Gereja stasi di daerah Botong, wilayah Keuskupan Ketapang. Foto: Istimewa

Setelah persiapan cukup dan waktu sudah molor 30 menit dari waktu yang ditentukan, mulailah misa pagi itu. Saya mengandaikan semua berjalan lancar karena petugas sudah siap.

“Bacaan pertama: pembacaan dari Kitab KELURAHAN.”

“Sssssttt Keluaran….” saya mendekati bapak tadi.

“Oooo yah maap Kelurahan.”

“Keluaran!” teriakku kencang di altar (tapi saya tidak marah lho)

“Ooo maap Keluaran.”

Wah, lumayan lancar ini, pikirku.

“Pembacaan dari Kitab Keluaran 2 dibagi 1 dikurangi sembilan (Keluaran 2: 1-9)

+*&^%$#@^&*#$ (artinya oooooo rambutan ijo. Ngumpatnya romo tidak menyebut nama binatang tetapi buah-buahan. Tobaaaaat tobaaat. Tokooh umat lho!)

Ketika umat menyanyikan “mazmur tanggapan” saya memberi penjelasan singkat bagaimana membaca ayat Kitab Suci tidak seperti menghitung matematika.

Bacaan Kedua: “Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat Filipi Bab 2, ayat 5-11”

“Waaaaahhhh lancar jaya nih?”

“Kristus Yesus yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah, melainkan menggosongkan diri menjadi hamba.”

Selama belajar Filsafat Teologi saya belum pernah mendengar Yesus MENGGOSONGKAN DIRI.

“Ssstttttt, mengosongkan diri.” (sambil saya maju ke mimbar membantu mengeja mengosongkan bukan menggosongkan).

Setelah itu saya kembali duduk sambil berdoa: “Ya Tuhan ajarilah aku menjadi orang yang sabar.”

Dari peristiwa ini saya berlatih untuk sabar, bahwa segala sesuatu tidak bisa diandaikan. Semuanya harus disiapkan dengan baik. Kalau perlu dicek dan dipastikan semua siap. Petugas koor, petugas lainnya dan peralatan.

Setelah misa selesai bapak petugas tadi dengan santainya bilang: “Romo maap tadi bacanya tidak lancar soalnya kaca mata saya sudah agak rusak.”

“Ooohhh yaaaa gapapa! Bagus kok. Besok berlatih lagi.”

Sesudah bertemu dengan umat diajaklah saya makan B2, Ular, pucuk ubi rebus dan sambal, ditutup dengan minum tuak dan arak.

Daripada saya terbawa emosi lalu saya minum air kata-kata. Biasanya misa dulu baru minum anggur. Sekarang selesai misa minum tuak dan arak.

Udah itu saja!

#potoduluahhh!

Romo yang suka humor, tinggal di Kalimantan Barat

2 Comments
  1. Denis Desmanto says

    Haha. Karena lucu saya ketawa 😃😄😁

  2. Wibriyanto says

    ditunggu kisah yg lain dan menggosongkan.

Cancel Reply

Your email address will not be published.