Kreasi Lukisan dari Sampah ala Frater Aluisius Dian Permana, SJ

Hasil dari penjualan lukisan dari sampah digunakan untuk membantu banyak orang.

0 1,346

 

Katolikana.comAlusius Dian Permana, SJ, biasa disapa Frater Ale, memiliki karya menarik. Lukisan dengan medium sampah menjadi sorotan utama karena uniknya lukisan yang dibuat.

Pria yang lahir di Semarang ini telah menempuh pendidikan S2 Teologi di Universitas Sanata Dharma. Meski sedang menjalankan penugasan di SMA Kolese Loyola Semarang, semangatnya untuk selalu berkarya tidak pernah luntur.

Aluisius Dian Permana, SJ

Medium Sampah

Frater Ale mengawali hobi melukis dari sampah sejak tahun 2014. Lewat belajar seni rupa yang ditekuni secara otodidak, dia memulai perjalanan melukisnya. Ia hanya melakukan hal ini sebagai hobi.

“Saya awalnya tidak punya keterampilan khusus. Hanya hobi saja,” ujarnya.

Awal ia memulai melukis ini karena ada rasa keprihatinan terhadap kondisi lingkungan alam saat ini. Banyaknya sampah yang berserakan dan sulit terurai, mendorongnya mencoba melukis dengan medium sampah.

Bahan-bahan yang digunakan juga tidak hanya sampah plastik, tetapi koran, ampas kopi, dan kain perca batik.

“Selama ini saya lebih fokus membuat lukisan dari sampah plastik karena lama terurainya,” ujarnya.

Adanya rasa keprihatinan ini, ia ingin dan berusaha untuk terus membuat daur ulang sampah plastik. Ia membuat lukisan dari bungkus plastik yang sudah tidak terpakai.

Ia tidak merasa kesulitan secara teknis, kecuali mengatur waktu. Hal ini karena dia saat itu masih melanjutkan pendidikan S2 Teologi di Universitas Sanata Dharma.

“Saya lebih merasa tidak memiliki banyak waktu luang untuk membuat lukisan plastik, mengingat kesibukan kuliah,” ujar Frater Ale.

Salah satu hasil lukisan dari sampah karya Frater Ale. Foto: instagram.com/ale_esje

Sebelum melukis, ia mengumpulkan sampah-sampah dari lingkungan sekitar rumah, kain perca atau kain sisa menjahit baju, plastik pewangi pakaian, sabun cuci baju, dan lain-lain.

“Saya juga mengambil sisa kain dari jahitan baju batik ayah saya untuk membuat lukisan,” ujar Frater Ale.

Respon Masyarakat

Lukisan berbahan sampah karya Frater Ale menuai respon positif dari banyak orang, terutama mereka yang baru pertama kali melihatnya.  Hal ini membuat sejumlah orang mendukung dan mengapresiasi dirinya.

“Mereka juga tertarik untuk mencoba membuat lukisan dari sampah plastik,” ujarnya.

Popularitas Frater Ale yang awalnya hanya dikenal di kalangan Gereja menjadi melonjak ketika ia diundang sebagai narasumber dalam acara Hitam Putih yang dibawakan oleh Deddy Corbuzier di Trans7.

“Banyak orang terinspirasi dengan karya saya bahwa sampah yang tidak bisa terpakai, ternyata bisa untuk menghasilkan karya seni,” ujar Frater Ale.

Dilansir dari acara Hitam Putih tahun 2018, Frater Ale mengungkapkan bahwa lukisan yang ia buat juga dilelang. Ia mematok harga 30 juta rupiah untuk lukisan Presiden Joko Widodo.

Jika Presiden Jokowi yang membeli, maka ia akan menaikkan harga sampai 100 juta rupiah. Hasil dari lelang dari lukisan-lukisan nantinya akan disumbangkan ke salah satu sekolah di Papua.

“Nanti uang hasil lelang saya sumbangkan ke Papua, di SMA YPPK Adhi Luhur,” ujarnya di acara Hitam Putih.

Sejumlah orang memesan lukisan berbahan sampah kepadanya. Ia mematok harga sebesar 1,5 juta rupiah.

Meski lukisan dibandrol dengan harga segitu, ia membebaskan pembeli dalam hal membayarnya karena melukis dari sampah juga merupakan hobinya.

“Misalnya 500 ribu rupiah juga boleh,” ujarnya.

Hasil dari penjualan lukisan dari sampah digunakan untuk membantu banyak orang.

Ia juga membantu dengan cara mengajarkan cara melukis dari sampah untuk masyarakat di Yogyakarta hingga Papua.

“Saya memberikan pelatihan ke beberapa tempat, seperti UGM, SMP Antonius Nabire Papua, dan ibu-ibu PKK di Yogyakarta,” ujarnya.

Tentu tak mudah bagi Frater Ale mencapai titik kesuksesan. Sejak 2014 hingga kini, lukisan Frater Ale mulai banyak terjual, seiring makin banyak orang yang mengetahui karya uniknya. Rata-rata penghasilan lukisan dari sampah mencapai 1 juta rupiah.

“Hasil dari penjualan lukisan biasanya saya berikan untuk penggalan dana sosial,” ujar Frater Ale.

Frater Ale beranggapan semua orang bisa membuat karya lukisan dari sampah plastik. Dia mengaku tidak memiliki keterampilan khusus. Hal terpenting adalah berusaha untuk mencoba.

“Intinya, semua orang mampu membuat jika ada kehendak dalam diri,” tutupnya. *

Kontributor: Inezia Zoe, Clarisa Natania, Katarina Widhi, Rufus Christian (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.