Romo Stefanus Maria Sumardiyo Adipranoto Tutup Usia

Upacara Pemakaman Berlangsung dengan Protokol Kesehatan

0 1,331

Kabar duka datang dari Paroki Kristus Raja Serang. Romo Stefanus Maria Sumardiyo Adipranoto, atau akrab disapa Romo Mardi, meninggal dunia, Rabu (14/10/2020) pukul 14.20 WIB di RS Siloam.

Kabar duka itu kemudian disampaikan lewat Grup WhatsApp Dewan Pastoral Paroki (DPP) Gereja Kristus Raja Serang (GKRS). Tak banyak yang dapat perbuat oleh DPP, mengingat sebelum menghembuskan nafas terakhir, Romo Mardi dinyatakan positif Covid-19, kemudian kondisinya terus menurun hingga dinyatakan meninggal dunia.

Prosesi pemakaman berlangsung sesuai protokol kesehatan. Misa upacara pemakaman disiarkan langsung (live streaming) melalui kanal Youtube Unio Bogor.

Para imam menyampaikan doa dalam misa dari tempat masing-masing. Dari video tampak bahwa upacara pemakaman berlangsung pada malam hari.

Kisah Hidup

Romo Mardi lahir di Wonosari, 6 september 1959, dan menerima tahbisan diakonat pada 17 September 1986 (usia 27 tahun) di Sukabumi. Satu tahun kemudian menerima tahbisan imam pada 28 Juni 1987 di Katedral-Bogor.

Setelah ditahbiskan, Romo Mardi bertugas sebagai pastor pembantu dan Pastor Paroki Santa Maria Tak Bernoda Rangkas Bitung (1987-1990), Pastor Pamong di Seminari Stella Maris, Bogor (1990-1992).

Tahun 1992-1994 Romo Mardi melanjutkan studi di Universitas Gregoriana, Roma. Setelah menyeselasikan studi Romo Mardi bertugas sebagai Rektor Seminari Tinggi Santo Petrus Paulus, Bandung (1994-2000). Setelah itu, bertugas sebagai Sekretaris Keuskupan Bogor selama empat tahun, lalu kembali menjabat sebagai Rektor di Seminari Tinggi Santo Petrus Paulus (2004-2008).

Tahun 2008-2014 Romo Mardi menjadi pastor paroki Santa Maria Fatima, Sentul. Tahun 2014, Romo Mardi bertugas menjadi gembala umat di paroki Gereja Kristus Raja Serang (GKRS) sekaligus menjadi tempat terakhir dalam perjalanan pelayanan.

Romo Mardi saat menyampaikan homili. (Sumber: Komsos Paroki Kristus Raja Serang)

Umat Kehilangan

Sejak dinyatakan sakit dan positif Covid-19, Keuskupan Bogor melakukan perawatan intensif kepada Romo Mardi dan melakukan karantina dua pastor lain yang bertugas di paroki tersebut. Setelah ditangani oleh Keuskupan Bogor, gereja langsung ditutup.

Sebelumnya perayaan ekaristi masih bisa dilaksanakan di gereja dengan prosedur dan protokol kesehatan yang sangat ketat, hingga kini gereja masih ditutup total, sehingga tidak banyak informasi yang diterima DPP.

“Ketika dinyatakan positif Covid, karena yang positif seorang imam, maka langsung diurus oleh Keuskupan. Jadi, kami tidak tahu detilnya,” jelas pengurus DPP Paulus Servasius.

Paulus menambahkan, setelah ditangani oleh keuskupan, tidak ada lagi kegiatan di gereja hingga Romo Mardi dikabarkan meninggal dunia.

“Beliau sakit awal Oktober 2020, lalu langsung ditangani oleh keuskupan sehingga tidak banyak informasi yang diketahui oleh Paroki GKR. Saat mendengar kabar Romo Mardi positif Covid saja kami sudah sedih, tiba-tiba mendengar kabar itu,” lanjutnya.

Kepergian Romo Mardi meninggalkan kesedihan bagi umat GKRS. Apalagi, kepergiannya terpaksa diantar hanya dengan doa, karena kondisi yang masih dihantui Covid-19.

Selamat jalan Romo. Tenang dan kekallah bersama Sang Pencipta. Terima kasih untuk bakti pelayanmu. ***

Reporter: Daniel Nadeak

 

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.