Setiap hari adalah tantangan baru dan setiap hari muncul ketakutan baru. Manusia memiliki banyak impian dan harapan namun mereka terlalu sering takut untuk memperjuangkan.
Itu artinya Allah selalu mengingatkan kita setiap hari untuk tidak takut dengan segala halangan yang muncul di depan kita.
Mendampingi di Situasi Terburuk
Kilas balik ke tahun 2013. Ketika itu saya duduk di bangku kelas satu Sekolah Menengah Pertama (SMP Regina Pacis Surakarta, salah satu sekolah Katolik ternama di Surakarta. Saat itu saya sudah putus asa, karena terancam tidak naik kelas.
Saya tahu sebenarnya saya tidak bodoh, namun saat itu saya tidak punya teman. Saya berasal dari Sekolah Dasar (SD) Negeri dan bukan dari SD Katolik seperti teman-teman lain. Hal ini menyebabkan saya terasing dan menjadi tidak nyaman. Rasa tidak nyaman ini merembet ke perolehan nilai.
Saat pembagian hasil belajar tengah semester dua, saya tidak lolos di delapan mata pelajaran. Batas maksimal pelajaran yang tidak lolos untuk naik kelas adalah tiga mata pelajaran. Entah bagaimana caranya dalam waktu hanya satu setengah bulan, saya harus menutup lima pelajaran yang tidak lolos tersebut.
Orang tua saya pun dipanggil ke sekolah. Waktu itu ayah saya sudah tidak ada sehingga ibu saya sendirian yang datang. Mata kecewa tidak bisa ibu saya tutupi saat itu dan itu menghancurkan hati saya. Seminggu itu saya dihinggapi rasa putus asa dan takut yang sangat hebat.
Namun suatu malam Tuhan menolong saya. Hari Minggu, 7 April 2013 pukul 12.00 setelah pulang dari Gereja—waktu itu saya aktif menjadi Putra-putri Altar—saya pulang dan menghidupkan televisi.
Hari itu terdapat siaran perdana acara highlight MotoGP tahun 2013 dengan berita utama kembalinya Valentino Rossi ke Yamaha.
Tadinya saya sembarangan memilih program itu, namun lama kelamaan saya menyimak berita itu.
Ketika melihat berita itu saya berpikir: “Yah, mau balik ke Yamaha pun kayaknya mustahil Rossi bisa langsung kembali ke depan!”
Namun sepanjang berita itu ada satu kata yang terus diulang, yakni optimisme.
Malamnya entah kenapa saya terbangun pada jam 02.30 dan tidak bisa tidur kembali. Saya menghidupkan televisi, kebetulan tayangan MotoGP baru saja dimulai.
Mata saya langsung mencari Valentino Rossi yang pada hari sebelumnya dibahas. Rossi mulai balapan dari posisi ke tujuh dan pada putaran pembuka turun ke posisi sembilan.
Saya berpikir, “Kayaknya mustahil dia bisa selesai di depan kalau begini.”
Namun balapan masih lama. Malam itu bulu kuduk saya dibuat merinding karena Valentino Rossi berhasil selesai di posisi kedua, setelah bertarung hebat di lintasan. Dia mematahkan pikiran saya.
Paginya saya mampir ke perpustakaan sekolah. Kebetulan perpustakaan sekolah saya selalu menghadirkan koran baru setiap harinya.
Saya pun langsung mencari kolom olahraga. Benar saja, berita Valentino Rossi itu menjadi salah satu berita utama di kolom olahraga.
Saya kemudian terus teringat hal itu, jika Rossi saja bisa naik dari posisi sembilan dan selesai di posisi kedua dalam 22 putaran balap, apa saya bisa menutup lima mata pelajaran ini dalam satu bulan dua minggu?
Saya lalu datang ke ruang bimbingan kesiswaan dan bertemu seorang guru yang paling berjasa dalam hidup saya. Beliau menyarankan saya berdoa Novena Hati Kudus Yesus, novena yang didoakan di saat-saat genting.
Berbekal motivasi yang langsung Tuhan berikan lewat tayangan MotoGP dan Novena Hati Kudus Yesus itu saya memulai perjalanan satu bulan dua minggu itu.
Perlahan dalam satu bulan dua minggu itu sebagian besar nilai saya membaik. Lewat Novena Hati Kudus Yesus itu saya meminta pendampingan, rasa percaya diri dan pantang menyerah.
Sedikit demi sedikit juga dalam waktu satu bulan dua minggu itu saya bisa mendapatkan teman.
Dalam satu bulan dua minggu itu saya membuat guru-guru bersimpati dengan saya yang setiap pulang sekolah selalu meminta tugas tambahan.
Didampingi Tuhan, rasa takut saya yang banyak itu lama-lama menghilang. Rasa takut dan putus asa yang saya rasakan itu menghilang digantikan bara api semangat yang membara.
Akhirnya pada pembagian nilai akhir saya berhasil naik kelas dengan tiga mata pelajaran yang tidak tuntas, saya sangat amat bahagia saat itu.
Kadang Tuhan membantu kita lewat hal yang sama sekali tak terduga. Tuhan membantu kita dengan caranya sendiri yang unik dan misterius. Adakalanya cara Tuhan tidak masuk akal, aneh, bahkan Tuhan memberikan sakit untuk menolong kita.
Cara Tuhan hanya bisa disadari lewat pengalaman akan hal yang terjadi dan bukan dijabarkan secara teoretis pada secarik kertas. Seperti janji Tuhan pada ayat Yesaya 41:10
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan”
Selama satu bulan dua minggu, saya belajar untuk tidak takut dan tidak menyerah. Tuhan selalu menyertai kita semua dan menolong kita dengan caranya sendiri. Maka jangan takut dan janganlah menyerah.*
Penulis: Yudha Setya Nugraha, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.