Katolikana.com—‘Sengsara’ merupakan kata yang paling dihindari sebagian orang karena identik dengan hal yang sifatnya menyakitkan, sulit, bahkan dekat dengan penderitaan.
Hal ini justru menjadi pedoman bagi para pengemban iman pasionis yang tergabung dalam Kongregasi Pasionis (Congregatio Passionis Iesu Christ), yang lahir dan dicetuskan oleh Santo Paulus dari Salib.
Kongregasi ini mengajak umat untuk menyadari arti dari sengsara Yesus Kristus dan menjadi pewarta kasih salib-Nya.
Pastor Marius Lami C.P, seorang Imam Pasionis mengisahkan kongregasi ini telah hadir di 61 negara.
Tahun 1946 terhitung sebagai periode I kehadiran Pasionis di Indonesia. Kongregasi Pasionis muncul dari adanya relasi baik antara uskup di Pontianak dengan pimpinan Pasionis di Belanda.
“Hubungan ini membawa rahmat istimewa sehingga beliau meminta pimpinan Pasionis Belanda juga berkarya di Indonesia,” jelas Imam kelahiran Flores kepada Katolikana, Sabtu, (13/3/2021).
Setiba di Indonesia, Imam Pasionis dari Belanda berkarya di wilayah Ketapang. Tak lama kemudian terjadi konflik Irian Barat yang dianggap rawan bagi keselamatan para Imam dari Belanda.
Pimpinan Pasionis Roma memutuskan tidak lagi mengirim Imam Pasionis dari Belanda tetapi beralih mengirimkan Imam Pasionis asal Italia pada tahun 1961. Ini menjadi periode kedua kehadiran konggregasi ini di Indonesia.
Pastor Marius memaparkan, kedua kelompok ini sama-sama membawa misi mulia yakni mewartakan sengsara Yesus Kristus.
Mereka akhirnya bergabung, dan pada 1987 lahir sebagai embrio Pasionis di Indonesia dan menyebar ke berbagai kota seperti Jakarta, Malang, Lampung, hingga Flores.
Menurut Pastor Marius, seorang Imam Pasionis selayaknya selalu menghadirkan dan mengibarkan apa yang disebut passio (sengsara).
“Seorang pasionis menjadi spesial di sisi passion of the Christ karena spiritualitasnya yang langsung kepada sengsara dan wafat Kristus,” ujarnya.
Menurut Pastor Marius, meski dalam ranah pembelajaran, setiap Imam lain juga mempelajari hal ini, seorang Imam Pasionis akan lebih intens dalam pengabdiannya khususnya dalam menyebarkan pengaruhnya.

Ajak Masyarakat Menjadi Bagian
Kongregasi Pasionis menempuh berbagai cara untuk dekat dengan masyarakat sekaligus mengajak untuk bergabung.
“Kami datang ke sekolah-sekolah menengah atas baik Katolik maupun negri. Kami juga datang ke seminari-seminari dan menyebarkan brosur ke paroki-paroki untuk dipajang di papan pengumuman paroki,” tutur Pastor Marius.
Kongregasi Pasionis juga menyediakan asrama putra bagi siswa yang beragama Katolik sehingga dapat dibina lebih intens.
Pada masa tertentu terutama ketika Prapaskah, Konggregasi Pasionis mengajak umat lewat kegiatan Retret Agung Masa Prapaskah.
Animo yang datang cukup beragam. Mulai dari yang duduk di bangku perkuliahan, sampai yang sudah bekerja.
Awam Pasionis
Dalam Konggregasi ini, ada yang disebut dengan Keluarga Pasionis yang terdiri dari Imam Pasionis, Rubiah Pasionis, Bruder dan Suster pasionis, dan Awam Pasionis.
Tak jarang Kongregasi Pasionis mendapat anggota baru terutama yang masuk dalam Awam Pasionis lewat retret ini.
Untuk menjadi seorang Awam Pasionis, seseorang harus mengikuti pembekalan dengan menjalankan tujuh paket yang dilaksanakan seperti retret.
“Pembekalan ini bertujuan memberikan pembelajaran dan mengenal ajaran iman Khatolik agar siap terpanggil menjadi saksi Kristus di lingkungan masing-masing,” tambah Pastor Marius.
Tujuh paket ini menurut Pastor Marius dapat dilaksanakan sebanyak dua kali dalam setahun, masing-masing selama satu minggu.
Begitu seorang Awam Pasionis telah siap, pihak kongregasi akan kembali melatih Awam Pasionis tersebut pada setiap retret.
Di akhir sesi seorang Awam Pasionis akan menjalankan semacam tes. Dia akan disuruh maju dan memberi penjelasan seputar materi dari Pasionis.
“Dari situ kita pilih dan bagi, mana yang berangkat ke Flores, mana yang ke Surabaya, mana yang ke Pontianak, dan lain sebagainya, disebar per kelompok,” ujar Pastor Marius.
Awam Pasionis akan dipasangkan dengan keluarga pasionis lain untuk melakukan perjalanan pameran kain kafan yang menjadi kegiatan rutin untuk mengitari Indonesia guna membawakan pesan kasih dari Sang Tersalib serta harapan bagi umat manusia.
“Pameran kain kafan Tuhan Yesus berusaha menjelaskan sejarah perjalanan kain kafan. Hal tersebut kami jelaskan secara ilmiah dan secara ajaran Katolik serta pengaplikasiannya dengan dunia zaman sekarang,” tambah Pastor Marius.

Semangat Melayani Awam Pasionis
Hingga 2021 anggota kongregasi pasionis berasal dari berbagi wilayah di Indonesia, seperti Kalimantan Barat, Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur.
Maria Catharina Nugraha, anggota Awam Pasionis yang berdomisili di kota Bandung bercerita bagaimana ia bergabung kongregasi ini sebagai seorang awam Pasionis.
“Saya tergerak dari ajakan teman dan mengikuti retret, rekoleksi, hingga seminar. Kemudian seperti Roh Kudus yang membimbing saya hingga akhirnya saya dimintai bantuan menjadi pemandu,” jelas Chatarina.
Kongregasi ini membimbing dirinya menjadi seorang pemandu setiap acara pameran kain kafan yang dilakukan keliling Indonesia.
“Saya sebenarnya orangnya pendiam, bersuara kecil, dan takut berbicara di muka umum. Seiring waktu dengan bantuan teman-teman dan juga imam, saya bisa mengatasi itu,” ungkap wanita kelahiran 1938 ini.
Masyarakat selalu antusias dan terbuka ketika kongregasi ini mengunjungi kota mereka lewat kegiatan pameran kain kafan.
“Kunjungan pada masa Prapaskah merupakan momen paling berkesan di mana keluarga Pasionis bisa menggugah pertobatan dalam setiap hati umat dengan menyaksikan karya-karya nyata-Nya lewat pameran tersebut,” ujarnya.
Meski usianya terbilang senja, Chatarina sering berkeliling Indonesia untuk mewartakan kabar keselamatan lewat kongregasi ini, seperti Tegal, Kebumen, Malang, hingga Flores.
Namun jika tidak memungkinkan, kongregasi tidak memaksa mereka yang lanjut usia dan menggantinya dengan awam Pasionis yang lebih muda.
Meski tak jarang mengalami kendala, namun suasana kebersamaan menjadikan semangat baru bagi Chatarina.
Hal ini dimaknai sebagai perjuangan dan ‘sengsara’ yang rela ‘dipikul’ untuk memberitakan keselamatan bagi seluruh masyarakat di segala penjuru.
Menguatkan yang di Dalam
Kongregasi Pasionis melihat bahwa keimanan setiap umat Katolik sangat penting. Dengan menjadi Katolik, berarti ia sungguh dibayar mahal oleh Yesus Kristus lewat pengorbanan-Nya.
Kongregasi ini ingin memupuk kesadaran setiap umat Katolik untuk mempunyai kewajiban menghargai martabat diri sendiri dan martabat orang lain.
Menurut Pastor Marius, Kongregasi Pasionis bukanlah kelompok kontemplatif yang secara eksklusif memikirkan anggota di dalamnya atau umat Katolik saja.
Sebaliknya, kongregasi ini bersifat inklusif sejak berdirinya dan telah diteladani oleh pendiri kongregasi yakni Santo Paulus dari Salib.
Kongregasi Pasionis memiliki misi yang dihadirkan bagi umat dan masyarakat di bidang kerohanian dengan cara menanam, menumbuhkan, serta mendewasakan pengetahuan dan keimanan umat.
Ada pula misi dalam bidang kemanusiaan, bidang pendidikan, dan kesehatan, yang menegakkan hak-hak dasar seorang manusia agar dapat lebih bermartabat seturut citra wajah Allah.
Ini sesuai misi yang dikehendaki oleh Santo Paulus dari Salib yang ingin menjangkau semua orang dari berbagai disposisi kehidupan, baik beragama Katolik maupun bukan.
“Secara pribadi, anggota harus dikuatkan terlebih dahulu sehingga begitu keluar dan melihat adanya ‘tembok’, ‘jurang’, dan ‘pembunuh’, seseorang akan tahu apa yang harus ia sikapi tanpa membangun suatu tembok pembatas dengan siapa pun,” ujar Pastor Marius.
Pandemi bagi Kongregasi
Pandemi Covid-19 membuat berbagai kegiatan kongregasi Pasionis berubah. Sejak Januari 2020, misi pelayanan yang dilakukan kongregasi pasionis sempat terhenti.
“Kegiatan pelayanan yang biasanya melibatkan banyak orang seperti rekoleksi, misi populer, kunjungan pastoral dan persaudaraan, agenda pameran kain kafan, serta seminar kami hentikan,” ungkap Pastor Marius.
Berbagai pertemuan dilakukan secara online mengingat kongregasi ini memiliki berbagai titik di setiap wilayah Indonesia seperti di Jakarta, Poitianak, Sanggau, Ketapang, Malang, hingga Flores.
“Sebulan sekali para internal dan dewan pimpinan melakukan zoom untuk mendapatkan informasi dan situasi di berbagai daerah. Jika ada sesuatu yang harus dirembukkan kami sikapi bersama,” tambah Pastor Marius.
Hal tersebut juga berlaku bagi para awam Pasionis. Selama pandemi, awam Pasionis masih diberikan asupan bimbingan rohani lewat media komunikasi seperti WhatsApps dan seminar rohani secara daring. []
Kontributor: Anastasia Mellania Kartika P, Genoveva Sekar Jemparing, Cornelia Maria Radita, Ni Nyoman Vena R (Universitas Atma Jaya Yogyakarta).

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.