
Katolikana.com — Orang muda perlu pendekatan yang berbeda dalam konteks agama. Pendekatan dengan cara lama tidak akan relevan dengan apa yang sedang dijalani orang muda Katolik.
Perbedaan era yang dijalani antara generasi lebih tua dengan orang muda menjadi dasar perbedaan pendekatan seorang pastor dengan orang muda Katolik.
Pendekatan yang tepat dari seorang Pastor untuk orang muda merupakan hal penting dan harus diperhatikan.
Saat menginjak usia remaja, seseorang sedang dalam tahap pencarian identitas diri serta pemaknaan akan Tuhan dan agama. Pada masa ini terdapat gejolak emosional, kognitif, dan spiritual dalam diri orang muda.
Jonathan Prasetia (2016) dalam Jurnal Youth Ministry menulis: memberi pengetahuan terkait Allah memang penting bagi orang muda untuk menemukan jati diri mereka dan makna akan Tuhan.
“Akan tetapi, memberikan perhatian pada faktor afeksi ini dimaksud agar khotbah mengekspos kesenangan-kesenangan dari dosa, yang mana hal tersebut merupakan tindakan bunuh diri, dan membangunkan kepenuhan sukacita dari Allah,” tambah Jonathan Prasetia.
Hal ini menjelaskan betapa pentingnya afeksi untuk membangun relevansi antara khotbah pastor dengan apa yang terjadi dengan orang muda.

Namun disayangkan, terdapat sejumlah pastor yang fokus kepada hari perayaan, hari besar, atau aktivitas di gereja.
Hal ini dapat menyebabkan orang muda tidak diperhatikan oleh pastor, atau merasa ada jarak yang sangat jauh antara orang muda dengan gereja.
Memasuki, mengerti, dan memahami dunia dan lingkungan orang muda adalah salah satu hal terpenting.
Bersikap natural saat memasuki keadaan orang muda juga perlu dilakukan pastor agar orang muda tidak merasa ‘dihakimi’ oleh seseorang.
Ketika mulai memasuki dunia orang muda, pastor dapat mulai mendekati remaja untuk mengerti alasan orang muda melakukan hal-hal yang dilakukan, baik positif maupun negatif.
Ketika telah mengerti, pastor perlu memahami keadaan sebenarnya. Memahami latar belakang perilaku remaja, serta memahami konsekuensi, atau sebab-akibat dari perlakuan remaja.
Setelah memahami, pastor haruslah melakukan pendekatan afeksi untuk merangkul dan menarik remaja agar kembali ke jalan yang sesuai dengan Alkitab.
Afeksi yang tertinggi berakar di dalam dan disesuaikan oleh kebenaran. Hal itulah yang seharusnya menjadi sasaran dalam khotbah kepada orang muda.
Memberikan afeksi akan membentuk sebuah kondisi di mana orang muda merasa relevan dengan khotbah yang disampaikan oleh pastor.
Pastor yang relevan dengan orang muda akan lebih didengarkan. Jika pastor berhasil membentuk narasi berdasarkan apa yang benar-benar terjadi di dunia orang muda, maka pastor akan lebih mudah untuk didengarkan orang muda.
Ketika pastor memberikan khotbah yang relevan, orang muda akan merasa terwakili. Orang muda akan merefleksikan diri mereka, sehingga khotbah pastor tersebut dapat menjadi acuan solusi bagi mereka.
Ini berbeda dengan pastor yang menarasikan khotbah yang mencoba untuk relevan dengan orang muda namun tidak mengerti dunia orang muda.
Orang muda akan merasa apa yang dikatakan semu, mengawang, dan tidak dekat dengan mereka. Hal itu disebabkan tidak adanya rasa terwakili para orang muda ketika mendengarkan khotbah pastor.
Hal yang menjadi kunci dalam membangun relevansi khotbah pastor dengan orang muda, selain afeksi, tentunya hal-hal lain untuk menuju proses atau titik afeksi. Hal tersebut adalah pemahaman akan masalah yang dialami oleh orang muda. (*)
Kontributor: Inezia Zoe, Clarisa Natania, Katarina Widhi, Rufus Christian (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.