Paus ‘Membangkitkan’ Niniwe yang Diluluhlantakkan ISIS

Kunjungan Paus Fransiskus di Mosul, Qaraqosh, dan Erbil

0 184

Katolikana.com, Irak — Setelah berdialog dengan sejumlah tokoh lintas iman di Irak selatan, Paus Fransiskus ganti mengunjungi umat Kristiani di wilayah utara. Pada kunjungan terakhirnya, Minggu (8/3/2021) Paus bertolak ke Mosul, Qaraqosh, serta Arbil. Wilayah Irak utara memang dikenal sebagai kantong terbesar umat Kristiani di Irak.

Kunjungan Paus tersebut dimulai dari Erbil, ibukota Daerah Otonom Kurdistan. Sesampainya di sana, Paus telah ditunggu oleh Presiden Daerah Otonom Kurdistan Nechirvan Barzani dan Perdana Menteri Mastour Barzani. Mereka berdua menyambut kedatangan Paus di ruang tunggu VIP bandara. Hanya sebentar, Paus segera melanjutkan perjalanannya dengan helikopter untuk menuju Mosul.

Paus Fransiskus diperlihatkan kehancuran kompleks gereja di Mosul. (Foto: Alessandro Di Meo/EPA, Shutterstock)

Di Mosul, Paus mendatangi reruntuhan komplek Hosh al-Bieaa. Disini terletak sebuah gereja Katolik Syria berusia 1,5 abad. Terdapat pula gereja Ortodoks Syiria, Ortodoks Armenia, dan Katolik Khaldea yang lokasinya berdekatan satu sama lain. Semua gereja itu bernasib sama.

Ragam denominasi gereja itu sebenarnya menunjukkan geliat kekristenan yang sangat hidup di Mosul. Namun, semua itu sebelum Mosul dikuasai oleh Al-Qaeda, lalu ISIS. Hingga 2007, ibukota Provinsi Niniwe ini adalah basis pertahanan utama ISIS. Bahkan kota ini menjadi kota terakhir yang berhasil direbut kembali oleh pasukan militer Irak.

Dengan latar belakang puing-puing Hosh al-Bieea, Paus mendengarkan kesaksian dari penduduk Mosul yang menjadi korban teror. Paus menyempatkan pula berdoa untuk para korban perang di Irak dan di seluruh kawasan Timur Tengah. “Semoga kita semua, apapun tradisi keagamaan kita, hidup dalam harmoni dan damai.” Paus menambahkan, “(Sebab kita) menyadari di depan mata Tuhan kita semua adalah saudara.”

Paus mendoakan semua orang tanpa terkecuali. Di penghujung doanya, Uskup Roma ini menujukan intensinya bagi para korban meninggal maupun untuk “mereka yang telah menyebabkan kematian saudara-saudarinya”.

Ia menutup doanya dengan harapan, “Semoga mereka bertobat.”

Dari Mosul, Paus lalu melakukan perjalanan darat ke Qaraqosh. Kota kecil di Provinsi Niniwe yang dihuni oleh mayoritas Kristen. Seperti Mosul, sebagian besar wajah kota ini juga luluh lantak saat dikuasai ISIS.

Qaraqosh dikenal juga dalam Bahasa Aram dengan nama Bakhdida. Penduduk kota ini memang berkomunikasi memakai Bahasa Aram. Bahasa kuno yang sama dengan yang dipercakapkan Yesus ribuan tahun lalu.

Di pusat kota Qaraqosh alias Bakhdida, Paus mengunjungi Gereja Al-Tahira (Gereja Imakulata) yang sempat hancur lebur akibat serangan ISIS pada 2014. Namun sekarang gereja ini sudah selesai direnovasi. Kedatangan Paus Fransiskus menjadi penanda penting bagi “kebangkitan” gereja ini. Lawatan sosok 84 tahun ini memotivasi umat Kristiani setempat untuk bertahan dan membangun kembali di tanah air mereka.

Paus mengunjungi Gereja  ‘Immaculate Conception’ (ikandung Tanpa Noda) di Mosul. (Foto: Ivor Prickett untuk The New York Times)

Suntikan Moral di tengah Ancaman Teror

Paus mengakhiri kunjungan hari ketiganya dengan menyelenggarakan misa ekaristi di Stadion Franso Hariri di Arbil. Seperti dapat diduga, misa akbar ini dipenuhi lautan manusia. Kurang lebih sepuluh ribu orang hadir di sana. Banyak dari mereka tak mengenakan masker dan menjaga jarak—hal yang menjadi kecemasan para ahli kesehatan yang sedari awal mencermati agenda Paus.

Meskipun begitu, tidak bisa dipungkiri tindakan Paus merupakan langkah besar bagi segenap umat Kristiani Irak. Selepas Presiden Saddam Hussein, praktis umat Kristiani Irak hidup di bawah persekusi. Alhasil banyak umat Kristiani yang meninggalkan Irak demi menyelamatkan diri. Diperkirakan satu juta umat Kristiani memilih menetap di negara-negara lain sejak 2003.

Kelompok ekstremis seperti Al-Qaeda dan ISIS memang memandang umat Kristiani sebagai antek-antek Amerika Serikat. Negara ini mereka anggap telah berperan membawa perang ke Irak. Kebencian itu lantas mereka arahkan kepada umat Kristiani dalam bentuk diskriminasi dan ancaman teror.

Maka lawatan Paus kali ini tak hanya berisiko “menantang” virus korona. Paus juga “menantang” sel-sel tidur ISIS yang sewaktu-waktu bisa melakukan serangan roket dan bom bunuh diri demi menunjukkan eksistensi mereka.

Wajar jika Margin Derius, umat Kristiani yang bermukim di Baghdad, memuji langkah berani Paus. “Kami sangat bergembira (atas kedatangan Paus) dan kami membutuhkan kunjungan ini. Seluruh warga Irak membutuhkan kunjungan ini,” ujarnya seperti dikutip Reuters.

Sumber: Reuters

Editor: Basilius Triharyanto

Kontributor Katolikana.com di Jakarta. Alumnus Fisipol Universitas Gadjah Mada. Peneliti isu-isu sosial budaya dan urbanisme. Bisa disapa via Twitter @ageng_yudha

Leave A Reply

Your email address will not be published.