‘The Messenjah’ Perkenalkan Kekristenan Lewat Kaos

Terbuka Juga untuk Kalangan non-Kristiani

0 1,624

Katolikana.comT-shirt atau biasa disebut kaos, bentuknya sederhana dan cocok digunakan kapan saja menjadi daya tarik tersendiri.

Bahan dan desain kaos menjadi pertimbangan calon pembeli. Desain kaos dibuat untuk menyampaikan pesan. Lalu, bagaimana jika kaos digunakan untuk memperkenalkan nilai-nilai Kekristenan?

Sekilas The Messenjah

The Messenjah merupakan clothing brand Kristen yang berdiri sejak tahun 2001 dan bertempat di Jalan Tantular 397, Sleman, Yogyakarta. Sejak 2008, mereka memperlebar sayap dan mulai berjualan secara daring.

Hingga 2021, The Messenjah berjualan secara luring (on the spot) dan secara daring di berbagai e-commerce. Selain itu, mereka hadir di berbagai platform media sosial, seperti Instagram (@the_messenjah) dan Facebook (Kaos Rohani Messenjah).

Nama The Messenjah diambil dari sebuah kata dalam bahasa Inggris, yaitu ‘messenger’. Merujuk pada kata aslinya, kata ‘The Messenjah’ berarti pembawa pesan.

Sesuai namanya, The Messenjah bertujuan untuk menyadarkan umat Kristiani bahwa mereka dipanggil sebagai pembawa pesan.

Konsumen dari produk The Messenjah juga memiliki sebutan, yaitu ‘messenger’. Dengan sebutan tersebut, The Messenjah mengajak para konsumennya untuk ikut menyampaikan pesan dalam kehidupannya.

“Kita (umat Kristiani) punya tanggung jawab untuk menyampaikan sebuah pesan, sebuah kabar baik tentang Kristus,” ujar Yohanes Tri Atmaja selaku CEO The Messenjah (9/3/2021).

Desain kaos The Messenjah edisi Natal. Foto: Dokumen Pribadi

The Messenjah cukup berbeda dengan brand kaos rohani Kristen lainnya. Desain yang diproduksi The Messenjah merupakan hasil dari gambar tangan sang ilustrator. Biasanya, kaos rohani Kristen identik dengan desain yang hanya berupa tulisan penggalan ayat dari Alkitab.

The Messenjah sering menggunakan gambar tengkorak dalam produk kaosnya. Hal tersebut sempat memunculkan pendapat negatif dari orang lain. Padahal, gambar tengkorak bermaksud untuk menggambarkan manusia yang mati karena dosa.

Meskipun hampir seluruh produknya bertema Kekristenan, namun ada beberapa produk yang dikeluarkan dengan tema kehidupan berbangsa.

Sang Konseptor

Konsep dan desain yang dihadirkan oleh The Messenjah tidak terlepas dari peran sang konseptornya. Yohanes Tri Atmaja atau akrab dipanggil Yoyo merupakan sosok penting bagi The Messenjah. Ia merupakan konseptor dari semua produk dan berperan sebagai CEO dari The Messenjah sejak tahun 2015.

Tema Kekristenan yang menjadi fokus The Messenjah tidak hadir begitu saja. Pria penyuka es teh manis ini memiliki latar belakang pendidikan teologi Kristen. Ia lulus dari dua sekolah teologi, yaitu Surabaya Mission School dan STT El-Shaddai.

Yohanes Tri Atmaja, CEO The Messenjah. Foto: Dokumen Pribadi

Yoyo melihat sebuah realitas di mana manusia tidak mungkin pergi tanpa mengenakan busana. Realitas ini membuat dirinya memilih kaos menjadi media untuk menyampaikan pesan, khususnya tentang nilai-nilai Kristiani.

Ilmu teologi yang dimiliki Yoyo menjadi dasar dari setiap konsep sebuah desain. Setiap pesan yang ingin disampaikan bertujuan untuk menjelaskan Kekristenan dalam konteks aslinya. Ia juga berusaha mengklarifikasi hal-hal yang menjadi kecurigaan masyarakat terhadap Kekristenan.

“Selama kaos itu tidak sobek, tidak rusak, kaos ini akan terus dipakai dan semakin banyak orang yang mendengarkan kotbah (melihat desain kaos) ini,” tegas Yoyo, Selasa (9/3/2021).

Dalam pembuatan sebuah desain, terdapat etika dan kaidah yang diperhatikan oleh Yoyo. Desain yang dibuat tidak boleh berupa sebuah judgement terhadap orang lain. Pesan dalam sebuah desain harus tersampaikan dengan baik tanpa menyakiti pihak mana pun.

Yoyo memiliki keresahan pada kurangnya kebanggaan anak muda Kristiani terhadap Yesus Kristus. Lewat produk kaos yang dibuatnya, Yoyo berusaha membangun kebanggaan tersebut.

Menurutnya, banyak pesan positif dari pengajaran Yesus yang dapat disebarkan. Ia merasa aneh jika orang Kristen tidak berani bicara tentang identitasnya. Namun, ini bukan gerakan radikal yang berusaha memaksa seseorang untuk berganti agama.

Dunia bisnis bukanlah profesi pilihan seorang Yoyo. Awalnya, Yoyo berpikir bahwa teologi dan bisnis merupakan dua hal yang sangat berbeda.

Lulusan teologi biasanya sangat identik dengan profesi sebagai Pendeta. Namun akhirnya, ia menyadari bahwa sebenarnya teologi dan bisnis sangat berkaitan dalam konteks bisnis kaos rohani.

“Tujuan utama hidupku, yaitu memuliakan Allah dan menikmati Dia selama-lamanya,” ujar si anak bungsu dari tiga bersaudara (9/3/2021).

Ia mengungkapkan bahwa manusia dapat memuliakan Allah lewat berbagai bidang. Profesinya ini digunakan sebagai salah satu sarana untuk memuliakan Allah.

Ketertarikannya untuk terjun dalam dunia anak muda dimulai ketika menjadi youth leader di sebuah gereja di Solo. Sejak saat itu, Yoyo mulai mengenal dunia dan kehidupan anak muda Kristen. Itu juga menjadi alasan mengapa The Messenjah menyasar pasar anak muda berusia 18-30 tahun.

Kehidupan dalam Masyarakat

Yoyo mengaku bahwa dirinya dapat bertemu dengan siapa pun karena The Messenjah, termasuk tokoh lintas agama. Ia sebagai bagian dari The Messenjah pun sering diundang dalam acara dialog lintas agama.

Yoyo mengungkapkan bahwa The Messenjah tidak melulu tentang jualan produk. The Messenjah juga mencoba menjelaskan pesan-pesan Kekristenan di kalangan non-Kristiani. The Messenjah juga terbuka untuk kalangan non-Kristiani.

“Sebelum mereka (kalangan non-Kristiani) berasumsi lebih jauh lagi (tentang Kekristenan), kami mencoba menjelaskan lewat desain-desain kaos kami,” ujar Yoyo (9/3/2021).

The Messenjah membahas perspektif kurban dari agama Islam dan Kristen. Foto: Dokumen Pribadi

Beberapa kegiatan yang dilakukan The Messenjah bertujuan untuk berkontribusi kepada masyarakat. Ketika awal pandemi Covid-19, The Messenjah mengajak konsumennya turut berbagi paket makanan melalui pembelian produk. Hasil dari penjualan produk dikonversikan menjadi paket makanan yang dibagikan oleh The Messenjah kepada orang-orang di jalan.

Yoyo juga memiliki relasi dengan anak-anak muda di berbagai kota. Relasi tersebut tentunya didapatkan berkat perannya di The Messenjah. Lewat The Messenjah, ia memiliki kesempatan berkeliling membuka stan di berbagai acara. Dari situ, ia dapat memperluas relasinya.

Berbagai Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) di Yogyakarta sering mengundang Yoyo sebagai pembicara. Tidak jarang juga, mereka datang ke toko untuk berbagi perspektif bersama Yoyo. Pengalaman tersebut membuat dirinya semakin menekuni dunia anak muda.

Anak muda tidak hanya dijadikan sasaran dalam penjualan kaos The Messenjah. Yoyo melibatkan mahasiswa di Yogyakarta sebagai partner bekerja. Pekerja di The Messenjah didominasi oleh mahasiswa yang bekerja paruh waktu.

Sebagai seorang Kristiani, Yoyo sangat senang untuk berbagi kehidupan bersama orang lain. “Bapa di surga menerima saya dalam keberdosaan saya, sehingga saya bisa belajar untuk menerima orang lain,” ujar Yoyo, Selasa (9/3/2021). Sebagai pemimpin di The Messenjah, Yoyo selalu berusaha terbuka dengan rekan sekerjanya.

“Mereka adalah keluarga, anak, dan adik yang Tuhan tempatkan dalam kehidupan saya,” ungkap Yoyo ketika ditanya arti kehadiran pekerja di The Messenjah (9/3/2021).

Kukuh Firmandito, seorang pekerja paruh waktu di The Messenjah, mengafirmasi hal tersebut. Ia memandang Yoyo sebagai seorang kakak yang juga bisa menjadi tempat berbagi cerita. “Iklim kerjanya santai, tapi harus serius,” tegas Kukuh (9/3/2021).[]

Kontributor: Frederica Nancy Sjamsuardi, Valencia Yuniarti Sutjiato, Damarra Kartika Sari, Silvester Alvin Basundara (Universitas Atma Jaya Yogyakarta).

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.