Hari Perempuan Internasional 2021 Soroti Minimnya Keterlibatan Perempuan di Sektor Publik dan Pengambilan Keputusan

Usung Tema "Women in Leadership: Achieving an Equal Future in a Covid-19 World"

0 509

Katolikana.com–Senin, 8 Maret 2021, dunia merayakan Hari Perempuan Internasional. Tahun ini, PBB mengusung tema Women in Leadership: Achieving an equal future in a Covid-19 world.

Tema ini menjadi penghargaan terhadap perjuangan semua perempuan di seluruh dunia, dalam membangun masa depan yang lebih setara dan pulih dari pandemi COVID-19.

Keprihatinan PBB terletak pada masih minimnya keterlibatan perempuan di sektor publik dan pengambilan keputusan, berdasarkan laporan Commission on the Status of Women.

Padahal, partisipasi dan kepemimpinan perempuan juga dinilai efektif dalam menangani berbagai aspek kehidupan publik. Dalam situs resminya, UN Women mengungkapkan pemimpin dunia yang sukses dan efektif menangani persoalan COVID-19 di negaranya, ialah perempuan.

Perempuan, terutama dari kelompok muda turut menjadi yang terdepan dalam aksi keberagaman dan inklusif. Misalnya, aksi keadilan sosial, perubahan iklim, dan kesetaraan di seluruh dunia.

Namun, perempuan berusia di bawah 30 tahun, hanya mendapat tempat kurang dari satu persen anggota parlemen di seluruh dunia.

Dalam perang melawan COVID-19, perempuan juga berada di garda terdepan, sebagai dokter, perawat, ilmuwan, dan pekerja sosial. International Labour Organization menyebut, 70% pekerja global itu adalah perempuan.

Sayangnya, sebelum pandemi saja, tenaga kesehatan perempuan rata-rata tiga kali lebih besar tidak dibayar daripada laki-laki. Sementara selama pandemi, keadaan kian memburuk terutama pada negara-negara dengan pendapatan menengah ke bawah.

Sebaran pekerja perempuuan yang bekerja di bidang kesehatan dan sosial. Sumber: ILO Policy Brief The Covid-19 response

Kondisi ini turut menjadi lahirnya Generation Equality, sebuah aksi kesetaraan gender masa depan untuk semua orang. Aksi ini akan diselenggarakan di Kota Meksiko pada 29-31 Maret, dan berpuncak di Paris pada Juni 2021.

UN Women mengundang para pemimpin, visioner, para aktivis dari seluruh dunia, untuk terlibat secara virtual mendorong gerakan transformatif bagi generasi mendatang.

Kampanye #ChooseToChallenge

International Womens Day turut mengusung kampanye #ChooseToChallenge. IWD mengajak setiap orang di seluruh dunia untuk menentang dan bersuara menghadapi bias dan ketidaksetaraan gender.

Meski berada di tengah pandemi COVID-19, perayaan tetap dapat dilakukan, misalnya terlibat dalam kampanye berbagi foto kepada publik.

Setiap orang diajak berpose angkat tangan, sebagai bentuk komitmen bersiap menantang bias, ketidaksetaraan, mempertanyakan stereotip, dan membangun dunia yang lebih inklusif. Aksi ini terbuka untuk semua kalangan gender dan dapat diunggah di media sosial pribadi maupun situs resmi IWD.

ChooseToChallenge Internationalwomensday. Sumber: https://www.internationalwomensday.com/

Perjalanan Panjang Hari Perempuan

Hari Perempuan lahir dalam situasi tekanan industri yang kian meluas di berbagai negara pada awal 1900-an. Situasi ini membuka pintu bagi vokalnya perjuangan perempuan.

Pada 28 Februari 1908, 15 ribu perempuan buruh garmen turun ke jalanan New York dan melakukan protes atas kondisi kerja yang mereka alami. Mereka menuntut pembatasan jam kerja, upah yang lebih baik, dan hak voting.

Setahun kemudian, Partai Sosialis Amerika mendeklarasikan Hari Perempuan Nasional (NWD). Sejak saat itu, NWD dirayakan setiap hari Minggu di akhir Februari hingga 1913.

Pada 1910, diselenggarakan pula Konferensi Internasional Para Pekerja Perempuan di Kopenhagen, Denmark. Inilah momen pencetusan ide tentang perayaan Hari Perempuan Internasional (IWD). Konferensi dihadiri 100 perempuan dari 17 negara yang mewakili serikat pekerja, klub perempuan pekerja, dan partai sosialis.

Ide yang disetujui peserta konferensi dicetuskan oleh Clara Zetkin, pemimpin ‘Kantor Perempuan’ dari Partai Demokrat Jerman. Zetkin mengajukan agar di setiap negara, setiap tahun, dan di hari yang sama, perlu ada perayaan hari perempuan. Tujuannya ialah untuk menyuarakan tuntutan mereka.

Pada 19 Maret 1911, IWD dirayakan pertama kali secara serentak di Jerman, Swiss, Denmark, dan Austria. Lebih dari satu juta perempuan dan laki-laki terlibat dalam kampanye IWD.

Mereka menyuarakan hak perempuan untuk dilatih dan bekerja, hak voting, hak untuk bebas dari diskriminasi, dan duduk di kantor-kantor publik.

Sayangnya, berselang kurang dari seminggu, tepatnya 25 Maret, terjadi insiden kebakaran ‘Triangle Fire’ di New York. Kebakaran pabrik Triangle Shirtwaist Company ini merenggut sekitar 140 nyawa pekerja perempuan, yang kebanyakan adalah imigran Italia dan Yahudi.

Protes tentang ‘Triangle Fire’. Sumber: Museum At Eldridge Street

Musibah ini menjadi sorotan banyak pihak, terutama terkait kondisi dan perlakuan buruk yang kerap dialami buruh perempuan. Tahun ini kemudian juga dikenang sebagai kampanye Roti dan Mawar (Bread and Roses).

Dua tahun kemudian, pada 23 Februari 1913, muncul pula kampanye IWD perempuan pertama di Rusia. Perayaan ini turut menjadi bentuk protes atas Perang Dunia (PD) I oleh kaum perempuan setempat.

Dalam rentang waktu 1913-1917, gelombang perayaan IWD semakin meluas dalam rangka kampanye anti perang, dan mengekspresikan solidaritas kaum perempuan.

Di Kota London pada 8 Maret 1914, misalnya, diselenggarakan barisan dari Bow ke Alun-Alun Trafalgar untuk mendukung adanya hak pilih perempuan.

Selain itu, di The Hague, Belanda, diadakan kampanye yang melibatkan peserta melebihi 1.300 perempuan dari 12 negara pada 15 April 1915.

Selanjutnya, perempuan-perempuan Rusia mengadakan mogok ‘Untuk Roti dan Perdamaian’ (Bread and Peace), pada hari Minggu terakhir di bulan Februari. Aksi ini merupakan respon atas kematian lebih dari dua juta tentara Rusia dalam PD I.

International Womens Day 1917 Rusia.
Sumber: AIESEC India

Meski mendapat tentangan dari para pemimpin, perempuan Rusia terus melakukan aksi hingga Tsar Nicholas II turun tahta.  Dalam kondisi ini, pemerintah sementara akhirnya mengizinkan hak voting bagi perempuan.

Tanggal pemogokan perempuan Rusia yang dimulai pada 23 Februari dalam kalender Julian ini, tercatat sama dengan tanggal 8 Maret dalam kalender Gregorian. Walaupun begitu, belum ada penetapan resmi global terkait tanggal IWD.

Lebih dari 60 tahun setelahnya, tepatnya 1975, PBB mengesahkan IWD jatuh pada tanggal 8 Maret. Majelis Umum PBB kemudian menyetujui resolusi untuk hak-hak perempuan dan perdamaian internasional pada 1977. Ini sekaligus mengajak seluruh negara anggota PBB terlibat dalam perayaan tersebut, sesuai dengan tradisi dan sejarah negara masing-masing.

Sejak saat itu, PBB dan badan organisasinya terus bekerja demi kesetaraan gender di seluruh dunia. Salah satunya ialah peta Deklarasi dan Platform Aksi Beijing pada 1995, yang fokus pada 12 area kritis pemberdayaan perempuan.

Konferensi Perempuan Sedunia Keempa, September 1995. Sumber: UN Woman

Selain itu, dalam Pembangunan Berkelanjutan 2030 (Sustainable Development Goals), ada pula agenda untuk mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan semua perempuan dan anak perempuan.[]

Kontributor: Frederica Nancy Sjamsuardi, Valencia Yuniarti Sutjiato, Damarra Kartika Sari, Silvester Alvin Basundara (Universitas Atma Jaya Yogyakarta).

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.